Geliat Berkoperasi Petani Lepembusu Kelisoke

Lepembusu Kelisoke merupakan salah satu kecamatan dalam wilayah administratif kabupaten Ende. Kecamatan Lepembusu Kelisoke memang terbilang baru dan merupakan hasil pemekaran dari kecamatan Kota Baru.

Ibu kotanya Pei Benga, terletak di dataran tinggi. Topografinya berbukit-bukit, diselingi dengan lembah. Suhunya relatif dingin.

Sejak beberapa tahun lalu pemerintah setempat menggagas kecamatan Lepembusu Kelisoke sebagai kecamatan holtikultural. Untuk itu butuh kerja keras dan kerja nyata.

Lahan-lahan yang kosong digarap dan ditanami dengan tanaman-tanaman holtikultural seperti tomat, wortel, cabe, kol dan sawi. Ketika berkungjung ke sana pada 7 Oktober 2018 lalu, hal ini sangat nampak.

Di kiri-kanan jalan, ibu-ibu sibuk membersihkan sayur kol yang akan segera dijual. Sebuah mobil pick parkir persis di samping tumpukan sayur kol yang telah dibersihkan.

iklan

Dari kejauhan, seorang bapak sibuk mencakul tanah di bedengnya. Sesekali ia mengusap keringatnya dengan handuk di yang ada dibahu.

Sungguh sebuah pemandangan khas Lepembusu Kelikose yang sudah menjadi sumber sayur mayur bagi warga kota Ende dan juga Maumere.

Untuk memperlancar usahanya, banyak petani yang bergabung dengan koperasi. Salah satunya KSP kopdit Pintu Air.

Menurut wakil ketua komite KSP kopdit Pintu Air cabang Watuneso,  Kanisius Yos Rae, antusiasme anggota di daerah Lepembusu Kelisoke sangat mengembirakan.

Terbukti dengan anggota jumlah anggota yang sudah menginjak angka 400-an orang.  Sebagian besar yang bergabung menjadi anggota adalah petani ladang yang mengolah tanaman holtikultural. 

Kanisius mengakui, timnya setiap bulan mengunjungi anggota di sana untuk melakukan pendidikan bulanan.

Dalam pendidikan bulanan diberikan semacam pemahaman sederhana dalam mengelola keuangan sekaligus memberikan pemahaman yang benar tentang hidup berkoperasi.

Kehadiran Pintu Air badi para petani Lepembusu Kelisoke dirasa sangat membantu. Thomas Seni (58), salah satu petani Lepembusu Kelisoke mengakui hal itu.

Suami dari Katerina Wedhe (60) ini sudah enam tahun bergabung menjadi anggota Pintu Air. Ia telah merasakan manfaat dengan  bergabung menjadi anggota koperasi.

Selain membantu usaha kebun sayurnya tetapi juga telah membantu urusan biaya kuliah anaknya.

Kepada anak-anaknya, Thomas selalu berujar dengan nada lelucon, “Bapa nanti kalau mati, sudah ada peti, semen dan pasir. Saya sudah siap semuanya. Bahkan saya juga kasih kamu uang walau saya sudah mati”.

Meski dengan nada lelucon, maksud Thomas hanya satu yakni menyadarkan anak-anaknya untuk hidup berkoperasi. Tidak hanya mendapatkan manfaat saat ada kematian, tetap koperasi juga membantu untuk usaha-usaha produktif anggotanya.

Juga Martinus Ndopo, sangat antusias berkoperasi. Pada tahun 2013, ketika yang lain sibuk menyimpan di simpanan bunga harian, suami dari Yuliana Ale ini telah berpikir untuk menyimpan di Simpanan Masa Depan (Simada).

Pada tanggal 7 Oktober yang lalu, ia menarik simpanannya tersebut karena sudah jatuh tempo lima tahun sesuai dengan kesepakatan awal. Rencananya uang yang ada ia gunakan untuk membeli pompa air.

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA