Permintaan Meningkat, Omset Bisnis Maelato di TTU Capai Miliaran Rupiah

Kefamenanu, Ekorantt.com – Maelato (bahasa Dawan) atau Maek (bahasa Tetun) adalah sejenis ubi-ubian dengan berat mencapai 2kg hingga 5kg. Maleato memiliki kandungan karbohidrat dan zat besi yang bisa dikonsumsi sebagai pengganti nasi. Maleato pun bisa diolah menjadi berbagai jenis tepung dan cemilan. 

Selain ubi Maelato, biji pada ruas-ruas daunnya pun bisa jual.

Tidak sulit membudidayakan Maelato karena jenis tanaman ini mampu tumbuh di dataran tinggi maupun dataran rendah.

Maelato bisa ditanam menggunakan sistem tumpang sari dengan tanaman lain. Misalnya,  ditanam dengan jahe, di bawah naungan pohon jati. Bahkan hasil survey menunjukan, Maelato yang ditanam di bawah naungan pohon jati memiliki kualitas yang sangat baik. Kadar air dalam umbi Maelato yang ditanam di bawah pohon jati bisa ditekan sehingga yang dominan adalah karbohidratnya. 

Hery Bait warga Desa Fatu Ana, Kabupaten TTU yang menggeluti bisnis Maelato berkesempatan berbagi cerita tentang bisnis ubi-bian ini. ASN di lingkup Pemda TTU ini menjalankan bisnis Maelato sebagai pekerjaan sampingan.

iklan

Ia mengaku, di luar jam kantor dirinya meluangkan waktu mengumpulkan Maelato dari warga-warga di sekitar tempat tinggalnya.

Hery Bait mengatakan, permintaan dan pemasaran Maelato saat ini sedang tinggi dan bergerak dengan cepat.  Banyak permintaan dari luar NTT dan kabupaten-kabupaten tetangga seperti Kabupaten Timor Tengah Selatan(TTS) dan beberapa daerah di Sumba.

Ia mengaku, beberapa waktu terakhir, dirinya mendapat permintaan Maelato sebanyak 10 ton. Masing-masing 4 ton dari wilayah TTU dan 6 ton dari beberapa wilayah di Sumba.

“Bayangkan jika kisaran harga dari Rp.30.000 hingga Rp.50.000 setiap kilonya.Jika dikalikan dengan masing-masing permintaan tersebut, omset yang kita dapat mencapai miliaran rupiah,” ujar Hery Bait.

Menurutnya, Maelato adalah hasil bumi yang fantastis. Pemasarannya pasti karena banyak permintaan dari pulau Jawa.

Ia mengaku sudah bekerja sama dengan pengusaha yang ada di Jawa untuk membudidayakan dan mencari Maelato di TTU. Selanjutnya, Maelato itu akan diekspor ke Jawa dan diteruskan ke negara-negara yang mengkonsumsinya sebagai makanan pokok, seperti Cina, Vietnam dan Korea.

“Saya juga heran hanya lewat akun facebook saya diajak kerjasama bahkan mereka kirim uang untuk saya cari Maelato disini,” ujarnya.

Di TTU sendiri, ungkapnya, tidak semua kecamatan atau desa memiliki Maelato. Tanaman ini hanya dibudidayakan warga di beberapa tempat seperti Kecamatan Bikomi Nilulat, Keamatan Insana dan Miomaffo Barat.

Hery mengaku siap membantu mendistribusikan Maelato dari para petani lokal dengan jejaring pebisnis Maelato yang ia miliki. 

Penawaran dan permintaan pasar yang besar diharapkan merangsang masyarakat TTU untuk lebih giat membudidayakan Maelato guna menambah penghasilan ekonomi.

“Kita berharap Maelato ini dibudidayakan masyarakat karena budidaya Maelato tidak membutuhkan perhatian terlalu khusus,” jelasnya.

Santos

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA