Robby Idong Minta Alex Longginus Legowo: Polemik Penetapan Bupati Sikka sebagai Ketua PDI-P Sikka

“Ini suatu cara tuhan. Tuhan tidak tidur. Dia menyertai kita. Kami berjuang hanya untuk orang miskin. Lihat saya punya tamu yang datang ini. Tamu-tamu orang susah semua. Saya hanya mau bantu cari jalan keluar untuk orang-orang yang sedang kesulitan ini. Partai ini juga datang sendiri. Saya tidak pergi minta.” (Robby Idong, Ketua PDI-P Sikka 2019-2024)

Maumere, Ekorantt.com – Robby Idong duduk di atas kursi sofa empuk di Rumah Jabatan Bupati (Rujab) Sikka di Jalan El Tari, Kelurahan Kota Uneng, Kecamatan Alok, Rabu (31/7) malam.

Malam itu, ia baru saja menerima kunjungan banyak tamu dari berbagai tempat dengan kepentingan yang berbeda.

Dengan baju kaos lengan panjang dan celana dinas panjang, Bupati Sikka yang terpilih dari jalur independen itu menerima lawatan EKORA NTT.

Tema perbincangan kami malam itu adalah polemik penetapan dirinya sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Kabupaten Sikka Periode 2019-2024.

iklan

Pertanyaan pokok yang kami ajukan adalah apa sikap politik dan pertanggungjawaban publik dia terkait polemik tersebut?

Apakah jabatan struktural dia sebagai Ketua PDI-P punya dampak positif terhadap upaya pemenuhan hak dasar rakyat Nian Tana sebagaimana visi kampanye politiknya dahulu?  

Robby Idong menampik tudingan Alex Longginus, Ketua PDI-P Sikka Periode 2015-2019, bahwa dia tidak tahu etika politik dan memainkan politik kutu loncat.

Dia mengaku sudah menjalin komunikasi politik dengan Alex Longginus.

“Kami dua kakak-adik. Dia omong begitu, pelampiasan dia saja. Kalau soal etika, saya sudah ketemu dia. Kalau mau marah, marah orang DPP,” kata Robby Idong.

Menurut dia, Alex Longginus adalah orang lama yang tidak mengerti perkembangan dan strategi partai di zaman organisasi modern. Semua partai sekarang berkompetisi. Kalau tidak mengubah cara kerja, maka partai bersangkutan akan dilibas oleh partai lain.

Dia berpendapat, partai politik adalah milik bangsa. Oleh karena itu, proses perekrutan kader partai tidak dilihat dari seberapa lama atau seberapa berjasanya seseorang dalam mengurus partai.

“Ini masuk dalam proses rekrutmen. Bukan bicara kami sudah lama di sini. Kau lama, tapi kalau pos kamu di sini, kamu nanti urus di sini. Orang tidak omong soal lama. Apalagi sudah kecepatan informatika. Ini organisasi modern. Partai ini milik bangsa. Tidak ada yang bilang saya yang paling berjasa,” kata dia.

Robby berpendapat, mengurus partai sekarang ibarat mengurus tim sepak bola. Walapun klub-nya besar, tetapi kalau para pemainnya jelek, maka klub bersangkutan tidak akan menang dalam berkompetisi. Demikian halnya dengan partai.

“Mengurus partai sekarang bergantung figur. Kau bilang militan, tetapi kalau kualitas rendah, yah kalah. Makanya, banyak pecahan dari Golkar dan PDI-P banyak berkembang di partai lain. Di mana-mana, orang pasang orang-orang yang berkualitas,” ungkapnya.

Bupati Robby juga menampik tudingan Alex Longginus bahwa dia gagal mengurus beberapa organisasi di Sikka.

Sebaliknya, dia mengklaim sukses menahkodai Asosiasi Kabupaten (Askab)  Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) Sikka dan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Kabupaten Sikka.

“Siapa yang bilang urus Askab PSSI tidak beres? Terbalik dia omong. Malah saya pimpin juara I. Saya urus KNPI berhasil. KNPI di zaman saya itu kegiatannya banyak,” sanggahnya.

Robby mengimbau Alex Longginus legowo menerima situasi terkini.

Menurutnya, kalau Alex marah kepada partai, partai tentu akan berargumentasi bahwa partai sudah beri banyak kesempatan kepadanya untuk bertarung dalam kontestasi elektoral.

