Maumere, Ekorantt.com – Namanya Martinus Sani (70), lelaki tua dan perkasa ini berasal dari Kecamatan Tanawawo yang setiap hari menjajakan lembaran-lembaran motif tenun Sikka di kompleks pertokoan kota Maumere.
“Saya ini seorang tukang batu sejak tahun 1970-an. Kerja ikut proyek. Kalau tidak ada kerja maka jual lembaran motif tenun di pasar-pasar sebagai pilihan,” katanya kepada Ekora NTT di teras toko Lion kompleks pertokoan Maumere pada Jumat (8/7/2022).
Martinus berkisah, sejak tahun 1979, tepatnya 43 tahun silam ia mulai berjualan lembaran-lembaran motif tenun.
Menurutnya, peluang usaha ini menjanjikan saat itu karena pada umumnya ibu-ibu di Kabupaten Sikka ini suka menenun dan harga jual sarung tenun ikat akan meroket sesuai dengan motif pada sarung tenun tersebut.
“Di Sikka ini banyak Sanggar Tenun dan para penenun pasti membutuhkan contoh motif untuk proses ikat dan dapat menghasilkan sarung tenun ikat dengan kualitas motif yang bagus,” kata ayah 7 anak ini.
Seiring dengan sudah banyak penjual lembaran motif tenun, akui Martinus, penghasilan yang didapatnya tidak seberapa besar. Ia menjual lembaran motif tenun seharga Rp5000.
“Setiap hari ya kalau rezeki bisa dapat Rp10 ribu sampai Rp20 ribu. Kadang juga pulang dengan tangan hampa,” ungkap Martinus yang telah berpisah abadi dengan istrinya 8 tahun silam.
Banyak Pembeli
Seperti disaksikan Ekora NTT, ada cukup pembeli yang menghampiri lembaran-lembaran motif di depan teras Toko Lion sambil membolak-balik lembaran tersebut untuk mencari motif yang bagus sesuai selera.
Mama Mia misalnya, ibu penenun sarung asal Palue dan tinggal di Kelurahan Hewuli, Kecamatan Alok Barat, mencari motif burung untuk ikat tenun.
“Banyak pembeli sarung senang dengan motif burung sehingga saya beli lembaran motif ini,” ujarnya.
Sedangkan penenun laki-laki asal Tebuk Kecamatan Nita mencari motif burung kasuari dan gajah.
“Sebagian motif saya sudah miliki hanya motif burung kasuari dan gajah yang belum ada. Kedua motif pada sarung ini kalau dijual harganya mahal. Saya pernah beli sarung bermotif burung kasuari dengan harga Rp2,5 juta,” ungkap pria yang bernama Nong ini.
Pada akhir pembicaraan dengan Martinus ia mengatakan akan terus menjual lembaran motif tenun tersebut.
“Saya akan tetap menjual lembaran motif tenun sampai tua dan tidak bisa melangkah. Agar dapur tetap mengepul. Pekerjaan ini tidak menguras tenaga seperti tukang batu,” tutupnya.