Kepala SMAK Fransiskus Saverius Ruteng Jadi Finalis Kepsek Inspiratif Tingkat Nasional

Ruteng, Ekorantt.com Kepala Sekolah SMAK Fransiskus Saverius Ruteng, Romo Martin W. Wilian, dipilih menjadi salah satu finalis dalam ajang apresiasi guru dan kepala sekolah pendidikan menengah dan pendidikan khusus inspiratif tahun 2021 yang digelar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud). Ajang ini merupakan salah satu bentuk penghargaan dari pemerintah atas prestasi, kinerja yang dihasilkan dalam pelaksanaan Pembelajaran Tatap Muka Terbatas (PTMT).

Nama Romo Martin Wiliam tertuang dalam Keputusan Direktur Guru Pendidikan Menengah dan Pendidikan Khusus Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan, Teknologi Nomor: 3511/B6/GT.02.10/2021 tentang nama-nama finalis apresiasi guru dan kepala sekolah pendidikan menengah dan pendidikan khusus inspiratif tahun 2021.

Romo Martin, begitu sapaan akrabnya, satu dari dua finalis kategori kepala SMA asal Nusa Tenggara Timur (NTT) yang lolos 20 besar tingkat nasional. Namun, ajang ini belum berakhir. Sebab, 20 finalis akan melakukan presentasi di Jakarta pada 21-23 November 2021 sebagai tahapan seleksi untuk masuk dalam lima besar.

Kepada Ekora NTT di ruang kerjanya, Selasa (16/11/2021), Romo Martin mengaku, baru saja mendapatkan kabar gembira itu melalui website.

Ia berujar kegiatan tersebut telah dimulai sejak bulan November 2021 dalam rangka Hari Guru Nasional pada 25 November. SMAK Fransiskus Saverius Ruteng kemudian diundang untuk mengambil bagian dalam perlombaan itu.

iklan

“Saya melihat bahwa ini adalah tawaran menarik. Kami merasa ini betul-betul kisah inspiratif, dan memang kami bagikan yang unik di tengah pandemi Covid-19. Terutama ketika mulai berlakunya PTMT,” katanya.

Pihaknya beber Romo Martin, berusaha mendesain model PTMT dalam empat tahap, yakni perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, dan pengawasan.

Karya-karya itu kemudian ditayangkan melalui kanal Youtube. Romo Martin mengaku lebih memilih pembelajaran susah senang selama PTMT. Meski, mantan Kapelan Paroki St. Stefanus Iteng ini menilai, pembelajaran di tengah pandemi justru lebih banyak susah.

“Karena itu penyesuaian agak berat, tetapi kami mencoba dengan segala yang ada pada kami. Fasilitas yang ada, SDM guru dan siswa. Kami mencobanya,” ujar mantan pembina Seminari St. Yoh. Paulus II Labuan Bajo ini.

Kendati demikian, Romo Martin menilai prestasi yang dirai bukanlah sesuatu yang kebahagiaan semata, tetapi hal itu membuat pihaknya semakin tertantang untuk rencana selanjutnya.

“Dengan mendapat prestasi seperti ini, semua orang tertuju pada kita. Kepada saya maupun kepada lembaga ini. Apakah sekolah ini siap untuk memfasilitasi sekolah-sekolah lain, kepala sekolah lain, terutama berkaitan dengan digitalisasi pembelajaran. Bagaimana penggunaan google classroom ini secara efektif untuk siswa dan guru. Ini yang membuat kita merasa ditantang,”pungkasnya.

Adeputra Moses

TERKINI
BACA JUGA