Maumere, Ekorantt.com – Sudah 26 tahun Fransiskus Yarintus Bata, 58 tahun, bekerja sebagai penyuluh Keluarga Berencana (KB). Frans, demikian dirinya disapa, hanya ‘singgah’ setahun di Kantor BKKBN Kabupaten Sikka, lalu memulai petualangan sebagai penyuluh KB hingga sekarang.
Pertama kali menjadi penyuluh KB, Frans bertugas di Pulau Palue. Di sana ia bekerja selama empat tahun. Setelahnya, ia menjadi penyuluh KB di Kecamatan Nelle selama setahun. Selama 14 tahun, jebolan FKIP Undana Kupang ini melayani masyarakat di Kecamatan Mego. Sejak tahun 2012 hingga sekarang, ia mengabdi di Kecamatan Tanawawo.
Sebagaimana di kecamatan lain, ayah dari dua anak ini berusaha untuk menyukseskan Program KB dan delapan fungsi utama keluarga untuk masyarakat di delapan desa di Kecamatan Tanawawo. Kedelapan desa tersebut yakni Renggarasi, Detubunga, Bu Selatan, Bu Utara, Bu Watuweti, Loke, Poma, dan Tuwa.
Delapan desa di Kecamatan Tanawawo memiliki medan yang ekstrim dengan topografi yang menantang semisal jalan terjal, kondisi tanah labil, dan melewati sungai karena belum memiliki jembatan penghubung. Belum lagi, kondisi rabat pecah-pecah yang membutuhkan kehati-hatian.
“Seperti musim hujan saat ini banjir, longsor, dan pohon tumbang menjadi menu perjalanan setiap hari,” ujar Frans yang berdomisili di Kelurahan Madawat, Kota Maumere.
Walaupun medan yang menantang, Frans tetap gigih untuk turun ke desa-desa. Ia memberikan penyuluhan pembangunan kependudukan dengan fokus pada delapan fungsi utama keluarga yakni keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan fungsi pembinaan lingkungan.
Selain itu, tutur Frans, penyuluhan menyasar pada keluarga terutama Pasangan Usia Subur ( PUS) supaya terhindar dari 4 T (4 Terlalu) yakni Terlalu muda melahirkan, Terlalu tua melahirkan, Terlalu dekat melahirkan, dan Terlalu banyak melahirkan.
Frans menuturkan, demi memudahkan penyuluhan, penguatan kapasitas kelompok binaan dibagi berdasarkan kategori usia.
“Jika dalam keluarga ada remaja maka dibentuk bina kelompok remaja, ada lansia dibentuk bina kelompok lansia, dan jika ada balita dibentuk kelompok bina keluarga balita,” sebut Frans.
Delapan tahun malang melintang untuk memberikan penyuluhan di delapan desa akhirnya membuahkan hasil. Pada 11 Desember 2020 silam, Bakti Sosial (Baksos) Pelayanan Kontrasepsi Tingkat Provinsi NTT yang berlangsung di Kecamatan Tanawawo mencapai persentase 90 persen.
Pengalaman menjadi penyuluh KB di daerah terpencil mengajarkan Frans untuk menjadi pribadi yang setia dalam pengabdian, entah dalam kondisi apapun, baik suka maupun duka.
Dengan moto hidup “Makananku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya (Yohanes 4: 34 )”, Frans berusaha melakukan kehendak Tuhan lewat pelayanan kepada keluarga- keluarga.
Yuven Fernandez