Maumere, Ekorantt.com – Yosef Rodin (31) jebolan FKIP Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Flores Ende tahun 2013 enggan memilih bekerja sebagai guru.
Anak muda asal Mudung, Desa Aibura, Kecamatan Waigete, Kabupaten Sikka ini memilih pulang kampung halamannya membangun Sanggar Lero Sadang Wolon.
Kepada Ekora NTT Rabu (20/10/2021), Yosef berkisah, awal niatnya untuk mendirikan sanggar sempat terjadi pro kontra oleh masyarakat Mudung bahkan ditolak oleh ayah kandungnya. Namun, ia tetap tenang dan fokus dalam cita-citanya itu.
“Dari titik inilah memantik saya terus berjuang dan bekerja serta berusaha menjinakkan hati bapak. Akhirnya terbukti. Tanggal 7 Mei 2021 sanggar ini diresmikan. Bapak berbahagia memeluk saya sambil meminta maaf,” jelas Yosef.
“Saya tetap tenang maladeni suara-suara sumbang. Terus melakukan yang terbaik. Akhirnya berbuah indah,” tambahnya.
Yosef menyatakan di masa pandemi Covid-19 tepatnya bulan Juni 2020 seluruh aktivitas warga diberhentikan. Masyarakat bingung karena semua dibatasi.
Melihat keadaan tersebut, lanjutnya, ia mencoba untuk melakukan pendekatan dari hati ke hati dan memberikan pemahaman kepada anggota dimana awalnya hanya dua orang saja yakni ibu Benedikta Gonsali dan ibu kandungnya Huberta Hiwin.
“Puji Tuhan hingga saat ini beranggotakan 60 orang dengan latarbelakang pendidikan dan keterampilan yang berbeda-beda,” ujar alumni SMAK St. Petrus Kewapante ini.
Yosef membeberkan aneka produk dari sanggar ini berupa kain tenun warna alam dan warna sintesis, musik gong waning, musik kampung, suling, produksi kopi Wolet varian rasa dan pengolahan makanan lokal ‘Lekun‘.
Menyinggung makanan lokal ‘Lekun’, katanya, adalah salah satu kue adat yang diwariskan leluhur dan harus dijaga dan dilestarikan agar tidak punah.
“Dengan perkembangan zaman ‘Lekun‘ harus dipromosikan karena memiliki nilai jual tinggi,” ungkapnya optimis.
Yosef berkata, sanggar ini juga mempunya produk kopi. Namanya Kopi Wolet varian rasa baik rasa jahe merah, rasa vanila dan rasa original.
Ia optimis Sanggar yang mengusung motto ‘Ami Sanggar Lero Sadang Wolon Tubuk Ganu Rii Diran Ganu Rotan’ (tumbuh seperti alang-alang dan tajam seperti rotan) akan tetap eksis.
“Tidak mungkin hal yang baik untuk membangun kampung halamannya tidak didukung masyarakat setempat,” tutupnya.
Yuven Fernandez