Biayai Usaha Produktif Anggota, Bupati Manggarai Apresiasi Kopdit Mawar Moe

Ruteng, Ekorantt.com – Bupati Manggarai, Herybertus G. L. Nabit mengapresiasi langkah KSP Kopdit Mawar Moe dalam membiayai usaha produktif anggota. Pernyataan ini disampaikan pada Rapat Anggota Tahunan (RAT) XXIII Tahun Buku 2021 bertajuk ‘Bersama Menuju Kemandirian Ekonomi Anggota’ yang berlangsung di aula Asumpta, Ruteng, Sabtu (26/2/2022).

“Saya tahu ada banyak hal yang sudah dilakukan oleh koperasi mana pun di Manggarai ini. Kami bersyukur karena beberapa tahun belakangan, koperasi di Manggarai sudah mulai bergerak untuk usaha-usaha produktif dan membiayai modal usaha untuk para anggota,” katanya.

“Kita percaya bahwa dari perjalanan koperasi ini, yang datang dengan niat baik, yang pergi pun akan mendoakan kita semua,” sambungnya.

Sebab itu, Bupati Hery menyampaikan terima kasih dan penghargaan kepada pengurus, pengawas, manajemen KSP Kopdit Mawar Moe yang sudah membantu ribuan masyarakat Manggarai dalam menghadapi kesulitan.

Menurut Bupati Hery, ini satu langkah yang luar biasa karena fokus pada pembiayaan usaha dan modal kerja anggota.

Dia menyarankan agar adanya manajemen risiko dalam langkah yang dilakukan Kopdit Mawar Moe.

“Risiko ini harap bisa diperhitungkan, sehingga tidak membahayakan keberlangsungan maupun kesehatan keuangan koperasi,” pungkasnya.

“Kami mengajak kita semua untuk menyebarluaskan kebaikan, kalau kita mendapatkan pelayanan yang baik di koperasi, maka tugas kita untuk promosikan tentang itu. Supaya semakin banyak orang yang menjadi lebih baik,” tambahnya.

Bupati Hery juga berpesan untuk lebih bijak dalam mengelola keuangan. Di koperasi seperti Kopdit Mawar Moe kita bisa bicarakan semuanya dengan baik.

“Harapan kami sebagai Pemerintah Kabupaten Manggarai kami titipkan dan doa kami supaya mudah-mudahan koperasi ini akan tetap menjadi koperasi yang sehat di sepanjang tahun ini,” ungkapnya.

Jika Kopdit Mawar Moe dan koperasi lain sehat, kata Bupati Hery, maka kehidupan masyarakat Manggarai akan jadi lebih baik.

Menurutnya, pemerintah tidak bisa berjalan sendiri, banyak hal yang tidak bisa dilakukan oleh pemerintah, dan berharap kepada orang atau lembaga lain untuk bekerja sama.

“Khusus untuk KSP Mawar Moe, kita berharap akan bertumbuh dengan baik, bahwa situasinya sulit dan kita tidak tahu apa yang akan terjadi pada tahun ini. Tapi doa dan harapan kami semua agar koperasi ini tetap bisa bertumbuh dengan sangat baik,” tutupnya.

Adeputra Moses

Sosialisasi Penggunaan Pupuk Organik, SGI Solider dengan Petani di Manggarai

0

Ruteng, Ekorantt.com – Stefanus Gandi Institut (SGI) menggelar sosialisasi manfaat penggunaan pupuk organik di Dusun Wari, Desa Bangka Lao, Kecamatan Ruteng, Kabupaten Manggarai, Sabtu (26/02/2022).

Dalam kegiatan tersebut SGI menggandeng PT Best, produsen eco farming atau pupuk berbahan organik super aktif. Sosialisasi yang diikuti 51 orang dari 17 kelompok tani tersebut menghadirkan narasumber utusan dari PT  Best dan tiga orang utusan SGI masing-masing Hendrik Harum, Bento Papur, dan Cen Bos.

Bento Papur, utusan dari SGI mengatakan, lembaganya turut merasakan dan solider dengan kegetiran para petani selama ini terutama dalam menghadapi kelangkaan pupuk kimia.

Itu sebabnya, sebagai lembaga yang peduli kehidupan sosial, SGI menggandeng PT Best produsen pupuk eco farming hadir membantu memberikan solusi dengan menjelaskan manfaat dan cara penggunaan pupuk organik.

“Kegiatan ini didahului dengan presentasi dari agen pupuk PT Best, juga dihadiri oleh Kepala Desa Pong Lao dan Pjs. Desa Bangka Loa. Kedua pemimpin desa tersebut menyampaikan ucapan terima kasih kepada Direktur SGI atas gagasan dan kepeduliannya kepada petani di wilayah desa mereka. Dan semoga perhatian seperti ini berkelanjutan ke depannya,” kata Bento.

Terpisah, Kepala Desa Pong Lao Inovensius Abin mengatakan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari gerakan kemanusiaan dengan kemasan sosialisasi pupuk organik eco farming, serta memperkenalkan SGI kepada peserta yang hadir.

“Saya melihat, peserta sangat antusias baik terhadap eco farming maupun terhadap SGI-nya. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya masukkan dan bahkan permintaan kepada bapak Stefanus Gandi selaku Direktur utama SGI,” kata Ino yang juga hadir dalam kegiatan sosialisasi tersebut.

Ia pun berpesan agar SGI tetap menjadi mitra, motivator, dan sumber inspirasi bagi masyarakat dari semua kalangan.

“Kesan saya SGI luar biasa. Saya baru bertemu Pa Stefan selaku direktur SGI, orangnya luar biasa, mandiri dan bermasyarakat. Karya dan kegiatannya sungguh mengagumkan dan inspiratif,” katanya.

