Menengok Pasar Inklusi Duawutun yang Baru Diresmikan Bupati Thomas Ola

Lewoleba, Ekorantt.com – Pemerintah Kabupaten Lembata akan mereplikasi model pasar inklusi yang sudah dibuka di Desa Duawutun, Kecamatan Nagawutung, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur. Pasar Inklusi yang diinisiasi Yayasan Humanity & Inclusion bersama CIS Timor dan Pemerintah Desa Duawutun telah diresmikan pemanfaatannya oleh Bupati Lembata Thomas Ola, Kamis (9/12/2021).

Pasar inklusi difokuskan untuk menampilkan aneka produk yang dihasilkan kelompok rentan seperti kelompok difabel, kepala keluarga perempuan, dan anak muda yang belum punya akses pasar produk ekonominya. Ini merupakan salah satu target dari program Pembangunan Ekonomi yang Inklusif dan Berkelanjutan (PEIB) yang dilaksanakan HI dan CIS Timor di Kabupaten Lembata sejak tahun 2020.

Usai peresmian, kepada wartawan, Thomas Ola mengaku terkesan dengan model Pasar Inklusi dan berkomitmen mereplikasinya pada sejumlah kecamatan lain di Kabupaten Lembata.

“Ini model yang unik. Ini pasar yang menampilkan nilai-nilai kemanusiaan yang setara dan selaras. Tidak semua produk kelompok rentan bisa ada di pasar yang lain, tetapi pasti ada di sini. Itulah fungsi pasar dengan model inklusif. Ini contoh yang baik, dan kita akan replikasi. Akan dibangun pasar dengan model seperti ini di kecamatan yang lain,” terang Thomas Ola.

Margareta, perempuan kepala keluarga (Tengah) sedang mengatur jualannya berupa beras hitam, beras merah, jewawut dan madu di Pasar Inklusi Duawutun

Sesudah diresmikan, sejumlah lapak semi permanen ramai didatangi pembeli yang hadir dalam acara peresmian. Aneka produk karya kelompok rentan juga ramai menghiasi setiap lapak.

Di salah satu lapak, aneka peralatan makan dari batok kelapa menjadi incaran pengunjung. Dari teko hingga gelas, tampak unik dalam balutan politur tipis warna khas batik kelapa. Mengkilap kecokelatan. Ini adalah lapak yang dikawal seorang gadis. Anak dari Wilem Bean. Pesebakbola kesebelasan Persenaga Nagawutung era 90-an yang harus gantung sepatu lebih cepat usai dibekap cedera. Cedera panjang yang berbuntut ia kesulitan berjalan. Menyulap batok kelapa jadi aneka produk perabot makan kini jadi kesehariannya.

Di lapak yang lain, sejumlah sarung dan selendang rapi dipajang. Selembar sarung dengan tenunan dari benang kapas, dibandrol Rp1 juta. Tangan-tangan renta perempuan kepala keluarga di Desa Duawutun telah berjuang berulang bulan untuk menghasilkannya. Harga sepadan dengan nilai perjuangan menyelesaikannya.

Di lapak yang lain, Margareta, perempuan kepala keluarga sibuk melayani pembeli hasil pertaniannya. Tak ada beras putih. Meja lapaknya penuh dengan kemasan kiloan beras hitam dan beras merah. Ditanaminya sendiri dan dilepas di pasar inklusi dengan harga ramah di kantong. Hanya Rp15 ribu per kilogram. Ia dan kerabat juga memanen madu hutan. Asli. Rp100 ribu takaran 600 liter.

“Untung ada pasar ini. Kalau tidak saya pusing kalau habis panen harus pergi pulang Lewoleba. Saya rutin tanam padi hitam dan merah. Saya tidak perlu jalan jauh lagi” ungkap Margareta tersenyum lepas.

Resminya Pasar Inklusi Duawutun sekaligus menandai berakhirnya program PEIB di Kabupaten Lembata  Ignas Laumakiling, dari CIS Timor yang memimpin implementasi program PEIB di Lembata menuturkan, pihaknya sangat berterima kasih atas perjuangan pemerintah Desa Duawutun untuk mendirikan pasar inklusi.

“Kami sangat mengapresiasi perjuangan Bapak Donatus Boli Baon. Ia penjabat kepala desa Duawutun. Ia berjuang keras agar mimpi kelompok rentan bisa terwujud. ” jelas Laumakiling

Ia menambahkan aneka penemuan unik saat berinteraksi dengan kelompok rentan yang didampingi.

“Terbanyak dari mereka mengalami penurunan daya penglihatan, hambatan fisik kaki dan tangan serta berbicara dan pendengaran. Ada juga yang memiliki anak dengan disabilitas. Tapi masing-masing dari mereka memiliki mimpi-mimpi, keterampilan dan pengalaman. Namun yang sama adalah mereka menguasai masing-masing keterampilannya dengan baik” tambahnya.

Ignas berharap, sepeninggal dirinya dan Om Melyaki Habel dari HI pasca berakhirnya program, pemerintah terus memberi perhatian dan motivasi atas keterampilan yang dimiliki kelompok rentan.

Pasar Inklusi Duawutun telah resmi beroperasi. Ini menjadi pasar dengan model inklusi pertama di kabupaten yang telah berusia 22 tahun ini. Persis di pinggir jalan yang menghubungkan Lewoleba dan Lamalera. Melintasi kampung-kampung di sisi utara hingga barat Kecamatan Nagawutung. Terus ke selatan masuk wilayah Kecamatan Wulandoni.

Aneka produk kerajinan dan hasil pertanian dari mama-mama yang kadang terabaikan akan ada di sini. Pengguna jalan yang telat sarapan dikejar aktivitas boleh mampir, sarapan kopi pagi akan menjawab keluh kampung tengah. Selembar lima ribuan dari kantong anda, akan menyemangati untuk terus mengasah keterampilan di tengah keterbatasan. Mari sudah, belanja yang inklusif di Pasar Inklusi Desa Duawutun.

Ben Assan

spot_img
TERKINI
BACA JUGA