Nurhayati Tekuni Kuliner Nasi Bambu Manfaatkan Kredit Kopdit Pintu Air

Ia menjelaskan, Timbu yang diolahnya berbahan dasar beras ketan dicampur santan yang dimasak dalam bambu, kemudian dipanasi menggunakan api agar masak merata.

Bima, Ekorantt.com – Nurhayati, ibu tiga anak asal Desa Bolo, Kecamatan Madapangga, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) menekuni usaha kuliner nasi bambu atau dalam bahasa setempat disebut Timbu.

Baginya usaha nasi bambu bukan sekadar bisnis demi meraup keuntungan, tetapi juga sebagai upaya untuk mempertahankan kearifan lokal peninggalan leluhurnya.

Paling tidak anak-anak milenial masih bisa mengenal Timbu sebagai makanan tradisi yang mesti dipertahankan.

Nurhayati mengaku usaha Timbu memang sangat didukung oleh potensi hutan bambu yang ada tidak jauh dari kediamannya.

iklan

Lagipula yang berusaha Timbu tidak banyak, sehingga persaingan sedikit.

“Kalau saya buka warung makan tentu agak susah, karena banyak pesaing. Tetapi kalau usaha nasi bambu belum banyak yang berusaha,” ujar Nurhayati, belum lama ini.

Usaha Timbu telah ditekuninya secara serius sejak delapan tahun lalu. Sebelumnya, istri dari W. Fadilah Ardiansyah itu menggantungkan hidupnya dengan mengolah lahan sawah warisan orangtuanya yang ditanami padi dan jagung.

Karena harga jual panennya yang tidak menentu dan sangat bergantung pada kebaikan alam, Nurhayati kemudian menekuni usaha Timbu.

Didukung tempat usahanya yang sangat strategis karena berada persis di poros  jalan Trans Bima- Dompu, Nurhayati bertekad menjadikan Timbu sebagai potensi penopang ekonomi.

Nurhayati Tekuni Kuliner Nasi Bambu Manfaatkan Kredit Kopdit Pintu Air1
Hidangan nasi bambu atau Timbu olahan Nurhayati yang siap santap (Foto: HO)

Ia berharap usaha Timbu dapat menghasilkan pendapatan guna menjaga agar asap dapurnya tetap mengepul.

Menyadari prospek pasarnya yang kian bagus, Nurhayati memilih menekuni usaha Timbu secara lebih serius. Keuntungan yang diperoleh setiap hari lumayan besar.

Karena permintaan konsumen yang semakin banyak, Nurhayati kemudian memilih bergabung menjadi anggota Kopdit Pintu Air agar dapat memperoleh suntikan modal usaha, meski harus meminjam.

Dari keuntungan diperolehnya, ia sukses membiayai pendidikan anaknya hingga perguruan tinggi. Dua anaknya sukses meraih pendidikan sarjana.

Peminat Timbu bukan hanya warga lokal, tetapi para wisatawan yang melancong ke daerahnya. Mereka menikmati masakan tradisional itu meski sekadar ingin mencoba dan mengetahui bagaimana rasanya.

Ia menjelaskan, Timbu yang diolahnya berbahan dasar beras ketan dicampur santan yang dimasak dalam bambu, kemudian dipanasi menggunakan api agar masak merata.

Dimakan dengan ditemani tape hitam menjadi hidangan lezat. Menu makanan khas ini mulai dijual sejak jam 4 subuh hingga pukul 7 malam. Selalu tersedia setiap hari.

Dijual dengan harga yang bervariasi dengan kisaran Rp25 hingga Rp35 ribu per ruas bambu. Dalam sehari 30 hingga 50 ruas bambu ludes terjual.

Menjadi Anggota Teladan

Ketua Titik Kumpul Bima Lilis Suryani mengaku, Nurhayati adalah anggota yang sangat tertib dalam menjalankan kewajiban setelah mendapat pinjaman dari Kopdit Pintu Air Cabang Dompu.

Nurhayati selalu datang mengikuti kegiatan rapat anggota bulanan (RAB) sejak bergabung menjadi anggota Kopdit Pintu Air tahun 2023 lalu.

Dalam rapat bulan, kepada anggota diberikan informasi terkait perkembangan kemajuan lembaga sekaligus manajemen menerima setoran simpanan dan pembayaran pinjaman.

“Kami berharap semua anggota titik kumpul menjadikan dirinya sebagai anggota teladan bagi lembaga Kopdit Pintu Air,” ujar Lilis.

Hal senada juga dikemukakan Manajer Kopdit Pintu Air Cabang Dompu, Abdul Rahman Na’u. Ia mengatakan, Nurhayati adalah sosok anggota yang sangat tertib dalam menjalankan kewajibannya.

Nurhayati memiliki semangat dalam mengembangkan usahanya. Ia pun tak ragu untuk mengakses dana agar cakupan usahanya semakin besar.

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA