Maumere, Ekorantt.com – Ada satu tradisi yang terus dihidupi oleh KSP Kopdit Pintu Air hingga saat ini adalah merayakan ekaristi jumat pertama setiap bulan.
Kepada segenap karyawan-karyawati KSP Kopdit Pintu Air, Yakobus Jano selaku ketua pengurus mengemukakan bahwa ekaristi yang dirayakan setiap hari Jumat sesungguhnya jadi basis latihan rohan kepada segenap keryawan dan karyawati yang untuk setia dan sungguh-sungguh dalam kerja dan pelayanan kepada anggota.
Menurutnya, penanaman karakter rohani bagi segenap pegawai KSP Kopdit Pintu Air agar tidak melulu bekerja tapi harus memperhatikan hidup rohani adalah bagian dari spirit dan budaya kerja KSP Kopdit Pintu Air sejak awal berdirinya.
“Ekaristi yang kita rayakan setiap hari jumat pertama itu hendaknya mengubah juga car akita semua meneladani Kristus yang berserah. Dan itu wajib bagi karyawan-karyawati yang bekerja di sini untuk mengikuti misa ini,” ucap Jano.
Misa Jumat Pertama setiap bulan ini pun pernah mendapatkan apresiasi khusus dari Pastor Yansen Raring, Pr. Imam dari Keuskupan Larantuka.
Ia mengatakan misa syukur Jumat Pertama (Jumper) yang dilakukan secara rutin setiap bulan oleh Kopdit Pintu Air merupakan momentum penyerahan diri, rencana kerja, keluarga, dan para anggota ke dalam perlindungan Tuhan selama bulan yang baru.
Dengan demikian, Kopdit Pintu Air sekaligus menjadi Porta Fide, pintu kepada iman, kata Romo Yansen saat merayakan misa Jumper bagi para pegawai Kopdit Pintu Air Waiwadan Adonara Barat beberapa waktu lalu.
Romo Yansen menegaskan tentang Spiritualitas Pintu. Spiritualitas Akulah Pintu kepada domba-domba, menjadi basis alkitabiah bagi orang-orang Kopdit Pintu Air.
“Ketika banyak anggota yang memilih untuk menjadi sejahtera melalui Pintu Air, itu merupakan aplikasi dari kata-kata Tuhan Yesus, Akulah Pintu,” kata dia.
Romo Yansen menambahkan bahwa Kopdit Pintu Air adalah pintu kepada kesejahteraan dan hal ini paralel dengan Yesus sebagai Pintu kepada keselamatan.
Menurut Romo Yansen, Kopdit Pintu Air merupakan koperasi yang tidak hanya berkutat pada uang melainkan selalu konsen dengan latihan-latihan rohani.
“Latihan rohani yang dikembangkan di Pintu Air menjadikan para pekerja memiliki nilai religius yang tinggi sehingga menjadi pribadi yang integratif secara rohani dan jasmani,” kata Romo Yansen.