Oleh: Yoseph Yoneta Motong Wuwur*
Tanggal 16 Oktober sebagai hari yang istimewa. Hari yang dikhususkan sebagai Hari Pangan Sedunia.
Hari pangan sedunia menjadi kesempatan untuk merefleksikan pentingnya pangan bagi keberlangsungan hidup umat manusia di dunia. Hari Pangan Sedunia memiliki nilai luhur untuk meningkatkan kesadaran dan perhatian penduduk dunia akan pentingnya penanganan masalah pangan baik di tingkat nasional, regional maupun global.
Jika ditelisik lebih mendalam, Hari Pangan Sedunia tidak sebatas diartikan sebagai momentum untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia untuk mengurai permasalahan pangan, akan tetapi mengandung makna krusial sebagai hari yang penting untuk melihat perjuangan dan kehidupan para petani sebagai pejuang pangan belum sejahtera.
Pembangunan pertanian sebagai ujung tombak kedaulatan pangan harus dimaknai untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Kesadaran ini tentu mengandung implikasi bahwa semua energi dan sumber daya diarahkan untuk pembangunan sektor pertanian.
Peringatan Hari Pangan Sedunia dapat menjadi media evaluasi sektor pertanian untuk membangkitkan ketahanan pangan yang mandiri dan berdaulat. Momentum ini diharapkan memiliki roh keberpihakan pada petani lokal yang sudah lama mengalami proses pemiskinan karena harga pangan yang makin mahal.
Sayangnya, meski makin mahal bahan pangan beras di pasar tetapi harga gabah tetap murah sehingga petani tetap miskin. Perubahan iklim dan alih fungsi lahan yang kian signifikan disebut-sebut sebagai biang pemicu proses kerapuhan kedaulatan pangan.
Kedua faktor ini menjadi pendorong penurunan produksi dan menjadi mesin pengatrol harga yang menetaskan kelaparan dan membentuk kantong-kantong kemiskinan baru di Indonesia.
Belakangan ini, seluruh negara di dunia selalu menyerukan pertanian organik dengan tujuan menghasilkan pangan organik. Sementara itu, pada skala nasional di Indonesia pada hari pangan sedunia selalu saja diserukan dan diimbau tentang manfaat bahkan potensi dari pangan lokal.
Seruan akan pemanfaatan pangan lokal sebatas seremonial dan retorika pada peringatan Hari Pangan Sedunia. Bahkan untuk memeriahkan Hari Pangan Sedunia selalu diadakan lomba pangan lokal. Berbagai menu kudapan dan minuman dari bahan pangan lokal disajikan dalam perlombaan.
Namun, sayangnya bahwa setelah perlombaan di Hari Pangan Sedunia tersebut tidak ada tindak lanjut yang dapat menggerakkan agar pangan lokal tetap eksis sehingga tidak hanya hadir saat lomba pangan lokal berlangsung.
Di tengah krisis pangan yang dihadapi sekarang, pemerintah harus dapat mengimbau masyarakatnya untuk memanfaatkan pangan lokal sebagai pangan alternatif. Pangan lokal sebagai bahan pangan alternatif di tengah krisis pangan, menjadikan pangan lokal lebih diminati masyarakat.
Dengan adanya diversifikasi pangan, sektor pangan dapat menjadi sektor yang mandiri dan berdaulat. Untuk itu, peringatan Hari Pangan Sedunia menjadi momentum untuk membangkitkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pangan lokal.
Peringatan ini sebagai momentum keberpihakan pada petani lokal. Tentu, untuk memaksimalkan pangan lokal sebagai bahan pangan non beras membutuhkan suatu pendekatan yang humanis dengan memberikan pemahaman yang positif tentang betapa berharganya serta nilai gizi dari pangan lokal non beras kepada masyarakat.
Mahalnya bahan pokok merupakan dampak dari kemarau panjang yang dialami umat manusia. Kemarau panjang menghadirkan berbagai risiko yang harus dihadapi manusia seperti krisis pangan.
Beras Bukan Satu-satunya Pangan
Di tengah krisis pangan, masyarakat Indonesia diimbau untuk dapat memaksimalkan pangan lokal sebagai bahan makanan guna mengatasi kelangkaan pasokan beras. Beras, mesti disadari, bukan satu-satunya pangan. Dengan begitu, masyarakat Indonesia mesti beralih.
Ketersediaan pangan lokal di alam Nusantara cukup banyak, yang dibutuhkan sekarang adalah gerakan untuk memaksimalkan pangan lokal sebagai bahan pangan non beras. Pangan non beras menjadi penting di tengah mahalnya harga beras.
Krisis pangan yang terjadi mendorong masyarakat Indonesia untuk merefleksikan pentingnya pangan, pentingnya bahan pangan non beras. Dan sekali lagi, masyarakat Indonesia harus menyadari bahwa beras bukan satu-satunya bahan pangan.
Pangan lokal belum dimaksimalkan dengan baik untuk pemenuhan kebutuhan pangan. Hal itu disebabkan karena paradigma masyarakat Indonesia yang beranggapan bahwa beras merupakan bahan pangan pokok yang sulit tergantikan oleh bahan pangan lokal lainnya.
Memaksimalkan pangan lokal sebagai bahan pangan non beras merupakan tantangan tersendiri karena yang dihadapi adalah pandangan masyarakat Indonesia yang mengagung-agungkan beras sebagai bahan pangan pokok.
Pada situasi seperti ini, perlu disadari masyarakat Indonesia telah terjajah dengan pikirannya sendiri. Masyarakat harus berani meninggalkan beras sebagai bahan pangan pokok dan mencari alternatif pengganti beras.
Jika tidak meninggalkan beras, bangsa ini akan terjajah dengan pemikirannya sendiri. Salah satu cara menjajah dalam bidang pangan adalah dengan menaikkan harga beras di pasar.
Harapan dari Hari Pangan Sedunia tahun ini, pemerintah harus konsisten membangun sektor pertanian untuk tetap eksis dan tidak terkikis arus modernisasi dan industrialisasi yang didukung kekuatan kapitalis. Masyarakat petani harus dapat diberdayakan untuk dapat menciptakan kemandirian petani.
Untuk itu, dibutuhkan tenaga profesional guna mendampingi petani yang hidup di desa dengan suatu tujuan luhur yakni memberdayakan petani menuju kemandirian. Jika masyarakat petani terus terbelenggu di dalam masalah marginalisasi pertanian, kebangkitan pertanian tidak dapat terwujud.
Implikasinya pemerintah gagal membangun aspek pertanian dan kemandirian pangan pun dapat terancam.
Kegagalan dalam bidang pertanian ini akan melahirkan persoalan serius bangsa karena warganya berada di bawah bayang-bayang ancaman kelaparan yang berpotensi menurunkan indeks pembangunan manusia Indonesia di masa datang. Untuk menciptakan indeks pembangunan manusia dibutuhkan pangan yang teruji kualitas, bergizi, sehat, dan aman untuk dikonsumsi.
Diversifikasi Pangan
Untuk itu, Hari Pangan Sedunia tidak hanya sebatas seremonial dan retorika. Melainkan suatu kesempatan untuk membangun visi dan misi dalam menghadapi krisis pangan.
Krisis pangan dapat diatasi dengan diversifikasi pangan. Diversifikasi berbasis potensi lokal merupakan salah satu solusi demi terwujudnya ketahanan pangan nasional.
Diversifikasi pangan adalah suatu proses pemanfaatan dan pengembangan bahan pangan sehingga penyediaan semakin beragam dan memenuhi kebutuhan masyarakat. Diversifikasi pangan sebenarnya sudah menjadi budaya masyarakat secara tradisional hanya perlu dikembangkan secara terencana dan terarah untuk dapat mengatasi krisis pangan.
Sebenarnya tidak perlu mempersalahkan antara beras dan bukan beras. Tetapi satu hal yang perlu diangkat ke permukaan adalah potensi pangan pengganti beras.
Diversifikasi pangan adalah suatu solusi dan tidak hanya sebatas program melainkan menjadi spirit untuk mengerakkan seluruh elemen masyarakat, khususnya masyarakat petani dalam memaknai hari pangan sedunia.*
*Alumnus Fakultas Pertanian Universitas Flores, Ende, NTT