Kemah Literasi Sains di Larantuka: “Kapan Lagi Kita Berkemah?”

Larantuka, Ekorantt.com –  SimpaSio Institute menyelenggarakan Kemah Literasi Sains bagi anak usia sekolah dasar dan sekolah menengah pertama pada 14-15 September 2019 lalu. Ini yang kedua kalinya.

Sebagaimana pada Kemah Literasi Sains yang pertama, kali ini anak-anak sangat antusias. Mereka sangat bergairah. Demikian juga, anak-anak muda yang tergabung dalam Tim Kreatif SimpaSio Institute punya nyali dan bersemangat .  

Anak-anak muda yang rela dan peduli anak-anak ini mempersiapkan lokasi perkemahan dengan segala hal yang diperlukan sejak awal.

Ikhlas dan tulus, itulah modal yang membuat mereka tak pernah lelah membimbing anak-anak.

Pukul 15.00 Wita, hari Sabtu itu, anak-anak mulai berdatangan. Mereka tampak ceria menanti berbagai acara yang akan digelar. Registrasi mulai dibuat, dan nametag atau tanda pengenal diberikan.

iklan

Bagi orang dewasa, mungkin hal itu tidak penting, namun bagi anak-anak hal kecil itu sangat berarti. Mereka bangga mengenakannya sebagai tanda resmi peserta kemah.

Mengawali rangakaian kegiatan, kepada anak-anak dibagikan kertas dan pensil. Mereka diminta menulis harapan dari kegiatan itu.

Tak diduga, terungkap harapan mereka untuk bisa mendapat teman baru, ingin punya pengalaman baru, mau belajar mandiri, mau menjelajahi alam dan belajar dari lingkungan.

Setelahnya, dibuat acara pembukaan yang tentu saja tanpa protokoler a la pemerintah. Acara dimulai dengan permainan edukatif dan membuat herbarium.

Acara ini difasilitasi Monika Bataona, sarjana Biologi Murni lulusan Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Dilanjutkan dengan tayangan film kartun tentang merawat lingkungan, dan tanya jawab pendalaman usai pemutaran film.

Tak terhenti di situ, setelahnya berlangsung kuis ilmu pengetahuan alam, dan tanya jawab yang bermakna.

Yang bikin berkesan, anak-anak tetap bersemangat walau malam semakin larut. Mereka masih ingin “bermain”. Mariatmo Lein dari Tim Kreatif SimpaSio Institute memandu kegiatan “Gambar Bercerita” yang membantu anak-anak untuk menghubungkan sebab dan akibat masalah lingkungan.

Mereka membentuk kelompok, mempresentasikan hasil kerja kelompok dan membangun debat argumentatif. Luar biasanya, logika mereka jalan bila diberi ruang.

Namanya kemah, belum lengkap kalau tidak ada acara api unggun. Berdiri melingkar bertudung langit, nyala api simbol terang memecah kelam. Ada suasana haru yang tentunya akan membekas.

Acara ini didukung dengan renungan yang dibawakan Fr. Anselmus Laangowujo yang sedang menjalani tahun orientasi pastoral di paroki Reinha Rosasri, Larantuka.

Renungan itu mengakhiri rangkaian kegiatan hari pertama. Anak-anak masuk ke kemah dan melewati malam hingga tiba hari baru.

Minggu, pukul 06.00 Wita. Anak-anak memulai aktivitas. Mereka berjalan kaki ke Emaus, kebun milik kongregasi Frater Bunda Hati Kudus, di Weri, sekitar 3 kilometer dari lokasi perkemahan.

Di kebun ini mereka menjelajahi lingkungan, melaksanakan outbond untuk mengasah kemampuan kerja sama dalam kelompok, belajar mencari harta karun dan tentunya untuk menemukan beragam tanaman di kebun itu.

Rasa ingin tahu anak-anak itu membuat mereka asyik bergiat.

Lelah pun mulai terasa saat hari sudah beranjak larut siang. Dari Emaus, mereka bergegas ke pantai Asam Satu, tempat berekreasi di Kelurahan Weri.

Di tempat ini juga, sambil menikmati pesona laut mereka menghias kartu pos. Tiba waktunya kegiatan itu berakhir. Anak-anak itu spontan bertanya, “Kapan lagi kita berkemah ?”

Eda Tukan, Tim Kreatif SimpaSio Institute-Larantuka

TERKINI
BACA JUGA