Ino juga berharap suatu saat SGI bisa melaksanakan kegiatan kemanusiaan yang sama di desanya.

Sementara itu, Anus Juandi salah satu Ketua Kelompok Tani yang hadir mengaku bangga dan berterima kasih  kepada lembaga SGI yang mau dan merelakan waktunya untuk duduk bersama mereka.

Itu terutama dalam rangka mencari solusi atas kelangkaan pupuk yang dialami petani. Semua petani menurut dia, siap bekerja namun terbelit dengan persoalan kelangkaan pupuk dan kapasitas pengetahuan dalam mengolah lahan pertanian.

“Karena itu harapan hidup kami, tetapi ketika pupuk yang menjadi harapan kami tidak ada maka hidup kami hancur,” kata Anus.

Anus juga berharap agar SGI bisa membuat jadwal kunjungan kerja kepada semua kelompok tani di Manggarai.

Ia yakin semua petani akan bahagia bila berdiskusi tentang pertanian. Petani, kata dia, membutuhkan pengetahuan dan solusi dari masalah-masalah yang dihadapi.

“Salam kami untuk pimpinan lembaga ini semoga diberkati di dalam hidupnya,” ucap Anus.

Sekilas tentang SGI

Utusan dari SGI yang lain Cen Bos menjelaskan, sekitar 85% masyarakat Kabupaten Manggarai hidup bersandar pada sektor pertanian.

Sayangnya, pertumbuhan dan peningkatan mutu serta produktivitas di sektor pertanian setiap tahun malah menurun.

“Dibanding potensi dalam deret ukur kualitas tanah, perluasan lahan dan metode pertanian di era pertanian modern saat ini,” jelas Cen.

Ia menjelaskan, SGI merupakan lembaga kajian dan pengembangan sosial ekonomi, pendampingan, pemberdayaan masyarakat petani dan ekonomi lemah memiliki kewajiban moral secara kelembagaan untuk terus melakukan kegiatan peduli kemanusiaan.

SGI sendiri memiliki moto “Menjadi Berguna bagi Sesama dan Orang Lain”.

Moto ini bisa dimaknai bahwa “hidup tidak sampai pada batas selesai dengan urusan diri sendiri, namun menyelesaikan soal dalam sebuah kebersamaan menjadi sebuah tujuan dan konsekuensi makhluk sosial, dalam rangka menuju masyarakat yang sehat, sentosa, adil, dan makmur”.

“Mengubah pencuri supaya tidak ada yang kecurian, mengubah pengangguran supaya tidak ada yang tidak produktif. Berkaitan dengan moto SGI maka secara kontekstual SGI bercita-cita meningkatkan pendapatan para petani (pertumbuhan ekonomi) yang berdampak pada perbaikan dan perubahan taraf hidup dalam berbagai aspek kehidupan manusia Manggarai,” jelas Cen.

Songsong HUT ke-3, SMAK Maria Monte Carmelo Maumere Gelar Festival

Maumere, Ekorantt.com – Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) Maria Monte Carmelo menggelar festival menyongsong HUT ke-3 yang jatuh pada tanggal 4 Maret 2022 mendatang. Kegiatan yang dinamai Monte Carmelo Festival itu akan diisi sejumlah acara seperti perlombahan, festival, workshop, expo panggilan dan baksos.

Ketua Panitia Stanislaus Lobo Woda kepada Ekorantt.com, Jumat ( 25/2/2022) menjelaskan pembukaan Monte Carmelo Festival telah dilaksanakan pada 7 Februari lalu dalam sebuah upacara bendera.

Adapun lomba yang dilaksanakan untuk internal sekolah (murid) berupa lomba vokal grup dan lomba debat Bahasa Indonesia antar kelas. Sementara lomba yang dilaksanakan untuk SMP se-Kabupaten Sikka adalah lomba bertutur cerita rakyat dan festival musik kampung.

Selanjutnya, terang Stanislaus, kegiatan seminar tentang Tata Tertib Lalu Lintas oleh Kasatlantas Polres Sikka, Workshop penulisan karya ilmiah untuk guru dan pegawai dibimbing oleh Pater Juan Orong, SVD, Dosen Bahasa Indonesia STFK Ledalero.

“Juga digelar expo panggilan yang melibatkan beberapa biara di sekitar Maumere. Bakti sosial di Panti Asuhan Ummul Mukminin Geliting Kecamatan Kewapante,” jelas Stanis.

Kepala SMAK Maria Monte Carmelo RP. Benediktus Bani, O, Carm memberi apresiasi kepada panitia internal yang telah menyiapkan Monte Carmelo Festival.

“Kegiatan ini sungguh mengesankan dan membanggakan. Partisipasi para murid sungguh luar biasa. Kegiatan yang telah direncanakan dan dilaksanakan oleh panitia merupakan aplikasi dari seluruh proses pembelajaran yang terjadi di kelas,” ujar mantan Kepsek SMPK Alvares Paga ini.

Romo Beni juga menyatakan SMAK Maria Monte Carmelo Maumere ini didirikan tanggal 4 Maret 2019 oleh Yayasan Santa Maria Karmel milik Ordo Karmel. Jumlah murid saat ini sebanyak 132 orang dengan peminatan MIA, Ilmu Sosial dan Bahasa- Budaya.

Menjadi rasul awam Katolik yang handal dalam berbagai kehidupan, kata Pastor Beni, itu harapan dari lembaga pendidikan yang sedang dinakhodainya.

