KUB Maralelik Giat Kembangkan Produk Lokal Nagekeo

Mbay, Ekorantt.com – Marselinus Meze sibuk merapikan kemasan plastik berisi keripik yang telah dikerjakan selama seharian. Beberapa anggota lain menyimpan perlengkapan kerja.

Ruang depan rumah Marselinus kembali rapi seperti sedia kala. Mereka memanfaatkan ruangan itu sebagai tempat produksi olahan pangan lokal Kelompok Usaha Bersama (KUB) Maralelik. 

Kelompok usaha ini diketuai oleh Marselinus dan memiliki belasan anggota. Para anggotanya mayoritas mama-mama di RT 19, Kelurahan Nageoga, Kecamatan Boawae, Kabupaten Nagekeo.

Usaha KUB Maralelik mulai bergeliat setelah pandemi. Mereka memanfaatkan ubi sebagai bahan baku untuk diolah jadi kerupuk dan keripik.

“Kita dapatkan bahan baku dari anggota yang semuanya bermata pencaharian sebagai petani,” ujar Marselinus kepada Ekora NTT awal Juni lalu.

Hasil produk KUB Maralelik tersebut dipasarkan melalui komunitas UMKM Nagekeo Bangkit. Selain itu, mereka berjualan secara mandiri melalui media sosial, seperti facebook dan instagram.

Kata Marselinus, KUB Maralelik juga melakukan promosi lewat pameran. Mereka rutin mengikuti pameran, baik di skala lokal maupun di level nasional.

“Kami sudah ikut di Ende, Labuan Bajo, bahkan sampai di Jakarta. Pelaku UMKM seperti kami memang membutuhkan kesempatan promosi. Semakin banyak ruang promosi maka produk lokal kami semakin terkenal,” ujar dia.

Kendati demikian, KUB Maralelik masih memerlukan pembenahan, termasuk kesiapan tenaga kerja dan rumah produksi yang layak.

“Kami pelan-pelan membenahi mulai dari rumah produksi meski semua bekerja secara manual,” ujar dia.

Pelaku usaha lain, Nindi, masih terus berupaya agar produk Keping Choco Melted, Mauki Kacang Disco, Mauki Kacang Crispy yang ia hasilkan dapat dikenal banyak orang.

Menurut dia, olahan pangan lokal lebih mudah dikembangkan. Selain bahan baku mudah didapatkan, Nindi merasa terbantu dengan kehadiran UMKM Nagekeo Bangkit.

“Jadi, saat event kami semua berkumpul melalui satu wadah UMKM Nagekeo Bangkit. Produk kami dipasarkan di sana,” kata dia.

“Sejauh ini pemasaran cukup lancar. Kami produksi setiap hari,” katanya.

Di sisi lain, UMKM Nagekeo Bangkit mendidik para anggota menjadi pelaku UMKM yang profesional. Setiap anggota harus memperhatikan kualitas produk.

“Produk kami sudah lebih dari 50 jenis. Ada keripik ubi-ubian, aneka kerupuk, kerajinan tangan, kain motif, dan masih banyak,” ujar Ketua UMKM Nagekeo Bangkit, Ening Sunga.

Ening mengatakan, 10 kelompok UMKM yang tergabung dalam UMKM Nagekeo Bangkit difasilitasi terkait pemasaran. Beberapa di antaranya pun memiliki produk yang telah terdaftar dalam e-katalog lokal atau aplikasi belanja barang dan jasa pemerintah.

“Saya punya ada enam produk sudah masuk e-katalog sejak November 2022,” ujar dia.

Ia mendorong pelaku UMKM untuk mengurus legalitas usaha. Minimal memiliki izin usaha.

“Impian kami supaya produk lokal Nagekeo bisa terkenal di tingkat nasional maupun internasional,” kata Ening.

Hal ini sejalan dengan apa yang dilakukan Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Nagekeo. Dekranasda Nagekeo mendorong produk UMKM dengan jenama lokal bisa menjadi kekuatan ekonomi daerah.

“Tumbuhnya produk lokal adalah tanda adanya kebangkitan ekonomi daerah,” ujar Ketua Dekranasda Nagekeo, Ita Don Bosco Do.

Diakuinya, masih banyak potensi lokal yang belum digali. Dan ke depan, Dekranasda Nagekeo akan terus mendampingi pelaku UMKM baik dari sisi produksi maupun pemasaran.

“Kami dorong supaya semua produk berlegalitas. Para pelaku perlu memperhatikan rumah produksi yang standar, lalu tetap menjaga kualitas produk lokal kita,” pungkasnya.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA