Maumere, Ekorantt.com – Calon Guru Penggerak TK Negeri Pembina Maumere, Elisabet Gaso, kembali mengingatkan tentang esensial dari konsep merdeka belajar dalam dunia pendidikan.
Menurutnya, merdeka belajar yang dicetuskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, pada dasarnya ialah memberikan kebebasan kepada anak menggeluti bidang yang ia sukai sesuai kemampuan belajar anak.
“Merdeka belajar dalam arti anak memilih sendiri kegiatan belajar yang disiapkan oleh gurunya sesuai minat dan kemampuan belajar anak,” kata Elisabet ketika diwawancarai Ekora NTT di TK Negeri Pembina, Jalan El Tari Maumere pada Kamis, (29/07/2021).
“Peran guru penggerak merancang kegiatan belajar dengan mengakomodir semua kebutuhan belajar anak dalam mengembangkan bakat dan minat yang sudah ada secara alami,”tambah Sarjana Paud itu.
Elisabet yang kini sedang menyelesaikan Program Pendidikan Guru Penggerak pada bulan September 2021 ini mengatakan tugas guru penggerak adalah mengumpulkan data setiap anak didik yang ada di kelasnya dengan bekerjasama secara intens dengan orang tua untuk mendapatkan profil belajar masing-masing anak didik sehingga dapat merancang pembelajaran yang memenuhi kebutuhan belajar mereka.
“Ada tiga komponen inti dalam merancang RPP yakni tujuan pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan assesment. Lebih dikenal dengan pembelajaran berdiferensiasi,”terang dia.
Perintis Paud Mentari Utan Wair Nangahale Kecamatan Talibura tahun 2004 itu mengungkapkan Calon Guru Penggerak (CGP) harus siap dengan semua situasi, selaras dengan Filosofi Ki Hajar Dewantara bahwa setiap orang adalah guru, setiap rumah menjadi sekolah.
Dikatakan, anak diberi kebebasan untuk belajar dari sumber yang beragam, guru, teman, orangtua, buku dan internet. “Disini guru dituntut untuk dapat bersinergi dengan semua elemen sehingga terwujudlah profil pelajar pancasilais,” tanda Elisabet.
Kepala TK Negeri Pembina Maumere Wilhelmina Wigu kepada Ekora NTT memberikan apresiasi yang tinggi kepada CGP itu karena memiliki niat dan tekad yang kuat untuk mengikuti program Pendidikan Guru Penggerak dimana harus dijalani selama 9 bulan dan diikuti sejak Oktober tahun 2020.
“Waktu banyak tersita untuk mengikuti program ini sebagai calon guru penggerak. Banyak kegiatan dan tugas. Tapi ibu Elis mampu membagi waktu. Sosok ibu Elis adalah sosok yang mau maju dan ingin perubahan,” ungkap Kepsek Wilhelmina.
Perubahan ini nampak pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) calon guru penggerak yang dibuat lebih sederhana sehingga dapat ditularkan kepada rekan gurunya. Banyak perubahan yang terjadi dari aksi nyata dari setiap modul calon guru penggerak yakni pembuatan kadera.
“Jadi, perubahan dengan konsep merdeka belajar yang digerakan oleh ibu Elis sudah mulai nampak disini. Dari rencana pembelajaran (RPP), kemudian langsung diterapkan kepada para siswa melalui aksi. Anak diajar atau dituntun untuk hidup mandiri,”katanya.
Yuven Fernandez