Inovasi Dua Pemuda di Pedalaman Elar: Rakit PLTMH dari Barang Bekas untuk Bantu Siswa Saat Belajar Online

Borong, Ekorantt.com – Aleksander Magang (22) dan Yohanes Gualbertus Asman (18), pemuda asal Kampung Wae Solong, Dusun Compang, Desa Rana Gapang, Kecamatan Elar, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, merakit alat pembangkit listrik tenaga mikrohidro (PLTMH) dari barang-barang bekas.

Kedua pemuda itu memanfaatkan barang bekas seperti velg sepeda motor, pipa, dinamo dan kabel sebagai bahan dasar pembangkit listrik tenaga air tersebut.

“Kami gunakan velg motor untuk buat kincir. Kami belah pipa dan bilahan pipa itu kami ikat di velg untuk jadi kincir. Velg yang satunya kami jadikan roda untuk pasang tali kipas atau V-belt untuk menggerakan dinamo,” ceritanya saat dihubungi Ekora NTT, Minggu (11/4/2021) malam.

Menurut pemuda yang biasa disapa Alen itu, untuk menggerakkan kincir, mereka memanfaatkan air pembuangan dari sawah warga. Mereka membangun bendungan dari batu dan tanah untuk menahan air tersebut. Air dari bendungan sederhana itu dialirkan menggunakan pipa menuju kincir.

Bendungan sederhana penampung air untuk menggerakkan kincir PLTMH rakitan dua pemuda di Desa Rana Gapang.

Alen hanya lulusan salah satu SMA swasta di kota Ruteng, Kabupaten Manggarai, pada 2019. Sedangkan Yohanes adalah siswa kelas XI SMAN 1 Elar. Mereka tidak pernah belajar khusus untuk merakit PLTMH. 

Menurut Alen, ia dan rekannya bisa merakit pembangkit listrik sederhana tersebut karena melihat model PLTMH milik salah seorang warga Ledu, tetangga dusun mereka.

“Kami rakit ini PLTMH karena lihat di Ledu. Tetapi PLTMH di Ledu itu peralatannya modern karena pemiliknya pakai beli semua peralatannya,” ungkap alumni SMA Bina Kusuma Ruteng tersebut.

Alen mengatakan, ia dan Yohanes merakit PLTMH sederhana itu karena prihatin dengan siswa-siswi SMP dan SMA di kampung mereka yang kesulitan mengecas handphone ketika hendak mengikuti pembelajaran online selama pandemi Covid-19.

Menurutnya, untuk bisa mengisi arus handphone, para siswa di Wae Solong harus mengantri di rumah warga yang memiliki generator, sebab, di kampung tersebut belum ada listrik PLN. 

“Itu pun tidak semua anak sekolah bisa cas handphone karena generator itu buka hanya sekitar 4 jam yaitu sejak jam enam sampai jam 10 malam,” ungkapnya.

Ia menyebut, di Kampung Wae Solong ada 22 rumah. Sedangkan total rumah di Dusun Compang yakni lebih dari 100, dengan jumlah penduduk sekitar 600 jiwa.

“Saat ini, arus dari PLTMH yang kami bangun itu, hanya menjangkau tiga rumah di Wae Solong,” ucapnya.

Menurutnya, berkat arus PLTMH itu, kini siswa-siswi di kampungnya sudah sedikit terbantu. Mereka tidak lagi antri untuk cas handphone pada malam hari di rumah pemilik generator.

“Sekarang siswa-siswi di kampung sudah bisa cas handphone kapan saja, tidak harus tunggu malam,” katanya.

Kendati demikian, Alen berharap kepada pemerintah untuk membantu mereka agar bisa menaikkan daya listrik PLTMH tersebut.

“Kami tentu masih butuh bantuan untuk mendapatkan bahan-bahan agar daya listriknya besar dan bisa menjangkau semua rumah di dusun kami,” tutupnya.

Warga Kampung Wae Solong menyambut baik karya dua pemuda tersebut. Mereka berterima kasih karena anak-anak mereka sudah tidak kesulitan lagi mengecas handphone saat hendak belajar online.

“Harapannya, mudah-mudahan Pemda bisa mengikutsertakan mereka berdua dalam berbagai kursus untuk sedikit menambah ilmu mereka di bidang PLTMH,” tutur salah seorang warga Kampung Wae Solong.

Sementara itu, salah seorang tokoh muda Desa Rana Gapang, Ejhy Serlenso meminta pemerintah untuk memperhatikan kedua pemuda yang berinovasi membangun PLTMH di Wae Solong tersebut.

Selain itu, ia juga meminta agar pemerintah membangun jaringan PLN ke wilayah Elar.

“Elar ini kecamatan tua, tetapi hampir semua desa belum masuk PLN,” katanya.

“Jangan hanya bawa janji saat kampanye ke Elar. Tolong perhatikan kami. Kami butuh listrik dan akses jalan yang baik,” pungkasnya.

Rosis Adir

TERKINI
BACA JUGA