“Output yang diharapkan dari murid yang mengenyam pendidikan di SMAK Maria Monte Carmelo ini menguasai ilmu agama Katolik sehingga lebih mencintai agamanya dan lebih menghargai atau memberi respek terhadap agama lain,” katanya.

Yuven Fernandez

Dekranasda NTT Ajukan Tenun Ikat Sumba ke UNESCO sebagai Warisan Budaya Dunia

0

Kupang, Ekorantt.com – Tenun ikat adalah salah satu busana tradisional budaya yang merupakan salah satu bukti peradaban intelektual masyarakat NTT. Dari sekian banyak motif, tenun ikat Sumba ternyata punya banyak varian dan telah mendapat perhatiaan dunia.

Sebab itu, Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) NTT Julie Sutrisno Laiskodat kembali memperjuangkan tenun ikat Sumba ke UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa) sebagai warisan budaya dunia.

Sebelumnya, perjuangan tenun ikat Sumba ke UNESCO diajukan pada tahun 2013 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Namun perjuangan itu tidak membuahkan hasil. Kini perjuangan itu kembali dilakukan oleh Julie Sutrisno Laiskodat.

Julie Laikodat yang juga merupakan Ketua Penggerak PKK NTT ini mengatakan tenun ikat Sumba bergabung bersama tenunan seluruh Indonesia untuk diajukan sebagai salah satu warisan budaya dunia.

“Waktu tahun lalu pada acara nasional di Dekranasda NTT bersama Ibu Wakil Presiden, ada ide kita bersama Dekranasda NTT dan Dekranasda Nasional untuk membawa tenun NTT ke UNESCO. UNESCO itu setiap tahun tiap negara mengajukan satu item dan yang terpilih cuma satu. Dalam pertemuan bersama orang-orang UNESCO dan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sudah kasih persyaratan dan sudah dilakukan survey,” kata Julie Laiskodat menjelaskan ihwal pengajuan tenun ikat Sumba ke UNESCO.

Politisi Nasdem ini menjelaskan orang NTT mesti berbangga karena salah satu dari sekian banyak kain tenun ikat dipilih menjadi perwakilan untuk diangkat menjadi warisan budaya dunia.

“Tenun ikat Sumba dalam pengajuannya ke UNESCO harus digabungkan dengan kain tenun se-Indonesia. Sehingga judulnya kain tenun Indonesia yang akan diajukan ke UNESCO untuk didaftarkan. Kan ada juga Tempe, Reog Ponorogo, Budaya Sehat Jamu, Ulos, Kain Tenun Sumba Timur dan Kolintang,” jelasnya kepada wartawan, Jumat (25/02/2022).

“Tempe, Reog Ponorogo dan Budaya Sehat Jamu sebagai nomasi tunggal, tenun ikat Sumba Timur dan Ulos diusulkan sebagai tenun Indonesia dan Kolintang diusulkan sebagai nominasi multinasional dengan negara lain,” tambah Julie.

Julie menjelaskan tenun ikat Sumba sudah selesai berproses di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Pada hari Jumat tanggal 18 Februari 2022 sudah diumukan hasil seleksi Warisan Budaya Tak Benda Indonesia (Intangible Cultural Heritage of Indonesia).

“Jadi secara nasional kita sudah lolos. Nah nominasi inilah yang akan dimasukan ke UNESCO. Jika ada pertanyaan kenapa tenun ikat Sumba Timur itu karena variannya banyak dan sudah dikenal secara Internasional. Tahun 2013 pernah diajukan tapi tidak lolos namun kita ajukan lagi dan bergabung dengan sejumlah kain tenun dari seluruh Indonesia,” katanya.

Pengajuan tenun ikat Sumba ke UNESCO, kata dia, memiliki banyak dampak yang luar biasa, yaitu melindungi kekayaan intelektual kain tenun yang dimiliki oleh daerah penghasil dari pemalsuan dan penggunaan tanpa ijin dari pihak-pihak yang tidak bertanggung.

Dampak lainnya, sebut dia adalah akan mendorong pelestarian kebudayaan dan industri kreatif wilayah penghasil yang bermuara pada peningkatan perekonomian masyarakat.

“Juga memperkuat diplomasi perlindungan kekayaan intelektual di dunia internasional melalui world intellectual property organization dan trade intellectual property rights aggremet di WTO. Serta meningkatkan kebanggaan masyarakat penghasil tenun akan warisan kebudayaan. Hal itu akan meningkatkan apresiasi dari pemangku kepentingan, masyarakat umum dan konsumen akan tenun ikat,” ujarnya.

Minta Dukungan Masyarakat NTT

Untuk itu, Julie Sutrisno Laiskodat yang konsen menjaga kekayaaan intelektual milik dari masyarakat NTT ini, menggelorakan dukungan itu melalui platform digital.

Salah satunya adalah Twibbon, sebagai media untuk promosi, pamflet, banner, dukungan, dan sebagainya. Twibbon merupakan bentuk frame atau border yang didesain dan diedit sedemikian rupa sehingga terlihat menarik dan bagus.

Julie juga terlihat getol mengajak masyarakat di berbagai aplikasi sosial media untuk mendukung kain tenun ikat Sumba sebagai warisan budaya ke UNESCO.

“Saya minta dukungan seluruh masyarakat NTT untuk mendukung kain tenun ikat Sumba sebagai warisan budaya tak benda ke UNESCO. Ini link https://twb.nz/tenunikatsumbagoestounesco. Mohon dukungan dengan buka link diatas dan disebarkan,” kata dia.

