Air Mata Haru Istri Belasius Jelatu

Borong, Ekorantt.com – “Terima kasih kepada pemerintah dan semua orang yang telah membantu kami. Kami tidak bisa balas semua kebaikan ini,” kata Bernadeta Mo, sambil menyeka air matanya.

Bernadeta Mo (41) adalah istri dari Belasius Jelatu (47), warga Nanga Lirang, Desa Satar Padut, Kecamatan Lamba Leda Utara, Kabupaten Manggarai Timur.

Selama dua tahun, keluarga ini dirundung kesusahan. Belasius sebagai tulang punggung keluarga mengalami sakit parah. Ia tidak bisa lagi bekerja untuk menafkahi istri dan tiga putra mereka. Sejuak 2019, Belasius terbaring lemah di rumahnya.

Sesuai inspeksi salah satu petugas medis, kata Bernadeta, Belasius diduga mengidap komplikasi sakit ginjal, hepar, dan diabetes melitus.

Situasi itu memaksa Bernadeta untuk mengambil alih peran suaminya. Meski kaki kanannya cacat, setiap hari ia harus ke hutan, mencari kayu api untuk dijual.

iklan

“Satu minggu itu bisa dapat uang paling banyak sampai 300 ribu rupiah dari penjualan kayu api” katanya kepada Ekora NTT di Puskesmas Dampek, Sabtu (6/2/2021).

Uang hasil jual kayu api itu, katanya, digunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga dan sebagiannya ia sisihkan untuk membeli kebutuhan obat Belasius.

Bernadeta mengisahkan, akibat kondisi ekonomi keluarga yang demikian, kedua anak sulungnya tidak bisa melanjutkan sekolah. Kini dua anak laki-laki kembarnya yang lahir pada 2006 itu telah merantau dan menjadi kondektur angkutan kota di Ruteng.

“Mereka juga belum bisa bantu karena masih konjak (kondektur). Belum punya gaji,” tuturnya dengan mata berkaca-kaca.

“Anak bungsu sudah berusia tujuh tahun. Rencana tahun ini mau sekolah,” tambahnya.

Kondisi rumah Blasius Jelatu di Nanga Lirang, Desa Satar Padut.

Keluarga Belasius tinggal di rumah kecil berukuran 3×4 meter, dengan atap dan dinding dari seng bekas. Rumah itu dibangun di atas tanah milik kerabat mereka.

“Kami tinggal di gubuk pak. Bukan rumah,” timpal Belasius yang sedang terbaring di atas tempat tidur di Puskesmas Dampek.

Belasius bersama istri dan anak-anaknya menetap di Nanga Lirang sejak tujuh tahun lalu. Sebelumnya mereka menetap di Reo, Kecamatan Reok, Kabupaten Manggarai. Di Reo, Belasius bekerja sebagai buruh tambak garam.

Belasius sekeluarga kemudian memilih pindah ke Nanga Lirang karena ingin mengubah ekonomi keluarga dengan menjual kayu api. Namun, harapan itu perlahan pupus sejak Belasius terkena sakit.

Gotong Royong Bantu Keluarga Belasius

Informasi tentang kondisi keluarga Belasius diketahui oleh masyarakat luas pasca Romo Yohanes Emanuel Enggong, Pr bersama Hendrikus Seda mengunjunginya pada 1 Februari 2021.

Pasca kunjungan keduanya, Gerakan Anak Dampek (GAT) menggelar aksi galang dana di seputaran Dampek pada 2 Februari. GAD berhasil mengumpulkan dua juta rupiah lebih uang, seratus kilogram beras dan beberapa peralatan dapur hasil sumbangan masyarakat. Uang dan barang itu mereka serahkan untuk membantu keluarga Belasius.

Lalu, pada 3 Februari 2021, pihak Puskesmas Dampek menjemput Belasius dan membawanya ke Puskesmas untuk dirawat. Hingga kini, Belasius tengah mendapat perawatan medis di Puskesmas tersebut.

Informasi tentang kondisi keluarga Belasius juga sampai ke Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur. Pada Sabtu (6/2), Kepala Dinas (Kadis) Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil) Manggarai Timur, Robert Bonafantura bersama Sekretaris Camat Lamba Leda, Agus Supratman dan beberapa staf Dinas Dukcapil Manggarai Timur, turun langsung ke Puskesmas Dampek untuk melakukan perekaman KTP Elektronik (e-KTP) Belasius dan Bernadeta.

Proses perekaman e-KTP Bernadeta Mo di Puskemas Dampek. (Foto: Rosis Adir)

Istri Belasius tak bisa menahan air matanya saat Kadis Dukcapil Manggarai Timur menjelaskan tujuan kedatangan mereka. Bernadeta terharu bahagia.

Kepada Ekora NTT, Kadis Robert mengatakan bahwa informasi tentang  Belasius yang sakit dan belum memiliki identitas kependudukan, ia peroleh dari Sekretaris Daerah (Sekda), Boni Hasudungan Siregar.

“Makanya kita langsung turun hari ini untuk rekam KTP-nya. Demi kemanusiaan, meskipun hari ini libur, kami tetap datang,” katanya.

Pantauan Ekora NTT perekaman e-KTP Belasius dan istrinya berlangsung di ruang Rawat Inap Puskesmas Dampek.

Setelah melakukan perekaman, Kadis Robert menyerahkan Kartu Keluarga (KK) kepada Bernadeta.

Kadis Dukcapil menyerahkan Kartu Keluarga kepada Bernadeta.

Ia mengimbau agar tidak boleh saling menyalahkan terkait kondisi Belasius yang demikian.

“Sekarang saatnya bukan untuk saling menyalahkan. Mari kita sama-sama bantu keluarga ini,” ujarnya.

Menurutnya, e-KTP Belasius dan Bernadeta akan dicetak pada Senin, 8 Februari 2021.

Kadis Robert meminta kepada semua masyarakat Manggarai Timur yang belum mengurus identitas kependudukan seperti Kartu Keluarga, KTP, Akta Kelahiran dan lainnya, untuk segera mengurusnya.

“Mari kita belajar dari pengalaman Bapak Belasius ini. Jangan tunggu sakit begini baru pergi urus,” pungkasnya.

Sementara itu, Sekda Boni Hasudungan mengatakan, Pemerintah Manggarai Timur akan mengurus BPJS untuk keluarga Belasius.

“Saya sudah info kepala BPJS, kalau KK dan KTP (Belasius dan istrinya) selesai (dicetak) agar segera didaftarkan sebagai peserta BPJS Kesehatan dari Jamkesda,” ujarnya.

Rosis Adir

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA