Ende, Ekorantt.com – Pandemi Covid-19 berdampak pada semua sektor kehidupan manusia, seperti kesehatan dan ekonomi. Usaha kecil rumahan, juga demikian. Seperti yang dialami Siti Hadjah (55), pemilik warung makan lesehan di Bandar Udara H. Hasan Aroeboesman, Kota Ende.
Usaha yang dirintis sejak 10 tahun silam ini nyaris bangkrut di awal masa pandemi Covid-19. Akibat aktivitas penerbangan yang ditutup, pendapatan Bu Siti turun drastis.
Ditemui Ekora NTT pekan lalu, Bu Siti mengaku sebelum pandemi, warung makan miliknya selalu dipadati pengunjung. Tidak hanya pegawai bandara, tetapi sopir, keluarga, dan penumpang yang hendak bepergian ke luar daerah.
Selain harga yang ramah kantong, akses yang dekat bandara menjadi pilihan tepat untuk mampir di rumah makan miliknya.
“Dulu sebelum corona saya bisa dapat Rp300 ribu sampai dengan Rp400 ribu setiap harinya. Tetapi saat PPKM level 3 di Ende, satu hari saya dapat Rp50 ribu,” katanya.
Di tengah situasi sulit itu, Bu Siti berusaha tetap bertahan. Ia yakin pandemi akan berakhir dan usaha miliknya kembali berjalan normal.
Doa dan harapan itu pun mulai terjawab. Usahanya kembali ramai dikunjungi pelanggan. “Sekarang sudah ramai lagi om. Mungkin karena penumpang tidak diwajibkan ke stadion lagi. Sehingga mereka bisa lebih lama berada di bandara,” ujarnya.
Andi, pegawai Bandara Aroeboesman Ende, mengaku lebih memilih warung lesehan Bu Siti lantaran akses ke tempat ia bekerja sangat dekat. Bahkan, ia bersama rekan-rekannya kerap menjadikan warung tersebut sebagai tempat nongkrong saat rehat.
Andi berujar, saat pandemi merebak para penumpang diperiksa secara ketat. Bahkan, mereka langsung diantar ke Stadion Marilonga untuk dilakukan pemeriksaan. Akibatnya, beberapa kios di kompleks bandara harus memilih untuk tutup sementara.
“Kalau selama korona dan masa PPKM memang kita jarang lagi makan di situ. Karena ada banyak pembatasan dan dilarang berkumpul. Sekarang sudah mulai ramai lagi,” tukasnya.
Hairunnas (Mahasiswa Fakultas Hukum Uniflor)