Ruteng, Ekorantt.com – SMPN 7 Ruteng, yang terletak di Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Nusa Tenggara Timur, menggelar pemilihan umum ketua dan wakil Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) pada Sabtu, 15 Maret 2025.
Pemilihan dilakukan dengan sistem demokrasi, di mana seluruh siswa dan guru berpartisipasi langsung dalam memilih calon pemimpin OSIS mereka.
Pemilihan dilakukan di tiga tempat pemungutan suara (TPS) yang telah disediakan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) setempat sebagai penyelenggara.
Masing-masing TPS memiliki Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) yang bertugas mengawasi proses pemungutan suara, serta memastikan jalannya penghitungan suara.
Para siswa dan guru dengan antusias memasuki ruang pemungutan suara sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Setiap pemilih diberikan kesempatan untuk memberikan suara bagi calon ketua dan wakil ketua OSIS yang mereka pilih, mencerminkan proses demokrasi yang berjalan di sekolah.
Pelaksana Tugas Kepala SMPN 7 Ruteng, Aloisius Gambang menjelaskan, kegiatan pemilihan ini merupakan bagian dari Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila dengan tema “Suara Demokrasi.”
Demokrasi sekolah adalah sistem yang mendorong partisipasi aktif, keadilan, dan pengambilan keputusan bersama antara siswa dan guru.
“Kita sejak dini melatih siswa memahami apa itu demokrasi, khususnya bagaimana proses memilih pemimpin,” kata Aloisius.
Dia berkata, kegiatan ini dapat menjadi bekal bagi para siswa yang nantinya mereka juga akan ikut andil dalam hajatan demokrasi di luar sekolah.
“Kita berharap siswa menjadi pemimpin masa depan dengan mengikuti berbagai proses sejak dini,” ungkapnya.
Sedangkan Pengawas Pembina SMP Negeri 7 Ruteng Robert Mangkung berpendapat pemilihan ketua OSIS merupakan gambaran pelaksanaan pemilihan kepala daerah maupun pemilihan umum yang ada di Indonesia.
Siswa, kata dia, tentu memiliki konsep terbaik dalam memajukan sekolah yang disampaikan melalui pemaparan program kerja dan visi-misi masing-masing kandidat.
“Pemilih tentu tidak hanya asal memberikan suaranya, tetap dalam prinsip langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil,” sebut Robert.
Tetapi sayangnya, sejauh pengamatan Robert, dalam pesta demokrasi kerap kali terjadi perselisihan akibat perbedaan pilihan politik.
Sehingga melalui kegiatan ini, siswa tidak sekadar untuk memilih pemimpinnya, tetapi belajar menerima dan menghargai perbedaan.
“Bagi yang terpilih, dialah yang menjadi pemimpin. Ia tidak hanya memimpin kelompok tertentu, tetapi semua siswa yang tidak memilihnya,” katanya di hadapan para siswa.
Ia juga berkata, “dari demokrasi kita belajar bahwa siapa suara terbanyak dialah pemenangnya.”

Memahami Prinsip Demokrasi
Pemilihan ketua OSIS menjadi momen penting dalam siklus demokrasi sekolah yang melibatkan siswa dalam praktik demokrasi secara langsung.
Tujuannya memahami prinsip demokrasi dan pemilu, kata koordinator P5, Yohanes Nandus.
“Siswa belajar bagaimana sistem pemilihan umum berjalan dan bagaimana hak-hak politik mereka diakui dan dihargai,” tuturnya.
Siswa juga dapat berpikir kritis dan analitis, di mana melatih menganalisis visi misi para calon dan menilai kelayakan program yang ditawarkan.
“Kemudian siswa mengembangkan komunikasi dan kolaborasi,” jelasnya.
Dalam tahapan kampanye dan debat kandidat, siswa dilatih menyampaikan gagasan secara gamblang, mendengarkan pendapat lain, serta bekerja sama dalam tim.
Tak kalah pentingnya juga adalah bagaimana para kandidat dan tim kampanye belajar mengelola program kerja dan mengambil tanggung jawab atas keputusan yang mereka buat.
Peran Guru
Dalam tahapan persiapan, guru mengambil peran penting dalam memberikan pengantar mengenai konsep demokrasi, peran OSIS, dan prinsip-prinsip dasar pemilu yang adil dan jujur.
“Pembentukan panitia pemilihan oleh siswa yang terdiri dari kelas VIII,” sebut Yohanes.
Panitia memiliki tanggung jawab untuk menyusun jadwal pemilu, menyiapkan logistik, serta mengelola jalannya kampanye dan debat.
Yohanes berujar proses seleksi calon ketua OSIS dilakukan dengan cara meminta siswa yang berminat untuk mendaftarkan diri dan menyusun program kerja yang inovatif dan relevan dengan kebutuhan sekolah, termasuk program yang mendukung berkelanjutan sekolah Adiwiyata.
Sekolah Adiwiyata merupakan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan, yang merupakan program dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) untuk mendorong sekolah menjadi lembaga pendidikan yang peduli lingkungan.
“Para calon ketua OSIS diwajibkan membuat kampanye fisik dengan materi yang menarik.”
Kemudian dalam tahapan kampanye dan debat terbuka, setiap calon akan diberikan kesempatan untuk mempresentasikan visi dan misi mereka di depan seluruh siswa.
Para kandidat harus menunjukkan program kerja mereka mendukung lingkungan sekolah yang ramah dan berkelanjutan.
“Debat terbuka akan diadakan di mana calon ketua OSIS saling menanggapi pertanyaan dari panitia pemilihan guru dan pemilih,” tutupnya.