Larantuka, Ekorantt.com – Pilihan terbaik akhir pekan atau hari libur untuk warga di seputaran Gunung Lewotobi adalah melakukan rekreasi di beberapa tempat tujuan wisata.
Salah satu tempat tujuan itu adalah Pantai Nurabelen. Tempat ini biasa dikenal warga dengan sebutan pantai jalur Tempat Penimbun Ikan (TPI) yang kini tak terurus lagi oleh pemiliknya.
Di tempat ini, ada juga dermaga kapal ikan yang dulu biasa dipakai nelayan Nurabelen, Nobo, dan beberapa nelayan dari Solor maupun Adonara. Mereka biasanya menepi dan melabuhkan perahu ikan milik mereka setelah pulang mencari.
Akan tetapi, saat ini pantai tersebut tetap menjadi pilihan para pengunjung dari beberapa kampung di bawah kaki Gunung Lewotobi.
Ketika Ekora NTT menyambangi tempat tersebut pada Minggu (13/11/2022), di bibir pantainya, ada satu rombongan keluarga yang duduk sembari menikmati sejuknya angin pantai. Mereka membuka lagu-lagu slow yang menggema merdu.
Fredy Puka, pengunjung pantai itu, memilih TPI karena ia menyukai air panas yang muncul di permukaan pasir ketika pasang surut pada sore hari.
Warga Desa Dulipali, Kecamatan Ile Bura ini mengaku, biasanya ia bersama keluarga mengunjungi tempat itu pada hari Minggu.
“Kami biasa kalau mau santai dengan keluarga, pilihan terbaik adalah ke pantai. Kalau bukan Pantai Nara, kami ke TPI,” kata Fredy.
Ia bilang, jika pasang surut tiba, banyak pengunjung yang menyusuri pantai dan menggali pasir untuk menceburkan tubuh mereka ke dalam air panas.
“Airnya cukup panas. Jika ada yang memiliki gejala penyakit kulit, tempat ini kami rekomendasikan untuk siapa saja,” katanya.
Fredy menambahkan, hal yang menguntungkan adalah tempat tersebut belum masuk dalam daftar aset Desa Nurri, Kecamatan Ile Bura.
Ia berpendapat, seharusnya tempat tersebut menjadi salah satu aset desa yang bisa menambah pundi-pundi rupiah untuk kebutuhan desa.
Sementara itu, Lusia Herlinda, pengunjung yang lain ikut mendukung supaya Pemdes Nurri bisa memperhatikan pengelolaan air panas yang muncul kala pasang surut tersebut.
“Air panas itu muncul secara alami, habis pasang surut, kita yang menggali pasir untuk bisa menampung air dan mandi. Dari segi naturalnya, sangat bagus; tentu ini aset wisata; dan kalau bisa, Pemdes Nurri bisa melihat potensi ini,” ungkapnya.
Sementara itu, Yeremias Repang Puka, aparatur Desa Nurri ketika dikonfirmasi, menyebut pihak desa belum membicarakan terkait penataan dan atau pengelolaan lokasi Air Panas di dekat TPI.
“Sejauh ini kami belum membicarakan dalam musyawarah dan belum ada yang menyinggung soal Air Panas tersebut, tapi tentu semua harapan wisatawan atau pengunjung akan kami lemparkan dalam musyawarah ke depan,” kata Yeri, ia biasa disapa.
Lulusan ITFK Ledalero ini menyampaikan terima kasih karena banyak pengunjung yang selalu visioner dan mengoreksi serta memberi saran untuk Desa Nurri.
“Ke depan, kami akan perhatikan. Sekali lagi terima kasih dan tetaplah mengunjungi aset wisata kami di Nurabelen yang sejauh ini masih gratis,” tutupnya.