Seminari Santo Kamilus Nita Bangun 34 Rumah Bebas Pasung bagi ODGJ

Maumere, Ekorantt.com – Sejak tahun 2016 hingga Desember 2019, Seminari Tinggi Santo Kamilus Nita-Flores telah membangun 34 rumah bebas pasung bagi Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ).

Rektor Seminari Tinggi Santo Kamilus Nita Pater Cyrelus Suparman Andi, MI kepada Ekora NTT Rabu (8/1/2020) mengatakan, pembangunan rumah bebas pasung dianggap sebagai solusi yang sangat manusiawi.

Pastor Andi menjelaskan, rumah bebas pasung dibangun dengan ukuran 3 x 4 meter dilengkapi tempat tidur dan peralatannya seperti; toilet jongkok, lantai keramik putih, dan dinding beton dilapisi bambu cincang luar-dalam.

Sejauh ini, rumah bebas pasung sudah tersebar di Nita, Nele, Kewapante, Watubala, Lela, Sikka, Habi, Hepang, Nanga, Bolowolon, He’o, Pogon, Kewa Gunung, dan Maumere.

“Kami telah membangun 34 hunian bebas pasung bagi pasien yang dipasung agar mereka bisa hidup bebas dalam rumah tanpa harus dipasung. Selain itu ada 6 pasien yang lekas dibantu. Totalnya ada 40 pasien ODGJ yang sudah ditangani Camilian tiga tahun terakhir ini,” jelas Pastor Andi.

26 Desember 2019 lalu, para frater dan imam Camilian Biara Kamilus Nita mengadakan acara natal bersama dengan pasien ODGJ. Dalam acara ini, setiap pasien mendapatkan bantuan sembako dan ternak piaraan.   

Pembagian sembako, ujar Pastor Andi, berupa beras 20 kilogram per pasien, gula, minyak, biskuit, dan pakaian bekas layak pakai. Khusus untuk pasien yang sudah 80-90 persen sembuh diberikan kado ternak piaraan dengan perincian 8 ekor kambing untuk 4 pasien, 6 ekor babi untuk 6 pasien dan 50 ekor ayam untuk dua pasien.

“Pemberian bantuan binatang piaraan ini agar pasien tidak menyepi tetapi disibukkan dengan binatang piaraan masing-masing,” kata pastor Andi.

Tidak hanya pasien ODGJ , keluarga mereka juga hadir dalam acara natal bersama. Orang tua dari salah satu ODGJ, Stefanus sangat terharu karena para frater dan imam Camilian mampu merawat anaknya.

Stefanus mengisahkan, ia dan keluarga sudah putus asa. Pengobatan medis telah ditempuh. Pengobatan tradisional juga sempat dicoba. Tapi tak memberikan hasil. Malahan anak perempuannya semakin membenci dirinya dan keluarga.

“Dia melihat kami sebagai musuh besar. Salah satu solusi penyembuhan adanya pengobatan medis. Tetapi ketika diberi obat, ia tolak menolak keras dan tidak mau minum dengan alasan racun, ” terangnya.

Stefanus beryukur karena berkat bantuan para frater dan imam Camilian, anak perempuannya sembuh.

Yuven Fernandez

spot_img
TERKINI
BACA JUGA