Perlu diketahui, tenun ikat Sumba merupakan jenis kain yang berasal dari Pulau Sumba. Jenis dan corak kain itu sudah lama terkenal karena unik berdasarkan bahan yang digunakan, motif dan proses pembuatan yang memerlukan waktu relatif lama, yakni 4 sampai 6 bulan untuk sehelai kain tenun berukuran lebar.

Pulau Sumba sendiri sangat indah dan terkenal di dunia sebagai salah satu pulau terindah. Tetapi tentang keindahan pulau itu merupakan penilain tahun 2000-an, sedangkan daya pikat tenun ikat tradisional terkenal sejak berabad-abad yang lalu dan terus dijaga oleh para wanita Sumba. Mereka menangani seluruh proses tenun ikat mulai dari memilih motif, mempersiapkan bahan-bahan (benang, pewarna), proses penenunan sampai menghasilkan selembar kain.

Satu lembar kain lebar memerlukan 42 langkah. Persiapan dan proses pembuatan yang sekian lama membuat harga kain tenun menjadi relatif mahal. Mahalnya harga kain tenun ikat Sumba dipengaruhi juga oleh jumlah orang yang bekerja, yaitu satu helai tenun ikat Sumba biasa dikerjakan oleh 3 sampai 10 orang.

Ada orang yang mencari bahan, memintal benang, mewarnai benang, menenun, dan juga membuat motif. Sehingga 42 proses penyelesaian satu helai kain tenun bukanlah angka mengada-ada. Pekerjaan dimulai dari proses lamihi, yaitu proses memisahkan biji dari kapas hingga proses wari rumata atau proses penyelesaian.

Eksplorasi Budaya Lembata dan Dialektika

0

Oleh: Eto Kwuta*

Saat ini Eksplorasi Budaya Lembata yang sudah dimulai dari tanggal 7 Februari dan akan berakhir pada 7 Maret 2022 tengah berlangsung dan melibatkan seluruh masyarakat adat Lembata. Momentum ini dinamakan sebagai Eksplorasi Budaya Lembata. Sebuah judul besar yang mau mengangkat budaya Lembata untuk dikenal secara lokal dan nasional.

Judul tersebut memberikan satu tanda bahwa dengan mengeksplorasi, itu berarti budaya Lembata akan digali untuk memeroleh pengalaman baru dari situasi yang baru. Di sini, Pemerintah Kabupaten Lembata menjadi penanggung jawab utama untuk mengontrol seluruh proses kegiatan Eksplorasi Budaya Lembata.

Jika dilihat dari kaca mata berpikir filsafat seni, maka budaya itu memang pada dasarnya bermuatan seni paling murni dan kerena itu, perlu mendapat tempat di hati masyarakat. Sembari melihat kiat kerja Bupati Thomas Ola Langoday, segmen ini adalah sebuah revolusi seni dan budaya yang harus diapresiasi.

Life is short, but art is long (ars longa vitabrevis) adalah pepatah Latin klasik yang menunjukkan seni punya wacana abadi dan meluas. Di sisi lain, bicara seni tidak terlepas dari keindahan karena keindahan menjadi esensi dari kesenian (Mudji Sutrisno, 2005:5). Dengan begitu, masyarakat Lembata perlu melihat bagian ini sebagai satu revolusi budaya yang bermartabat.

Hemat saya, ada kemungkinan banyak persepsi pro dan kontra yang lahir. Tentu, itu sangat normal. Akan tetapi, perlu diingat bahwa eksistensi sebuah masyarakat budaya pada dasarnya selalu didobrak dengan banyak opini hingga pada akhirnya benar-benar menjadi opini yang berguna. Maka, Eksplorasi Budaya Lembata yang dilakukan Pemkab Lembata saat ini bukan satu ambisi politis, tapi ini adalah kewajiban politik dari Pemkab Lembata untuk seluruh elemen masyarakat Lembata itu sendiri.

Beberapa akademisi, di antaranya Dr Hippolitus Kristoforus Kewuel, dosen Antropologi Filsafat Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya dan Dr. Drs. Ola Rongan Wilhelmus, M. Sc yang menyanjung perhelatan budaya lantaran melibatkan anak-anak sampai orang dewasa (Pos Kupang, 26/02/2022). Bentuk apresiasi kedua tokoh akademisi ini sangat berdasar lantaran mereka melihat Eksplorasi Budaya Lembata perlu dilakukan karena memiliki dampak positif untuk Lembata.

Di lain sisi, Pemerintah Kabupaten Lembata juga melihat ini sebagai suatu kewajiban generasi muda Lembata dalam mengetahui dan mencintai warisan budaya leluhur.

Tentu, hemat saya ini sebuah keberpihakan kepada budaya yang sering dilupakan. Pemkab Lembata sudah berani keluar dari jalur lama dan mengeksekusi dimensi seni yang ada di dalam masyarakat, lalu mengangkatnya ke permukaan.

Ada Dialektika

Di sini, muncul dialektika yang bisa dikatakan paling romantis. Dalam bahasa seni, Eksplorasi Budaya Lembata ini memberikan dampak keindahan yang bernilai abadi. Dengan memahami ars longa vitabrevis tersebut, kegiatan ini sungguh tepat sasar karena pada dasarnya memberikan seni berdialog yang dalam.

Ada dialektika atau komunikasi dua arah yang saling berhubungan, mendukung, dan pada akhirnya melestarikan budaya itu secara bersama. Dengan adanya dialektika ini, hubungan horizontal dan vertikal terjadi begitu dalam. Hubungan bapak dan anak menjadi dekat, atas-bawah dirapatkan, pemimpin dan warganya berpelukan, dan sebagainya.