“Dia seharusnya tidak mencak-mencak. Dia kalau memberikan dukungan akan lebih besar,” ungkapnya.

Bupati Robby mengklaim, komunitas independen ROMA mendukung penetapan dirinya sebagai Ketua PDI-P Sikka.

Dia mengaku, sebelum masuk partai, dia minta restu kepada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Sebelum dilantik jadi Ketua PDI-P Sikka, dia juga menggelar pertemuan dengan semua Tim ROMA di Puskopdit. 

“Semua memberikan dukungan. Yang bilang tim ROMA tidak dukung, itu lawan politik. Dia tahu apa? Independen ini bukan lembaga. Ini ad hoc. Sementara. Sarana pencalonan,” kata dia.

ROMA dan Pemenuhan Hak Dasar

Bupati Robby Idong berpendapat, penetapan dirinya sebagai Ketua PDI-P Sikka akan semakin mempermudah upaya pemenuhan hak dasar rakyat Kabupaten Sikka.

Rakyat Sikka akan dapat untung dengan situasi politik ini.

Sebab, dia akan mendapatkan dukungan baik dari lembaga DPRD Sikka maupun pemerintah tingkat atas yang berafiliasi politik sama.

“Partai yang kita pegang ini partai pemenang. Partai besar. Power-nya tambah kuat. PKB urutan II. Urutan I dan II di kita. Siapa bilang ROMA menyesal? ROMA senang sekali. RI 1 dan RI 2 kita semua. Kita ini partai pemerintah. Dari atas ke bawah,” katanya.

Menurut Robby, semua drama politik yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir adalah jalan Tuhan.

Tuhan sudah memuluskan langkah dia untuk melayani orang-orang miskin di Kabupaten Sikka.

“Ini suatu cara tuhan. Tuhan tidak tidur. Dia menyertai kita. Kami berjuang hanya untuk orang miskin. Lihat saya punya tamu yang datang ini. Tamu-tamu orang susah semua. Saya hanya mau bantu cari jalan keluar untuk orang-orang yang sedang kesulitan ini. Partai ini juga datang sendiri. Saya tidak pergi minta,” ungkapnya.

Orang nomor satu di Sikka ini menjamin, jabatan struktural dia sebagai Ketua PDI-P Sikka tidak akan mengganggu kerja dia sebagai bupati. Menurutnya, bupati itu jabatan politik sehingga harus dilakukan sejalan.

“Tugas partai ini kan hanya konsolidasi. Turun ke bawah. Tidak sita waktu dan energi. Kan ada kepengurusan. Kalau saya berhalangan, ada sekretaris,” katanya.

Dia menandaskan, penetapan dirinya sebagai Ketua PDI-P Sikka adalah semacam win-win solution.

Dia untung. PDI-P juga untung.

Tanggapan Pendukung ROMA

Pendukung Tim Independen ROMA Yosef S. Sefni kepada EKORA NTT mengatakan, penetapan Robby Idong sebagai Ketua PDI-P Sikka memantik pertanyaan; Mengapa DPP PDI-P tidak memakai kekuasaannya untuk mendorong Robby Idong sejak saat itu? Mengapa Robby Idong dibiarkan bersusah payah bersama tim independen?

“Dilawan dan diserang habis-habisan, lalu ketika Robby menang, baru dicaplok menggunakan kewenangan DPP,” ungkap dia.

Menurut Sefni, isu kaderisasi dan kekalahan dalam proses Pilkada beberapa waktu lalu merupakan urusan internal DPC PDI-P Sikka, bukan urusan bersama.

Sehubungan dengan win-win solution, orang muda dari Kloangpopot ini berpendapat, keberhasilan PDP-P Sikka merebut palu pimpinan di DPRD Sikka Periode 2019-2024 hendaklah tidak menjadi alasan Bupati Robby bergabung dengan PDI-P.

Menurut dia, alotnya hubungan antara eksekutif dan legislati selama kurang lebih 9 bulan terakhir tidak terletak pada pemegang palu dewan, melainkan bergantung pada komunikasi politik.   

“Jauh hari sebelumnya, kami sudah memperhitungkan situasi ini. Bahwa akan ada dan lebih sering muncul situasi dead lock dalam paripurna di ruang Kulababong pun sudah kami perkirakan sejak awal. Namun, solusinya bukan dengan melebur diri dan berpihak ke Parpol pemenang Pemilu,” kata dia.

Sebagai gantinya, lanjut Sefni, di dalam tim independen itu sendiri, ada banyak sekali orang potensial yang mampu menjadi jembatan untuk membangun komunikasi politik manakala terjadi ketidaksepahaman antara eksekutif dan legislatif.

Menurut dia, anggota legislatif juga memiliki pikiran dan kehendak yang sama untuk membangun kabupaten ini.

“Dengan orang yang tepat, cara yang baik, hemat saya kebuntuan apa pun pasti akan menemukan solusi. Sayangnya, cara ini belum dilakukan sama sekali. Bisa jadi, Pak Robby Idong sudah melakukan, tetapi dipercayakan kepada orang yang tidak tepat, sehingga gagal terus,” katanya.

Terkait pertanyaan, apakah keputusan Bupati Robby sudah dikonsultasikan dengan pendukung, Sefni mengatakan, suara yang memenangkan paket Robby-Romanus mencapai 63 ribu lebih.

Tidak mungkin Bupati Robby melakukan itu secara keseluruhan dalam waktu sesingkat peristiwa yang sudah terjadi.

Dengan menghadirkan para koordinator kecamatan pun, siapa yang menjamin bahwa di tengah kepentingan – kepentingan yang berseliweran belakangan, para koordinator ini menjadi representasi yang tepat?

“Lagi pula, 63 ribu suara kemenangan itu, banyak tangan yang bekerja dan berkehendak, bukan kerja orang atau kelompok tertentu saja. Jauh di pelosok-pelosok, banyak tangan yang bekerja dalam diam, bahkan mungkin tidak dikenal. Satu hal yang paling pasti, dengan berpihak kepada salah satu Parpol, Robby Idong sudah meng-kapling dengan jelas, kelompok-kelompok yang akan menjadi lawan,” kata dia.

Soal langkah politik Bupati Robby dan upaya pemenuhan hak-hak dasar, demikian Sefni, mereka berargumen, pemenuhan hak dasar akan semakin mudah dilakukan karena presiden, bupati, dan sebagian anggota DPRD berasal dari PDI-P. Akan tetapi,  argumen ini naif. Sebab, mereka mendapuk posisi oligarki untuk mendapatkan pembenaran langkah politik.

“Dengan berpihaknya Robby Idong kepada salah satu Parpol, saat itu juga secara otomatis sudah menambah kuantitas dari pada kepentingan-kepentingan itu sendiri. Jadi, terhadap pertanyaan, apakah memudahkan pemenuhan hak hak dasar, saya hanya bisa bilang, kita lihat saja nanti,” pungkas dia.

Tokoh Muda dari Bora Are de Peskim kepada EKORA NTT berpendapat, penetapan Robby Idong sebagai Ketua PDI-P Sikka punya implikasi positif dan negatif.

Positifnya adalah dengan mengenderai PDI-P sebagai partai pemenang, Bupati Robby dapat melaju di atas jalan tol untuk menjemput lobby-lobby politik. Garansi pemenuhan visi dan misi politik terjamin karena ruang lobby terbuka lebar. 

Sementara itu, negatifnya adalah keterpilihan dia jadi semacam catatan buruk bagi demokrasi. PDI-P sebagai partai yang berjuang untuk demokratis, ternyata dalam tubuh partainya sendiri sama sekali tidak demokratis.

Oleh karena itu, demikian Are, Bupati Robby harus konsisten melibatkan rakyat dalam politik. Sebab, kepentingan dia maju melalui jalur independen adalah bikin rakyat semakin terlibat dalam rakyat.

“Ketika dia menerima putusan DPP PDI-P, itu menunjukkan iman independennya lemah,” ungkap dia. 

Keterpilihan Robby Idong sebagai Ketua PDI-P Sikka juga menunjukkan, kaderisasi tidak berjalan di internal PDI-P Sikka.

Fakta bahwa Alex Longginus 20 tahun jadi Ketua PDI-P Sikka membuktikan tidak ada kaderisasi di internal partai moncong putih itu.

“Ini bukti kegagalan dia (Alex Longginus, Red) sebagai ketua partai. Dia baru protes karena merasa terzolimi,” pungkas si pemuda aktivis ini.

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA