Sofia Dua Ketik: Anak Saya Butuh Beasiswa

Maumere, Ekora NTT– Jalan yang mulus tidak akan menghasilkan pengemudi yang hebat, laut yang tenang tidak akan menghasilkan pelaut yang tangguh, langit yang cerah tidak akan menghasilkan pilot yang handal, hidup yang tidak ada tantangan tidak akan membuat orang kuat.

Tantangan hidup ini membuat Sofia Dua Ketik (43) berusaha menyikapinya dengan bekerja keras mendorong gerobak yang berisi sayuran setiap hari melintasi lorong-lorong mulai dari Gelora Samador, Misir, Jalan Wairklau, SDK IV Kabor dan Longser (Lorong Service) melayani para ibu rumah tangga langganannya yang setiap pagi menanti ibu tiga orang anak ini.

Pemandangan yang disuguhkan oleh mantan TKW di Malaysia 12 tahun adalah setiap hari setelah mendorong gerobak jualan dari tempat tinggalnya Waidoko menuju Pasar Alok.

Setelah sayur-sayuran ditata rapi di dalam gerobak jualannya, Sofi demikian akrab disapa dengan ojek  duduk di belakang sambil menarik gerobak sayurnya. Hal ini dilakukan karena jarak dari pasar Alok menuju tempat langganannya jauh dan dia tidak mampu menelusuri jalan umum dan juga dari sengatan mentari.

Aksi keperkasaan wanita asal Wolokoli, Kecamatan Bola  beberapa waktu lalu  sempat diabadikan seorang turis yang menyaksikan aksi menarik, duduk dibelakang pengendara motor ojek sambil menarik gerobak yang tidak lazim dilakukan seorang wanita.

iklan

“Anda hebat! Sambil menunjukkan jempol buat Sofi,” ujarnya menirukan Turis.

Semua perjuangan hidupnya akui Sofi tidak terlepas dari kebutuhan tiga buah hatinya yang masih bersekolah di SD,SMP dan SMA dan asap dapur yang harus terus mengepul.

Getirnya hidup ini mulai dirasakan ketika di tahun 2010, 9 tahun silam, suami pergi merantau meninggalkan dia sendirian beserta anak-anak yang masih kecil.

“Awal usaha jual sayur ini dengan menjunjung baskom. Namun kepalaku tidak sanggup untuk menahan beban. Apalagi setiap kali pembeli hendak membeli harus kasi turun naik di kepala. Untuk meringankan beban timbul niat untuk membeli gerobak.

Dengan modal Rp 50 ribu dalam tempo dua minggu dapat mengumpulkan uang untuk membeli ban. Untuk menghasilkan sebuah gerobak yang lengkap saya habiskan uang Rp. 1 juta,” kata ibu yang selalu bertopi.

Walau hasil jualan setiap hari berkisar Rp50 ribu-Rp150 ribu, Sofi selalu mensyukurinya. Usaha apapun Sofi selalu mengandalkan bahwa Tuhan adalah segala-galanya.

“Tuhan tidak akan membiarkan umat-Nya untuk terus berpeluk erat dengan kesusahan. Suatu saat kebahagiaan akan datang. Yang penting terus bekerja dengan keras dan jangan lupa Tuhan,” ujar Sofi.

Naik turunnya perolehan duit dari hasil jualannya tidak membuat Sofi pesimis. Sedikit dari hasil jualannya ia tabung. Dan kini sudah membeli tanah hasil dari gerobak di jalan baru dekat gereja St. Thomas Morus Maumere.

Kepada Ekora NTT, Sofi mengungkapkan tantangan tersendiri bagi dirinya adalah uang sekolah bagi tiga orang anaknya yang masih duduk dibangku sekolah. Selain itu modal usaha untuk  menjual sayur dengan gerobak.

“Pak wartawan, coba lihat gerobak saya ini. Samping kiri kanan yang dipalang dengan bambu cincang dan diikat dengan tali sudah tidak layak lagi sebagai sebuah gerobak. Jadi, tolong pak wartawan tulis. Kalau bias, anak saya dapat beasiswa dan saya juga dapat modal usaha,” pinta Sofi. (Yuven Fernandez/Kontributor)

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA