Harga Cakalang Turun, Nelayan Enggan Melaut

Larantuka, Ekorantt.com – Komunitas Nelayan Polen Line di Kabupaten Flores Timur mengeluhkan turunnya harga ikan Cakalang yang mencapai angka Rp.12.800/Kg.

Turunnya harga ikan cakalang ini membuat pemilik kapal menjadi dilema mengoperasikan kapalnya untuk melaut.

Ketua Komunitas Nelayan Polen Line, Martinus Igo Waiwurin mengatakan, biaya operasional yang dibutuhkan untuk sekali melaut membutuhkan anggaran yang sangat besar.

Turunnya harga ikan Cakalang ini membuat Komunitas Nelayan Polen Line enggan untuk turun melaut karena kuatir merugi.

“Harga ini turun sangat jauh. Tidak sebanding dengan biaya operasional kapal sekali melaut. Biasanya, kapal jika sekali melaut membutuhkan biaya operasional mencapai Rp. 10 juta. Standart pencapaian hasil tangkapan sekali melaut dalam 3 hari adalah 800 Kg hingga 1 Ton ikan. Jika harga ikan cakalang per kilo Rp. 12 ribu, maka hasilnya adalah imbang dengan pengeluaran. Baik jika hasil tangkapan mencapai 1 ton, jika hasil tangkapan hanya 800 Kg maka kami rugi. Kami jadi berpikir enggan untuk melaut”, kata Martinus kepada Ekora NTT saat diskusi bersama dengan Komunitas Nelayan Polen Line di Pantai Susteran Weri, Larantuka Rabu (22/05) sore.

iklan

Hal senada disampaikan pengurus inti Komunitas Nelayan Polen Line, Yulius N.D Paru, mengatakan, dirinya tengah bimbang mengoperasikan kapal untuk melaut pasalnya ia dilema bagaimana menghidupi keluarga para anggota kelompok.

“Jika kita tidak melaut maka anak istri ABK dapat uang dari mana? Dalam Komunitas Nelayan Polen Line terdapat 975 tenaga kerja. Jika satu tenaga kerja di kali dengan 3 orang maka 2.925 warga Flores Timur yang tidak bisa makan karena tidak bisa cari uang. Kita bimbang. Mau melaut rugi, tidak melaut banyak anggota komunitas nelayan sengsara,” jelas Yulius.

Yulius juga menyangsikan adanya penurunan harga yang dilakukan oleh 2 perusahaan penerima ikan.

Ia menjelaskan, temuan lapangan yang dilakukannya diketahui bahwa adanya perbedaan harga yang terjadi di beberapa perusahaan penerima ikan di Flores Timur.

Dijelaskannya, 2 perusahaan penerima ikan yakni PT. Primo Indo Ikan dan PT. Okshin menerima harga yang lebih rendah yaitu: Rp.12.800/Kg.

Sedangkan dari PT. Karya Cipta Buana Sentosa (KCBS), menerima ikan dengan harga yang lebih tinggi dengan harga Rp. 14.000/Kg.

Yulius mengaku bingung dengan temuan harga yang berbeda ini.

Yulius meminta kepada Pemerintah Kabupaten Flores Timur untuk dapat memperhatikan nasib nelayan di Komunitas Polen Line. Sebab menurutnya selama ini harga ikan ditentukan sendiri oleh pihak perusahaan.

“Di Flores Timur ada 3 perusahaan penerima ikan Cangkalang yakni PT. Primo Indo Ikan, PT. Okshin, dan PT KCBS. Perusahaan PT. Primo Indo Ikan dan PT. Okshin terima ikan dengan harga Rp. 12.000/Kg. Tapi PT. KCBS terima dengan harga Rp.14.000/Kg. Kami bingung ada perbedaan harga seperti ini. Hal ini tentu menjadi pertanyaan bagi kami komunitas nelayan. Kami minta agar Pemerintah Kabupaten Flores Timur dapat memperhatikan nasib para nelayan Polen Line sebab selama ini harga ditentukan sendiri oleh pihak perusahaan,” tutur Yulius sambil berharap Pemkab Flotim dapat mendatangkan lagi Investor Ikan di Flotim.

Direktur Perusahaan PT. Primo Indo Ikan, Dis Yani membenarkan adanya penurunan harga ikan Cakalang di perusahaannya.

Hal ini disebabkan oleh turunnya harga ikan dunia.

Dikatakan Yani, pihak perusahaan melakukan penyesuaian harga ikan dunia karena pihak perusahaan tak bisa menanggung rugi.

“Harga ikan dunia turun. Kami pihak perusahanpun harus mengikuti harga dunia sebab tidak bisa ambil resiko kerugian bagi perusahaan,” jelas Yani, lewat sambungan telpon seluler, Kamis (23/5) pagi.

Sementara itu perusahaan PT. KCBS masih menerima ikan dengan harga yang lebih ketimbang perusahaan PT. Primo Indo Ikan dengan harga Rp.14.000/Kg.

“Kami masih terima dengan harga Rp. 14 ribu per Kg,” jawab Alex, Kepala Cabang Perusahaan KCBS saat dikonfirmasi Ekora NTT melalu sambungan telepon, Rabu, (22/5), malam.

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA