Wujudkan Merdeka Belajar, Dua Mahasiswi Unipa Asistensi Mengajar di SPNF SKB Sikka

Maumere, Ekorantt.com – Dua mahasiswi Program Studi Pendidikan Bahasa Inggris Unipa, Gabrielis Triyunarti Dua Welin (22) dan Fransiska Lasa Bukan (21) melaksanakan Program Asistensi Mengajar selama enam bulan di Satuan Pendidikan Non Formal (SPNF) Sanggar Kegiatan Belajar Sikka Tahun Ajaran 2022-2023.

“Program ini adalah bentuk kegiatan pembelajaran yang dilakukan mahasiswa secara kolaboratif dibawa bimbingan guru pamong dan dosen demi mewujudkan salah satu program Merdeka Belajar,” kata Yosefa Kolin Kepala SPNF SKB Sikka kepada Ekora NTT, Kamis.

Program ini diterapkan sebagai implementasi kemitraan antara Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Unipa dan SPNF Sanggar Kegiatan Belajar Sikka.

Kedua mahasiswi ini didampingi Guru Pamong Fransiska Yunita untuk Paket B Setara SMP dan Yosefa Kolin untuk paket C Setara SMA serta dua dosen pembimbing Wendelinus Oscar Janggo dan Martha Alinda.

Ketua Prodi Pendidikan Bahasa Inggris Unipa Wendelinus Oscar Janggo mengungkapkan program yang dijalankan selama enam bulan ini mahasiswa diarahkan untuk membantu guru dalam proses pembelajaran, adaptasi teknologi serta bantuan administrasi.

iklan

“Alasan Prodi PBI Unipa memilih SPNF SKB Sikka karena keunikan yang dimiliki lembaga berkaitan dengan karakteristik dan keadaan peserta didik di lembaga ini,” ujar Oscar.

“Kami ingin pula memberi nuansa baru kepada mahasiswa dimana mereka akan berhadapan dengan peserta didik yang memiliki karakter yang sedikit berbeda dengan peserta didik sekolah formal. Selain itu mahasiswa banyak belajar mengenai prakarya, pengembangan minat dan bakat peserta didik,” tambah Oscar.

Gabrielis Triyunarti Dua Welin yang akrab disapa Narty dan Fransiska Lasa Bukan yang biasa disapa Ila kepada Ekora NTT keduanya awal mengajar di SKB merasa gugup.

“Awalnya saya gugup karena SKB ini berbeda dengan sekolah formal. Pembelajaran untuk anak usia sekolah disebut kelas pagi. Sedangkan untuk orang dewasa disebut kelas sore,” ujar Ila.

Namun ada hal unik terang mahasiswi asal Boru, Flores Timur harus menghadapi peserta didik usia dewasa.

“Hal ini yang membuat saya gugup pada awal mengajar. Tetapi seiring dengan waktu akhirnya bisa beradaptasi dengan kultur di SPNF SKB Sikka,” ujar Ila.

Hal senada juga disampaikan Narty. Mahasiswi asal Habi Kabupaten Sikka.

Dia mengatakan SKB sedikit berbeda dengan sekolah formal lainnya, misalnya, jam pelajaran lebih cepat.

” Awal mengajar nervous juga karena sebagian peserta didik usianya hampir sebaya dengan saya. Tetapi akhirnya bisa cepat beradaptasi,” tutupnya.

TERKINI
BACA JUGA