Faktanya, seorang tokoh adat melakukan orasi paling indah di titik ke-9 di Desa Baolangu, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata hari ini (Ekorantt.com, Sabtu 26/2/2022). Yang dimaksudkan dengan Nubatukan, dia ada di tengah-tengah dan itu adalah bahu pemikulnya. Bukan lebar, bukan isi yang ada di depan dan belakang, tetapi bahu orang yang pikul itulah Nubatukan. Seruan seorang tokoh adat ini menjadi satu pertanyaan sekaligus autokritik paling murni.

Dengan demikian, siapa pun yang ada di Nubatukan, maka tugasnya adalah dia harus berpikir untuk semua arah mata angin. Jelas di sini, Thomas Ola Langoday mendorong Eksplorasi Budaya Lembata secara menyeluruh.

Maka sangat jelas di sini, bahasa autokritik tokoh adat Lembata sebagaimana diberitakan Ekora NTT menjadi sebuah evaluasi fundamental untuk Pemkab Lembata.

Jika autokritik ini berbunyi utara dia pikir, selatan dia harus pikir, timur dia pikir, barat pun harus pikir, karena Nubatukan, Lewoleba, dia harus pikul dengan seimbang, maka pada tataran ini, kata ‘dia’ merujuk pada Pemkab Lembata yang saat ini sedang memimpin Lembata menuju Lembata yang lebih damai.

Di sini, hemat saya, Eksplorasi Budaya Lembata sebaiknya dipahami dalam rangka dialektika atau komunikasi dua arah yang kontekstual. Mengapa demikian?

Pertama, Eksplorasi Budaya Lembata menjadi momentum dialog antara pemimpin dan rakyat yang dipimpinnya. Jika dalam bahasa Hegel dialektika adalah dua hal yang dipertentangkan lalu didamaikan, maka kegiatan Eksplorasi Budaya Lembata in se mengandung kontradiksi budaya.

Kedua, bicara soal kontradiksi dalam hubungan dengan budaya, maka hemat saya kontradiksi adalah motor dialektika, satu jalan menuju kebenaran, maka kontradiksi harus mampu membuat konsep yang bertahan dan saling mengevaluasi. Maka dari itu, Eksplorasi Budaya Lembata, walaupun melahirkan kontradiksi, ia memberikan dampak dan manfaat bagi masyarakat Lembata. Jadi, sebaiknya diterima.

Ketiga, Eksplorasi Budaya Lembata bukan semata hanya terletak pada konsep di atas kertas, tapi aplikasi nyata sebagai bentuk implementasi dari seni yang di dalamnya terdapat keindahan yang melibatkan masyarakat.

Di sini, berlakulah life is short, but art is long (ars longa vitabrevis) yang menunjukkan seni punya wacana abadi dan meluas, maka terjawablah, banyak masyarakat terlibat karena merasa punya seni dan budaya yang sudah berjalan secara turun-temurun.

Keempat, ajakan untuk masyarakat Lembata demi menjaga produktivitas Lepan Bata atau Kabupaten Lembata sebagai ibu dan atau perempuan yang melahirkan banyak produk-produk lokal yang berbasis budaya daerah Lembata. Jadi, jika kita orang Lembata, maka kita bersyukur bahwa pemerintah ber-dialektika dan memilih turun dari bukit untuk melihat kualitas dan yang tidak berkualitas, supaya bisa dibenahi.

Dengan demikian, Eksplorasi Budaya Lembata adalah momentum eksplorasi untuk mengangkat nilai-nilai seni budaya yang semakin hari terkikis oleh zaman. Jadi, tak perlu takut ketika ada kontradiksi, karena darinya ada dialektika.

*Penulis adalah editor di Surat Kabar Ekora NTT

Lotak Wulang “Sir”

0

Maumere, Ekorantt.com- Gereja Roma wawa hera tadang li’wang ga’i pasku, riwung Serani tadang pu’ang misa himo awu nora Kuarta.

Pasku li’wang te’i, himo awu nora kuarta tadang kelang rua, wulang maret. Sara agama te dadi orba nimung ganutia. Himo awu tadang pu’ang puasa, pire mei da’a lerong pulu hutu hiring tepo Tuhan Yesus pi’e ene ga ngawung e’i urung du’ur da’a Tuhan Yesus toma hu’i wair serani e’i napung Yordan ganu Yohanes hura kara.

Wulang lotak sara hadat budaya wolong Sikka, Nita, ko wolong let hama-hama. Wulang himo awu oras tia ata tibo la’i lameng nora wa’e bu’ang rudung blutuk sir wi’ing.

“Walong misa himo awu, nulung rame golo tibo la’meng-wa’e bu’ang lotak wair e’i lalang tama natar oras kuarta tia, mole nora oras do Minggu ko bing oras regang,” ganutia Mo’at Kristi Woda natar Nilo Wuli Wutik eng gita, plowar nora surat dewa naruk Ekora NTT.

Kristi kesa walong, tibo la’memg ha pae wi huk uneng ga’i sir nora du’a  wa’e bu’ang natar ha ko natar peha, ra’ik norang bano e’i lalang tama natar, tibo la’meng tia gelit naha lotak wair wi nimu na’ing tesu ne’i.

Oras wulang lotak rame golo kawu ko lero biko, ata du’a la’i, me blutuk kahe keang tadang wair hira hotak, loning plari hiko mole rabek le’u togang ko basi wair ogak.

Raik ruking golo te tadang sir. Ganutia mo’a nibong Wanto natar ha nora mo’at Kristi kesa naruk .

Sara wolong let Watublapi, wulang lotak bi’ang hai poi ene paga lang. Pu’ang tadang wa’a misa himo awu, bi’ang tama natar ene lose naha gema toma wair masik plari du ropo.

“Wolong let Watublapi, hai poi toma wewar wair tena eng ita wair serani oras ita kesik la’eng noke rua serani e’i gereja. Ko bing nora uneng sir newang dadi ra’ik plosur pengang,” Mo’at Gleko wake pu’ang.

Ganupae Sara Wolong Sikka?

Surat dewa naruk Ekora NTT nora Sesta tadang kelang pulu rua wot lima wulang rua li’wang riwi rua pulu rua wor rua, pla toso torot hadat budaya lotak ro’o pasku, du’a Mine natar Sikka turur, e’i Sikka lotak demeng naruk dadi pu’ang raja Sikka moret.

“Oras tia ipar tu’ang met wi newang lotak. Loning sara lalang adat ene pire raik rimu sir ga’i grengang laba lepo sorong woga dadi waing genang meng, ganu li’hang nora lalang,” Du’a Mine beli sasing.

Mo’at Mayor tobor kesa, raik ita lotak rewong bi’ang te dadi naruk e’i pamarenta waeng, du’a mo’ang tua adat kula lahi lekang.

Ra’ik lalang pire naha riwa adat. Loning e’tia kesa li’wang hadat lotak potat nang da’a oras te’i e’i wolong Sikka.

E’i wolong Nita wulang lotak potat loning ata riwung lore lora oto ko motor bing pano wa’i lau Nanga Limang ata lotak na’o tesu waeng. Rimu lotak nora wair kisak ko iwa nora wair rasing.

Naruk tia blebi andong, dewa det natar iling Alok, te mo’ang noke rua pega sang e’i gereja moro pa’ot wi wulang lotak potat meseng lemer lero tama niang, li’wang tadang pu’ang tempo pasku ene rame ganu nulung, sir di potat.

Gereja Tua Sikka

Norang Naruk Dadi

Norang dadi naruk sir loning wulang lotak reta natar Nirangkliung.

Inang Alensa tutur oras Ekora NTT pla pinang, Inang Alensa eng gita nimu ata natar Sikka Wolong Kepi dadi kawit nora mo’at guru Kasinus ata natar Detung Likong-Nirangkliung loning poi lotak.

“A’u ora imung wa’e bu’ang bi’a telu oras tia ha’e reta natar Nirangkliung norang gewong adat tung balik. Ami mai dena gera hogor reging rema ata a’ rinu e’i mo’at Agus Setu oring loning wait Inang Maria lu’ur aming,” Inang Lensa dor nora Ekora NTT.

“Oras tia du Minggu puasa lotak la’eng, ami bano ma hao pigang ola, gereng bego mo’at guru Kasianus beta pirimisi, nimu lotak ami telung, ko wair gawang nimu lotak a’u da’a lebong.”

Inang Lensa du’a li’ang ba’a oras te’i kesa walong, oras gewong adat sawe mo’at guru neni regang. Ami ruang babong du ri’o ra’ong ene betang. Mo’at guru uneng tama oring wawa Sikka -Wolong Kepi plowar nimu sir nora a’u. Ami kawit toma meng bi’a hutu.

Jumlah Kunjungan Wisata ke TN Kelimutu Turun Drastis Tiga Tahun Terakhir

0

Ende, Ekorantt.com – Jumlah kunjungan wisata ke TN Kelimutu, Kabupaten Ende turun drastis tiga tahun terakhir. Hal ini terjadi akibat pandemi Covid-19 yang masih melanda Indonesia.

Kepala Balai Taman Nasional Kelimutu (BTNK), Hendrikus Rani Siga mengatakan, pada tahun 2019, wisatawan yang berkunjung berjumlah 86.439 orang, dan tahun 2020 menurun hingga 39.320 orang. Sementara pada tahun 2021, jumlah yang berkunjung sebanyak 33.702 orang.

Tahun 2019, lanjut Hendrikus, penerimaan karcis masuk senilai Rp3.089.739.500, tahun 2020 menurun menjadi Rp555.500.000. Sementara tahun 2021 hanya Rp308.900.500.

“Kondisi ini tidak bisa dihindari karena ada kebijakan pemberlakuan pembatasan. Tentu sangat berdampak pada kunjungan dan pendapatan yang diterima,” kata Hendrikus saat dihubungi Ekora NTT, Kamis (25/2/2022).

Selain kebijakan pembatasan tersebut, kata Hendrikus, beberapa taman nasional di Indonesia ditutup termasuk BTN Kelimutu untuk mengurangi penyebaran Covid-19.

Meski demikian, kata Hendrikus, kunjungan wisatawan ke Danau Kelimutu selama tahun 2022 menunjukkan tren yang cukup positif. Hingga 22 Februari tahun 2022, jumlah kunjungan ke wisata danau tiga warna itu berjumlah 8.369 orang.

“Untuk bulan Januari 2022 wistawan nusantara berjumlah 6.412 orang, wisatawan manca negara 22 orang. Sementara bulan Februari, wisatawan nusantara 1.933 orang, wisatawan manca negara 2 orang. Totalnya, wisatawan nusantara berjumlah 8.345. Wisman 24 orang,” papar Hendrikus.

Menurut Hendrikus, kunjungan wisatawan ke wisata Danau Kelimutu berdampak pada pendapatan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). PNBP yang didapat BTNK Ende selama tahun 2022 senilai Rp73.886.000.

“Untuk bulan Januari 2022 PNBP Danau Kelimutu senilai Rp61.315.000. Sementara bulan Februari PNBP senilai Rp12. 571.000. Harapannya ke depan terus meningkat,” ujarnya.

Eksplorasi Budaya Lembata, Thomas Langoday: Saya Minta Beri Pemberdayaan untuk Perempuan

0

Lewoleba, Ekorantt.com – Eksplorasi Budaya Lembata di titik ke-9 dilangsungkan di Desa Baolangu, Kecamatan Nubatukan, Kabupaten Lembata pada Jumat (25/2/22) pagi hingga sore hari sekitar pukul 18.00 Wita.

Semua kegiatan dipusatkan di lapangan sepak bola Desa Baolangu dan diikuti oleh ribuan warga komunitas adat Baolangu.

Adapun judul besar yang menjadi inti kegiatan ini adalah Dendang Eksplorasi Budaya Baolangu, Satu Suara Sare Dame Taan Tou, sebagaimana dikutip Ekora NTT dari kanal YouTube Sergap, Sabtu (26/02/22).

Seruan yang cukup membuat hadirin merinding kala sosok bertopi putih meneriakkan syair-syair Nubatukan yang indah. Sambil memikul blema atau kayu palang di bahu dengan masing-masing ujungnya dilengkapi beban ember merah dan putih sebagai simbol

“Yang dimaksudkan dengan Nubatukan, dia ada di tengah-tengah dan itu adalah bahu pemikulnya. Bukan lebar, bukan isi yang ada di depan dan belakang, tetapi bahu orang yang pikul itulah Nubatukan,” teriaknya dalam nada yang ekspresif.

“Dan karena itu, siapa pun yang ada di Nubatukan, berada di pusat Nubatukan, dia harus berpikir, utara dia pikir, selatan dia harus pikir, timur dia pikir, barat pun harus pikir, karena Nubatukan, Lewoleba, dia harus pikul dengan seimbang. Tidak boleh ke depan, tidak boleh ke belakang, tidak boleh ke timur, tidak boleh ke barat, tidak boleh ke utara, tidak boleh ke selatan, dan itu Nubatukan,” sambungnya.

Setelah melakukan orasi budaya yang indah, tokoh adat bertopi itu mengucapkan terima kasih kepada Bupati Lembata, Thomas Ola Langoday.

Ama Thomas terima kasih, saya yakin bahwa Ama layak untuk menyandang blema ini. Saya sangat yakin blema ini ketika ada di pundak Ama, baru sembilan bulan Ama sudah berusaha, mulai dari akar yang paling dalam dari Lembata, Sare Dame,” ucapnya.

Usai membawakan orasi, lagu dari anak-anak dalam bahasa Lembata pun menjadi seni budaya yang luar biasa, kala ditambah dengan teriakan-teriakan dari anak-anak dan para hadirin yang membuat lingkaran sambil mendendangkan Satu Suara Sare Dame Taan Tou.

Tampak perarakan budaya ini diikuti oleh masyarakat dengan menggunakan pakaian adat Lembata yang khas ditambah selempang di kepala, juga bunyi giring-giring yang diikat di kaki terdengar cukup merdu di telinga.

Namun, hal terpenting yang ditekankan Bupati Thomas Langoday kepada camat dan kepala desa ialah soal pusat kehidupan masyarakat yang jarang disadari.

Thomas memilih bertanya kepada salah seorang anak yang mengenakan pakaian adat dan menanyakan soal siapa yang menenun sarung yang dikenakannya. Jawaban anak itu tertuju pada neneknya.

“Nenek perempuan, yang menenun ini nenek, saya lahir dari perempuan. Artinya apa bapa-bapa, bapa kepala desa, ibu kepala desa, perhatikan ibu-ibu di kampung. Mesti ada pemberdayaan kepada ibu-ibu. Jumlah perempuan di Lembata 52 persen, jadi saya minta beri pemberdayaan untuk perempuan,” kata Thomas.

Thomas menambahkan pesan kedua, pada titik ke-9, masyarakat diingatkan bahwa keberadaan mereka lahir dari satu rahim yang sama atau dari satu kampung yang sama.

“Kita ini berangkat dari satu rahim yang sama, dari satu lewo yang sama, Lepan Bata Keroko Puken, dan ingat kita masih dalam satu perahu yang sama yang dulu namanya Lepan Bata dan hari ini namanya Kabupaten Lembata,” tegasnya.

Thomas mengajak supaya masyarakat tidak boleh saling menciptakan konflik satu terhadap yang lain. Lebih jauh, Thomas menekankan, untuk apa berkelahi dan melakukan perpecahan, tapi mari bangun Lembata dalam nada Sare Dame Taan Tou.

Eto Kwuta

Selama Tahun Buku 2021, KSP Kopdit Spirit Soverdia Layani Pinjaman Anggota Sebanyak 2,6 M

Ruteng, Ekorantt.com – Selama Tahun Buku 2021, Koperasi Simpan Pinjam (KSP) Kopdit Spirit Soverdia melayani pinjaman anggota sebesar Rp2.633.639.000.

Dana Rp 2,6 M lebih itu dipinjam oleh 576 anggota, dengan tiga kategori pinjaman, yakni pinjaman pendidikan, pinjaman kesejahteraan, dan pinjaman usaha.

Ketua Pengurus KSP Kopdit Spirit Soverdia, Pater Simon Suban Tukan merincikan, anggota yang mengambil jenis pinjaman pendidikan sebanyak 206 orang, dengan total pencarian sebesar Rp779.458.000.

Kemudian, pinjaman kesejahteraan 228 anggota, dengan total pencarian sebesar 471.363.000.

Lalu, pinjaman usaha 142 anggota, dengan total pencarian Rp1.382.818.000. 

“Selama ini kita melayani paling tidak tiga itu yang kami catat dengan baik, karena anggota kami lebih banyak petani dan masyarakat pinggiran. Kami lihat kebutuhan besar dari keluarga-keluarga adalah pendidikan,” katanya di sela-sela Rapat Anggota Tahun (RAT) VIII KSP Kopdit Spirit Soverdia Tahun Buku 2021 yang berlangsung di aula SMAK Setia Bakti Ruteng, Jumat (25/2/2022).

Menurut Pater Simon, pelayanan kepada anggota yang mengajukan pinjaman pendidikan menjadi prioritas KSP Kopdit Spirit Soverdia. Pinjaman ini dibatasi paling banyak lima hingga enam juta rupiah. 

“Kami melihat ini investasi masa depan. Karena kami percaya bahwa satu saja anak sekolah dalam satu keluarga pasti keluarga itu akan berubah. Karena itu pendidikan menjadi bagian yang penting dalam koperasi,” terangnya.

Kemudian, pelayanan pinjaman kesejahteraan, ujar Pater Simon, khusus untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga anggota seperti pemasangan listrik dan lainnya.

Lalu, pinjaman usaha, lanjutnya, bertujuan untuk mendorong anggota agar tetap berkembang dalam usaha-usaha produktif.

Menurutnya, KSP Kopdit Spirit Soverdia selalu memberikan pendidikan kewirausahaan kepada anggota setiap tahun. 

“Kita siapkan dua gelombang pendidikan kewirausahaan setiap tahun. Kalau  anggota yang mengikuti pendidikan itu buat permohonan pinjaman untuk usaha, pasti kami layani. Karena paling tidak ada gambaran sedikit bagaimana mengembangkan usahanya, karena kami sudah beri pendidikan,” ujarnya.

Meningkatkan Kesadaran Anggota

Program utama KSP Kopdit Spirit Soverdia pada Tahun Buku 2022 yaitu meningkatkan kesadaran anggota melalui pendidikan di tingkat kelompok dan pendidikan khusus yang diberikan oleh pengurus dan manajemen.

“Makin lama, (jumlah) anggota meningkat. Maka kita perlu penyadaran yang terus-menerus supaya anggota selalu ingat bahwa koperasi ini miliknya,” kata Pater Simon.

Ia berharap agar pada Tahun Buku 2022, anggota lebih semangat, gairah, dan sadar akan tanggung jawab mereka dalam berkoperasi.

Hingga 31 Desember 2021, anggota Koperasi Spirit Soverdia berjumlah 1823 orang, dengan rincian, dewasa 1620 orang, anak-anak 203 orang.

Kemudian, jumlah saham hingga Desember 2021 sebesar Rp2.182.789.065 dan total aset sebanyak Rp 4.808.513.987.

Manager KSP Kopdit Spirit Soverdia, Yuliana Nelci mengatakan, pada Tahun Buku 2022, pihaknya berkomitmen untuk meningkatkan jumlah anggota.

“Kami akan gencar melakukan pendidikan dan sosialisasi. Sementara ini, kami biasanya sosialisasi melalui  media online terkait keberadaan Koperasi Soverdia,” kata Yuliana.

Adeputra Moses

Pemkab Ende Rencana Tertibkan Bangunan Liar di Kawasan Pesisir Pantai Ndao

0

Ende, Ekorantt.com – Pemerintah Kabupaten Ende berencana melakukan penertiban bangunan liar di kawasan pesisir pantai Ndao-Ende. Kawasan hijau tersebut ternyata dibangun secara ilegal oleh warga.

Rencana tersebut akan direalisasikan dalam waktu dekat, mengingat saat ini proses persuasif melalui sosialisasi telah dilakukan oleh pemerintah. Faktanya, kawasan pesisir tersebut dipenuhi puluhan rumah warga sekaligus dijadikan tempat usaha.

Pemerintah mengklaim dan telah mendapatkan berita acara kesepakatan oleh warga untuk meninggalkan lokasi. Dokumen berita acara itu telah ditandatangani warga pada tahun 2018 silam.

Demikian informasi yang disampaikan Kepala Dinas Deperindag Kabupaten Ende, M. Sharir, ketika dikonfirmasi Ekora NTT pada Selasa (22/2/2022) di ruang kerjanya.

Dikatakannya, pihak Deperindag telah berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan Kabupaten Ende untuk memindahkan para pelaku usaha yang selama ini beraktivitas di kawasan pantai Ndao ke Terminal Ndao.

“Kita sudah berkoordinasi. Tahan sosialisasi sudah jalan. Selanjutnya upaya penertiban tentu menjadi kewenangan Satpol PP. Kami Deperindag memfasilitasi para pelaku usaha yang selama ini berdagang di kawasan pesisir pantai agar masuk ke Terminal Ndao,” ujar Sharir.

Sementara itu, Lurah Kota Ratu, Adhar Do menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan koordinasi, sosialisasi dengan warga yang selama ini menggunakan jalur hijau untuk tempat usahanya.

Dalam sosialisasi, Lurah Adhar mengatakan pihak pelaku usaha bersedia keluar dari kawasan tersebut asalkan pemerintah menyiapkan lahan khusus terutama bagi para penjual ikan.

“Rencananya kemarin kita lapor ke bapak Bupati tentang hasil sosialisasi dan pendekatan kami dengan warga. Mereka bersedia keluar. Hanya memang bagi warga yang jual ikan, mereka minta kita siapkan lahan, Semua mereka ada 7 KK,” imbuhnya.

Adhar mengakui, sebanyak 23 warga menggunakan kawasan pesisir pantai Ndao untuk berwirausaha. Dua di antaranya telah memiliki sertifikat. Namun, berdasarkan data dari Satpol PP ada 84 warga yang menggunakan kawasan tersebut.