Perjuangkan 22 Hak Difabel, Forsadika Sosialisasi Hingga ke Pelosok Desa

Maumere, Ekorantt.com – Keberadaan Forum Belarasa Difabel Nian Sikka (Forsadika) sejak tanggal 16 Juni 2018 silam memiliki komitmen untuk memperjuangkan 22 hak difabel yang selama ini belum tersentuh.

“Sejak hadirnya Forsadika kami terus berjuang mensosialisasi diri tentang kehadiran kami hingga pelosok pedesaan dan apa yang menjadi hak-hak difabel,” ujar Ketua Forsadika Maria Norma Yunita kepada Ekora NTT 9 Desember 2019 lalu.

Norma, demikian biasa disapa, mengakui kehadiran difabel masih dipandang sebelah mata baik oleh masyarakat dan pemerintah.

Hadirnya Forsadika, tambah jebolan Fakultas Ekonomi prodi Manajemen Unipa Maumere ini meminta perhatian pemerintah Provinsi NTT dan pemerintah Kabupaten Sikka agar dalam kebijakan anggaran juga memihak kaum difabel.

Gencarnya Forsadika mensosialisasikan diri hingga pelosok-pelosok pedesaan, demikian Norma bertujuan, agar kepala desa memahami hak-hak difabel sehingga anggaran dana desa juga menyentuh kelompok difabel yang ada di pedesaan agar anggaran di desa betul-betul berkeadilan difabel.

iklan

Norma juga tidak menutup mata akan sentuhan kasih yang telah dilaksanakan Caritas Keuskupan Maumere ( CKM) lewat pemberdayaan difabel sejak tahun 2003 melalui berbagai kegiatan.

“Bantuan peralatan untuk kebutuhan difabel berupa sepeda motor roda tiga, tongkat dan kursi roda,” kata Norma.

Norma memberikan apresiasi kepada uskup Maumere, pastor paroki Thomas Morus dan Bupati Robi Idong yang selalu hadir dalam setiap kegiatan Forsadika.

“Dengan kehadiran pemimpin gereja dan pemimpin pemerintahan, kami rasa, kami tidak berjalan sendiri tetapi terus semangat untuk memperjuangkan hak-hak difabel,” tandas Norma.

Norma merincikan, Forsadika memiliki 200 lebih anggota yang tersebar di 7 kelompok yakni Tanaduen, Blatat, Waiara, Kokowahor, Lepolima Nelle, Paga, Tilang dan tiga kelurahan yakni Madawat, Waioti dan Wairotang.

Yuven Fernandez

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA