Bajawa, Ekorantt.com – Puluhan pelajar Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Desa Nginamanu, Kecamatan Wolomeze, Kabupaten Ngada ikut lomba menganyam yang diselenggarakan oleh pemerintah desa setempat.
Kegiatan itu bertujuan untuk memperkuat warisan leluhur sekaligus semarak memperingati hari kemerdekaan Republik Indonesia ke-78.
Kepala Desa Nginamanu, Henwigis P. Mawo Wio, kepada Ekora NTT, Kamis (3/8/2023) menjelaskan menganyam merupakan budaya masyarakat setempat yang saat ini terancam hilang akibat perkembangan zaman dan teknologi.
“Ini merupakan salah satu perlombaan untuk memeriahkan semarak jelang HUT ke-78 RI. Sekaligus kembali mengangkat budaya anyaman di sini yang saat ini terancam hilang,” kata Henwigis.
Ia menuturkan pemdes melibatkan generasi muda sebagai peserta lomba di bawah bimbingan mama-mama pengrajin anyam yang berasal dari kelompok anyam Subinana di Desa Nginamanu.
“Jumlah mama-mama pengrajin anyam di desa ini berjumlah 40 orang. Sudah sangat sedikit, sehingga ke depan kita akan duduk bersama dan berbicara hal ini,” katanya.
“Target kita ada warisan ke kaum muda sehingga tidak hilang,” kata dia menambahkan.
Pihaknya berkomitmen menjaga warisan leluhur melalui kebijakan desa yang memfokuskan perhatian kepada kelompok muda dan mama-mama pengrajin.
Emanuel Djomba, selaku juri sekaligus pendamping kelompok anyam Subinana, menjelaskan produk anyaman merupakan budaya masyarakat setempat yang mana keberadaannya terancam punah.
Di masa lalu, ia menjelaskan, salah satu syarat seorang wanita untuk bisa menikah atau berumah tangga ialah bisa menganyam.
Namun di era sekarang, generasi muda banyak meninggalkan budaya itu dan lebih memilih produk-produk yang praktis. Padahal selain mewarisi nilai dan budaya, menganyam juga memberi dampak ekonomi pada kaum muda.
“Dari anyaman ini bisa menghasilkan produk yang memiliki nilai ekonomi seperti Besek yakni kerajinan yang biasa digunakan untuk menyimpan oleh-oleh dan biasa dijual dengan harga Rp100.000 hingga Rp 150.000,” jelasnya.
Emanuel menambahkan perjuangan untuk mempertahankan budaya menganyam juga menghadapi sejumlah tantangan yang mana banyak kaum muda yang jarang melibatkan diri dalam kegiatan itu. Sehingga lomba menganyam merupakan sarana untuk menarik minat kaum muda.