Ruteng, Ekorantt.com – Sekitar belasan jenis barang berbahan dasar tali strapping tergantung rapi di dinding rumah Nikolaus Ndarung (48) dan Yustina Guner (47), di Kampung Bung, Desa Benteng Poco, Kecamatan Wae Ri’i, Kabupaten Manggarai.
Saat Ekora NTT menyambangi rumah Nikolaus dan Yustina baru-baru ini, tampak pasutri tersebut sedang sibuk menganyam tali strapping. Tangan-tangan mereka terlihat telaten merangkai utas-utas tali tersebut. Mereka sedang menganyam mbere (tas), sedu (caping), dan roka (keranjang) dengan motif khas Manggarai, seperti rumah adat dan lainnya.
“Kami coba membangkitkan kembali motif orang tua dulu yaitu motif ndoreng,” kata Nikolaus sembari berhenti menganyam dan menunjukkan sebuah tas ndoreng yang telah selesai dianyamnya.
Nikolaus dan istrinya mulai rutin menganyam mbere, sedu, dan roka, sejak 2019. Awalnya mereka menggunakan bahan baku dari bambu.
Namun, karena proses pengolahan bahan baku bambu membutuhkan waktu yang cukup lama, pada awal 2020 mereka menggunakan bahan baku baru, yakni tali strapping
“Dulu pakai bambu. Tapi prosesnya lama, mulai dari menebang, terus jemur dan lain-lain. Beda kalau pakai strapping,” sebutnya.
“Tapi untuk pengadaan strapping ini kami masih kendala di modal,” tambahnya.
Menganyam tali strapping adalah pekerjaan sampingan dari pasutri tersebut. Meski demikian, hasil penjualan barang-barang kerajinan tangan itu cukup membantu biaya pendidikan anak-anak mereka.
Saat ini, putra sulung mereka sedang mengenyam pendidikan di salah satu universitas di kota Kupang. Dan, adiknya, tahun ini mendaftar masuk SMA di Manggarai.
“Cukup terbantu untuk biaya sekolah anak-anak. Walaupun tidak seberapa,” kata Nikolaus.
Nikolaus menyebut, saat ini, mereka menganyam sesuai pesanan pembeli. Kadang, jika jumlah barang-barang hasil anyaman melebihi pesanan, ia menjualnya di pasar-pasar di Manggarai.
Nikolaus dan Yustina berharap, pemerintah mendukung usaha kreatif mereka dengan memberikan bantuan modal.
Adeputra Moses