Waspadai Penyakit Kusta: Kenali Gejala, Pemeriksaan dan Pengobatan

Oleh: dr. Winne Irene Putri Yulian

Saat ini masih banyak masyarakat Indonesia yang belum memahami apa itu penyakit kusta, sehingga rasa abai dan stigma di masyarakat terhadap penyakit kusta masih ditemukan. Indonesia berada diperingkat ketiga didunia setelah India dan Brazil, dengan jumlah penderita kusta baru pada tahun 2017 mencapai 15.910 penderita kusta.

Hampir seluruh penderita kusta dikucilkan oleh masyarakat terjadi karena adanya kecacatan yang dialami oleh penderita yang tidak mendapatkan pengobatan yang tepat sehingga mengganggu produktifitasnya. Namun begitu, dengan melakukan pengobatan dan penanganan yang tepat, penyakit ini dapat disembuhkan dan dihentikan penularannya.

Bagaimana Bisa Tertular Lepra ?

Kusta atau yang dikenal dengan Lepra merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Leprae. Bakteri ini dapat menular dari satu orang ke orang lainnya melalui percikan cairan dari saluran pernapasan (droplet), yaitu ludah atau dahak, yang keluar saat batuk atau bersin.

Namun Kusta merupakan penyakit infeksi yang penularannya tidak mudah, perlu kontak erat yang lama. Hal ini menunjukkan bahwa bakteri penyebab lepra tidak dapat menular ke orang lain dengan mudah. Seseorang tidak akan tertular kusta hanya karena bersalaman, duduk bersama, atau bahkan berhubungan seksual dengan penderita.

Kusta juga tidak ditularkan dari ibu ke janin yang dikandungnya. Gejala dan tanda penyakit kusta baru akan muncul setelah 3 bulan hingga 10 tahun setelah tubuh berkontak dengan bakteri penyebabnya, bahkan pada beberapa orang ada yang sampai 20 tahun.

Apa saja gejala Penyakit Lepra?

Gejala kusta pada awalnya tidak tampak jelas. Bahkan, pada beberapa kasus gejala kusta baru bisa terlihat setelah bakteri kusta berkembang biak dalam tubuh penderita selama 20–30 tahun. Beberapa gejala kusta yang dapat dirasakan penderitanya adalah:      

  • Mati rasa di kulit, termasuk kehilangan kemampuan merasakan suhu, sentuhan, tekanan, atau rasa sakit     
  • Muncul lesi pucat, berwarna lebih terang, dan menebal di kulit    
  • Muncul luka tapi tidak terasa sakit     
  • Pembesaran saraf yang biasanya terjadi di siku dan lutut     
  • Rasa kesemutan, tertusuk-tusuk, dan nyeri pada anggota gerak
  • Kelemahan anggota gerak, terutama kaki dan tangan     
  • Kehilangan alis dan bulu mata     
  • Mata menjadi kering dan jarang mengedip     

Jika kusta menyerang sistem saraf, maka kehilangan sensasi rasa termasuk rasa sakit bisa terjadi. Hal ini bisa menyebabkan luka atau cedera yang terdapat di tangan atau kaki tidak dirasakan oleh penderitanya, akibatnya bisa muncul gejala hilangnya jari tangan atau jari kaki.

Bagaimana Cara pemeriksaan Kusta?

Untuk mendiagnosis kusta atau lepra, dokter akan menanyakan gejala yang dirasakan, kemudian memeriksa kulit pasien. Dokter akan memeriksa apakah ada lesi di kulit sebagai gejala kusta atau tidak. Lesi lepra pada kulit biasanya berwarna pucat atau merah (hipopigmentasi) dan mati rasa.

Untuk memastikan apakah pasien menderita lepra, dokter akan mengambil sampel kulit dengan cara dikerok (skin smear). Di kulit umumnya banyak ditemukan di daun telinga, cuping hidung, tonjolan tulang pipi, alis, dagu. Sampel kulit ini kemudian akan dianalisis di laboratorium untuk mengecek keberadaan bakteri Mycobacterium Leprae.

Bagaimana Pengobatan Kusta?

Metode pengobatan utama penyakit kusta atau lepra adalah dengan obat antibiotik. Penderita kusta akan diberi kombinasi beberapa jenis antibiotik selama 6 bulan hingga 2 tahun. Jenis, dosis, dan durasi penggunaan antibiotik ditentukan berdasarkan jenis kusta yang diderita. 

Contoh antibiotik yang digunakan untuk pengobatan kusta adalah rifampisin, dapson, klofazimin, minosiklin, atau ofloksasin. Di Indonesia pengobatan kusta dilakukan dengan metode MDT (multi drug therapy).  

Operasi umumnya dilakukan sebagai penanganan lanjutan setelah pengobatan dengan antibiotik. Operasi bagi penderita kusta bertujuan untuk:      

  • Menormalkan fungsi saraf yang rusak     
  • Memperbaiki bentuk tubuh penderita yang cacat     
  • Mengembalikan fungsi anggota tubuh

Dengan mengenali gejala dan tatalaksana sejak dini, kusta dapat sembuh. Kerusakan saraf yang masih dapat diperbaiki umumnya jika tertangani dalam kurun waktu 6 bulan sejak awal gejala saraf. Namun, jika lebih dari waktu tersebut biasanya akan ada kerusakan permanen. Vaksin untuk saat ini belum ada.

Akan tetapi untuk pencegahan dapat diberikan obat profilaksis, terutama diberikan pada nara kontak atau individu yang sering kontak dengan penderita, misalkan orang serumah. Oleh sebab itu, penting sekali mengenali gejalanya dan memeriksakan segera ke dokter. Yuk kenali gejala kusta, deteksi dan tatalaksana dini mencegah kecacatan.

*Penulis adalah Dokter Umum RSUD T.C. Hillers

spot_img
TERKINI
BACA JUGA