Tiga Anggota DPRD Ngada Terdaftar sebagai Mahasiswa baru di Kampus Stiper Bajawa

Bajawa, Ekorantt.com – Tiga anggota DPRD Ngada terdaftar sebagai mahasiswa baru di Sekolah Tinggi Pertanian (Stiper) Bajawa. Meski begitu, mereka belum bisa mengikuti kegiatan Ordik karena sedang berada di luar daerah.

Hal itu disampaikan oleh Ketua Stiper Bajawa, Nicolaus Noywuli, saat berbincang-bincang dengan Ekora NTT di sela-sela pembukaan Ordik mahasiswa baru di kampus tersebut, Rabu (26/8/2020).

Meski enggan menyebut nama ketiga wakil rakyat itu, Nicolaus memastikan bahwa mereka sudah terdaftar.

Nicolas bilang, sebanyak 141 mahasiswa baru angkatan pertama di kampus milik Yayasan Persekolahan Umat Katolik Ngada (Yasukda) mengikuti Ordik selama tiga hari, yakni sejak Rabu (26/8) hingga Jumat (28/8).

Selain tiga anggota DPRD Ngada, kata Nicolaus, ada enam Pegawai Negeri Sipil (PNS) di lingkup Pemkab Ngada juga terdaftar sebagai peserta Ordik.

Nicolaus mengatakan, ada dua pemateri utama dalam kegiatan Ordik yakni Bupati Ngada Paulus Soliwoa dan anggota Komisi IV  DPR RI Julie Sutrisno Laiskodat.

Utamakan Mutu

Sementara itu, Ketua Yasukda, RD Silverius Betu mengatakan, kehadiran kampus Stiper Bajawa dimulai dari sebuah optimisme.

“Bagi Tuhan, sesuatu yang dimulai dengan benar, tentunya akan menghasilkan yang baik,” katanya dalam sambutan acara pembukaan kegiatan Ordik.

Menurutnya, jumlah mahasiswa angkatan pertama yang signifikan merupakan suatu kekuatan dan dasar, mengantar Stiper Bajawa menjadi sebuah lembaga pendidikan tinggi yang mengutamakan mutu.

Ia mengatakan, keputusan para mahasiswa untuk kuliah di Stiper Bajawa, tentu melalui sebuah komitmen yang matang.

“Mereka (mahasiswa) merupakan generasi yang menjadi kekuatan besar untuk Gereja, Negara Indonesia dan Kabupaten Ngada, serta Flores pada umumnya,” sebutnya.

Nicolaus menambahkan, Stiper Bajawa merupakan satu-satunya Sekolah Tinggi Pertanian di NTT yang telah mendapat persetujuan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 517/M/2020.

Ia memastikan bahwa selama Ordik  tidak ada perpeloncoan, pemaksaan kehendak, termasuk kekerasan verbal yang dapat menyebabkan mahasiswa baru menjadi shock atau trauma.

“Perpeloncoan bertentangan dengan hak asasi manusia, sehingga tidak boleh ada lagi tindakan semacam itu karena di era milenium. Yang difokuskan adalah kemampuan akademik dan prestasi belajar dengan pengalaman,” ujarnya.

Kegiatan Ordik dilaksanakan dengan mengikuti protokol kesehatan seperti pengecekan suhu tubuh, cuci tangan, menggunakan masker dan jaga jarak.

Belmin Radho

spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA