Belajar dari Rumah Saat Erupsi Lewotobi, Jemput Materi di Sekolah dan Sulitnya Mengajar Murid Kelas Rendah

Para guru kelas 1 merasa kesulitan karena pada saat bersama guru saja setengah mati, apalagi peserta sendiri yang mengerjakan soal

Maumere, Ekorantt.com – Sistem belajar dari rumah mulai berjalan di sekolah-sekolah di Kabupaten Sikka, mulai dari jenjang pendidikan anak usia dini hingga sekolah menengah pertama. Kebijakan ini diputuskan sebagai bagian dari siaga darurat bencana Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur.

Beragam pengalaman dialami oleh sekolah di hari-hari awal penerapan sistem belajar dari rumah. Ada orangtua dan peserta didik yang tak punya handphone android terpaksa menjemput materi belajar dan lembaran kerja di sekolah. Ada pula kawasan tanpa jaringan internet yang membuat guru kesulitan dalam membimbing peserta didik yang berada di kelas rendah.

Murid SDK Wairotang di Kecamatan Alok Timur dan SDI Key di Kecamatan Nita, dua dari ratusan sekolah yang menyelenggarakan pembelajaran dalam jaringan (daring). Para guru pengasuh dan orangtua harus bekerja ekstra agar para peserta didik bisa dilayani.

Kepala SDI Key, Dominikus menuturkan, mereka sebenarnya hendak belajar tatap muka, namun Dinas PKO menyarankan melaksanakan secara daring mengikuti ketentuan surat keputusan Penjabat Bupati Sikka.

“Hambatan terutama di kelas rendah (kelas 1) tentang tugas yang diberikan apakah tuntas dikerjakan atau tidak. Pada saat didampingi guru saja setengah mati apalagi murid kerja sendiri di rumah,” ujar Dominikus kepada Ekora NTT pada Rabu, 14 November 2024.

Keluhan para guru kelas rendah ini, kata Dominikus, sudah disampaikan saat pertemuan membahas informasi belajar dari rumah (BDR) menyusul surat keputusan Penjabat Bupati Sikka.

Para guru kelas 1 merasa kesulitan karena pada saat bersama guru saja setengah mati, apalagi peserta sendiri yang mengerjakan soal.

Kepala SDI Wairotang, Fransesko Losi menerapkan belajar dari rumah secara daring dan luar jaringan (luring) untuk 345 peserta didik.

Untuk moda daring, peserta didik yang memiliki HP android bergabung ke dalam grup WhatsApp kelas. Materi ajar dan lembar kerja peserta didik (LKPD) dibagikan oleh guru kelas ke masing-masing grup WhatsApp kelas. Peserta didik mengerjakan dan mengirim kembali hasil kerja LKPD melalui grup kelas tersebut.

Sedangkan moda luring berlaku untuk peserta didik yang belum punya HP. Keadaan ini mengharuskan peserta didik atau orang tua datang ke sekolah menjemput materi ajar dan LKPD. Setelah dikerjakan, LKPD diantar kembali ke sekolah.

“Kegiatan BDR pertama berjalan baik, lancar, aman dan tertib baik untuk moda daring maupun luring,” tulis Frans dalam pesan singkat.

Sesuaikan dengan Kondisi Sekolah

Kepala Dinas Pendidikan Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Sikka, Germanus Goleng mengatakan pembelajaran dari rumah dilaksanakan sesuai dengan kondisi di masing-masing sekolah.

Kesulitan umum yang dihadapi terkait jaringan internet. Masih ada wilayah yang blankspot dan tidak semua peserta didik memiliki android.

Kata Germanus, pembelajaran di rumah dilakukan juga dengan pemberian tugas belajar oleh guru secara manual.

“Sekarang baru memasuki hari kedua maka ada yang masih dengan persiapan. Ini kondisi mendadak karena bencana,” ujar Germanus, Rabu siang, 14 November 2024.

Sistem belajar dari rumah dimulai sejak Selasa, 12 November 2024. Semula pembatasan kegiatan belajar mengajar hanya berlaku di dua kecamatan di wilayah timur Kabupaten Sikka.

Namun kondisi beberapa hari belakangan, debu letusan Lewotobi menyasar di hampir semua wilayah. Bahkan Kota Maumere dan sekitarnya dihujani debu. Pemerintah lantas menerapkan kebijakan belajar dari rumah untuk semua sekolah.

Mekanisme pembelajaran ini, lanjut Germanus, diserahkan kepada sekolah-sekolah yang akan mengaturnya sesuai kondisi di wilayahnya. Namun proses pembelajaran harus berlangsung untuk para peserta didik.

Keputusan menghentikan sementara kegiatan belajar mengajar di sekolah, menurut Germanus, berlaku di 336 sekolah dasar, 314 Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan 90 Sekolah Menengah Pertama (SMP).


Penulis: Eginius Moa

spot_img
TERKINI
BACA JUGA