Perbaiki Ekonomi Rumah Tangga, Ibu-Ibu di Bloro Bentuk Kelompok Tenun Ikat

Maumere, Ekorantt.com – Ibu-ibu rumah tangga yang berasal dari Bloro, Desa Bloro, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka, membentuk Kelompok Tenun Ikat.

Mereka terdiri dari 10 orang yang berasal dari Kelompok Basis Gerejani Reinha Rosari Bloro yang aktif menjalankan kebaktian; berkebun, dan menenun.

“KTI ini dibentuk sebagai tindak lanjut tema APP 2023; keluar dari kemiskinan sekaligus memperbaiki kehidupan ekonomi keluarga, mereka bentuk Kelompok Tenun Ikat (KTI) dengan nama Pang Ratu Lorun Bloro,” kata Pembina KTI, Agus Badjo kepada Ekora NTT, Minggu (19/3/2023).

Agus menjelaskan ibu-ibu ini memiliki keterampilan ikat tenun yang memiliki nilai jual yang tinggi.

Hasil dari tenun ikat berupa sarung dan selendang untuk dipakai sendiri dan dapat mereka jual demi menambah penghasilan ekonomi keluarga.

iklan

Namun, dalam proses pembuatan selembar kain tenun ikat, tambah Agus, ibu-ibu membutuhkan dana yang cukup untuk pembelian benang dan zat pewarna serta alat-alat tenun lainnya.

Ibu-ibu di Bloro tampak menikmati proses memintal benang – Ekora NTT

“Karena kekurangan dana maka mereka membuat tenun ikat sesuai kemampuan mereka sehingga hasilnya tidak maksimal dan hanya beberapa ibu yang memiliki uang dapat melakukan kegiatan tenun ikat,” terang Agus.

Bermula dari Katekese

Ketua Kelompok Bernadetha Nona Erlis mengatakan, dalam kegiatan katekese ibu- ibu berkumpul berdoa dan menceritakan pengalaman hidup termasuk kesulitan ekonomi.

“Pada saat itu ibu-ibu tergerak hati membentuk kelompok sanggar tenun ikat untuk menambah penghasilan karena hanya inilah keterampilan yang dimiliki ibu- ibu dan terkendala dana,” kata Erlis.

Erlis bilang, ada bantuan dari satu keluarga berupa benang 3 bal karena kelompok ini terdiri dari 10 orang maka masih membutuhkan dana.

Saat ini, lanjut dia, kegiatan yang dilaksanakan tiap hari Sabtu dan Minggu ini masih menggunakan teras rumah.

“Rencana ke depan bangun sanggar di tempat sendiri yang agak luas dilengkapi ruang khusus untuk memajangkan hasil tenun berupa sarung, selendang, topi, dompet dan aksesoris lainnya,” ujarnya.

Salah satu anggota, Anselmia Lodan (55) mewakili teman-temannya sangat bersyukur karena pada saat mereka mengalami kesulitan, ada yang memberi bantuan benang.

Kegiatan awal, kata Mama Lodan, sudah dijalankan dengan guling benang atau wolot kapa kemudian ikat motif benang atau mata kapa.

Mama Lodan mengatakan kelompok sanggar yang diberi nama Pang Ratu Lorun dari Bahasa Sikka memiliki arti Pondok Mama Menenun Sarung.

Ia berharap, KTI yang sudah dimulai tetap hidup dan dikelola dengan baik ke depan.

“Harapan saya, tentu mewakili teman-teman, ada yang mendukung kami untuk fokus menenun sampai kepada menjual dan mendapat hasil dari sisi ekonomis,” pungkasnya.

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA