KSU Plea Puli: Koperasi Sektor Riil yang Fokus Memberdayakan Petani Kakao di Sikka

Maumere, Ekorantt.com – Aroma cokelat menyambut saya ketika memasuki sebuah bangunan bercat putih di Dusun Siransina, Desa Bloro, Kecamatan Nita, Kabupaten Sikka pertengahan Oktober 2022 lalu. Jarak bangunan tersebut hanya sepelemparan batu dari pemukiman warga.

Melalui dinding kaca jendela yang tembus pandang, terlihat dua karyawan sibuk bekerja di rumah produksi cokelat itu. Mereka tengah sibuk mencatat pembukuan. Keduanya adalah Fransiskus Servasius Toni dan Anastasia Kartini Nasa.

Toni menyebut, pencatatan dilakukan saat tak ada jadwal pengolahan cokelat, menunggu distribusi kakao dari petani.

Ketika menyambut saya, Anastasia dan Toni mengenakan APD (Alat Pelindung Diri) seperti masker, sarung tangan, dan penutup rambut. Itu dilakukan agar ruangan tetap steril.

Mereka bergantian menjelaskan proses pengolahan kakao menjadi cokelat siap saji. Dibutuhkan ketekunan untuk melewati proses yang tidak gampang demi menghasilkan produk cokelat yang berkualitas.

iklan

Tahap pertama yang dilakukan adalah fermentasi kakao selama lima hingga delapan malam.

“Selanjutnya dimasukkan ke dalam mesin sangrai selama 15 menit, gunanya untuk sangrai kakao agar siap diproses selanjutnya,” kata Toni.

Kakao yang telah disangrai dimasukkan ke mesin pemisah kulit, gunanya untuk memisahkan kulit ari kakao selepas disangrai. Proses ini yang nantinya akan menghasilkan daging cokelat.

“Setelah itu, kita masukkan ke dalam mesin giling untuk digiling menjadi pasta,” jelas Toni sambil menunjuk mesin-mesin yang digunakan selama pengolahan cokelat.

Proses selanjutnya adalah memasukkan pasta ke dalam mesin pengempa untuk mengambil lemak cokelat. Untuk menghasilkan cokelat batang, pasta dimasukkan ke dalam mesin ball mill selama 12-16 jam. Setelah itu, dimasukkan ke dalam mesin penghalus selama 45-60 menit. Lalu, cokelat ditambahkan dengan gula dan susu atau bahan lain yang diinginkan sebagai penambah rasa.

“Lalu, didiamkan dalam ruangan ber-AC dengan temperatur tertentu dan kemudian dituang ke dalam cetakan-cetakan,” katanya.

Sementara untuk menghasilkan cokelat bubuk, pasta dimasukkan ke dalam mesin pres agar mendapatkan lemak cokelat. Setelah di-pres, dimasukkan lagi ke dalam mesin penghalus dan mesin pengayak untuk mendapatkan bubuk cokelat.

Sekali proses produksi, KSU Plea Puli bisa menghasilkan 5 kilogram cokelat, berupa 3 kilogram cokelat yang siap dikonsumsi, sisanya lemak dan ampas cokelat.

Harga setiap produk cokelat batang dibanderol Rp2.000-Rp25.000 sangat tergantung ukuran. Harga cokelat bubuk 250 gram yaitu Rp35.000, sedangkan untuk 500 gram Rp 65.000.

“Namun, produk yang dihasilkan hanya bisa dijual kepada anggota kelompok dan masyarakat sekitar,” terang Anastasia. “Kalau untuk dijual keluar, kan, dia punya uji BPOM-nya belum ada. Kemasannya juga belum didesain dan belum ada nama brand-nya.”

Karyawan di rumah produksi cokelat Plea Puli, Fransiskus Servasius Toni menjelaskan proses pengolahan kakao menjadi cokelat siap saji

Dari Poktan ke KSU Plea Puli 

Rumah produksi cokelat itu dikembangkan oleh Koperasi Serba Usaha (KSU) Plea Puli, sebuah koperasi sektor riil yang ada di Desa Bloro. Hal tersebut dilakukan sejak Juni 2022 setelah mendapatkan bantuan mesin pengolahan cokelat dari Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi NTT.

Semula, Plea Puli hanyalah sebuah kelompok tani (Poktan) yang dibentuk pada 1 Agustus 1990. Tahun-tahun awal, para petani merawat kebun secara bergotong royong (Sako Seng).

Ketua KSU Plea Puli, Oscar Yakob Laba mengatakan, saat itu, para petani dihadapkan dengan serangan hama Helopeltis sp yang merusak kakao. Produktivitas kakao ikut merosot.

Kebersamaan para petani dalam kelompok tani, kata Oscar, diharapkan bisa menyelesaikan masalah hama yang merusak tanaman kakao petani. Itulah kenapa Poktan itu diberi nama Plea Puli yang berarti mengobati sampai sembuh.

“Hama Helopeltis sp kemudian diberantas oleh para anggota kelompok dengan menggunakan musuh alami hama yaitu semut hitam,” tutur Oscar.

Pada tahun 1994, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) lokal Yaspem mendampingi kelompok ini dengan kegiatan simpan pinjam uang. Baru pada 2002, kelompok ini memantapkan diri untuk membentuk KSU Plea Puli.

Usaha-usaha yang dijalankan berupa usaha simpan pinjam, usaha lumbung pangan, usaha pemasaran bersama kakao dan kopra, serta arisan untuk anak sekolah.

“Kita kan mengikuti proses dari Poktan. Tahapannya mulai dari kelas pemula, kelas lanjutan, dan kelas utama. Setelah semuanya diraih, pemerintah mengusulkan untuk Poktan tersebut menjadi sebuah koperasi serba usaha,” kata Oscar.

Anggota KSU Plea Puli juga rutin bekerja bergantian di semua kebun anggota setiap hari Sabtu, untuk merawat tanaman-tanaman, baik tanaman kakao, vanili, merica, lada, dan tanaman perdagangan lainnya.

Oscar menuturkan bahwa KSU Plea Puli menargetkan pasar bagi produk cokelat yang sudah diolah.

“Jadi, fokus kami adalah pemasarannya. Bagaimana mendapatkan pasar yang bagus agar usaha kami ini dapat berkembang,” tutur Oskar.

Cokelat dalam kemasan hasil olahan Rumah Produksi Cokelat Plea Puli Bloro

Memberdayakan Petani Kakao

KSU Plea Puli fokus memberdayakan petani kakao di wilayah Desa Bloro. Kakao diperoleh dari 60-an petani yang merupakan anggota KSU Plea Puli, dan selanjutnya akan diolah menjadi cokelat di rumah cokelat milik KSU Plea Puli.

Setiap anggota koperasi menjual hasil panen kakao kepada pihak koperasi seharga Rp29 ribu per kilogram, tergantung mutu dan kadar air

Jika dijual ke pengepul, harganya berbeda-beda tergantung kadar air. Kakao yang masih basah dibeli dengan harga 15 ribu/kg, yang setengah kering dibeli dengan harga 18 ribu/kg, dan yang kering dibeli dengan harga 27 ribu/kg.

Seorang petani di Desa Bloro, Fransiskus Xaverius Nurak memiliki tiga lahan kebun; dua lahan perkebunan kakao dan satu lahan untuk perkebunan kelapa, kakao, vanili, dan merica.

Sekali panen, Xaverius bisa menjual sekitar 120-an kilogram kakao. Biji kakao yang dihasilkan biasanya dijual langsung ke KSU Plea Puli.

Ia menjual kakao di KSU Plea Puli karena harganya sesuai dengan harga perusahaan pembeli kakao, di samping karena sebagai anggota KSU, ia wajib untuk menjual hasil komoditinya di KSU Plea Puli.

“Harga beli kakao di koperasi kami per kilonya adalah 29 ribu rupiah tergantung dari mutu atau kadar airnya.  Kalau kopra untuk sementara harganya lima ribu lima ratus rupiah,” jelas Xaverius saat ditemui di kediamannya di Bloro, pertengahan Oktober 2022 lalu

“Sebagai anggota, kami sepakat untuk menjual kakao atau kopra di koperasi kami” ujarnya lagi.

Kepala Desa Bloro, Daniel Desa berjanji akan membantu para petani kakao untuk memperlancar usaha produksi cokelat. Apalagi potensi kakao di desa itu sangat menjanjikan.

Desa Bloro terletak kira-kira 14 kilometer dari Maumere, ibu kota Kabupaten Sikka. Desa ini bisa ditempuh sekitar 20 menit perjalanan menggunakan kendaraan roda dua maupun roda empat. Sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Hasil pertanian utama di desa ini adalah kelapa, kakao, kopi, dan lain-lain.

“Pemerintah desa akan membantu produksi cokelat khususnya kepada para petani kakao. Karena memang sebelumnya juga desa biasa memberi bantuan berupa pembibitan, dan lain-lain,” ujar Daniel.

Istimewa

Menukil data Pemerintah Desa Bloro, luas lahan perkebunan di Desa Bloro 536,1 hektar, dengan jumlah petani laki-laki 370 orang dan petani perempuan 355 orang.

Khusus untuk kebun kakao, Penyuluh Pertanian Desa Bloro, Antonius Siga menuturkan, Desa Bloro memiliki 153 hektar dengan jumlah pohon per hektarnya sekitar 1.100 pohon kakao.

Antonius bilang, kondisi kakao di Desa Bloro saat ini lebih banyak terserang hama. Salah satu cara untuk mengendalikan hama itu yakni dengan perlakuan P3S (penumpukan, pemangkasan, dan panen sering).

Selain itu, ia juga memberikan edukasi tentang peremajaan kakao dan rehabilitasi kakao di setiap kelompok tani di Desa Bloro.

Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Kabupaten Sikka, Yoseph Benyamin

Koperasi Sektor Riil

Usaha pengembangan cokelat yang KSU Plea Puli mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Kepala Dinas Perdagangan dan Koperasi UKM Kabupaten Sikka, Yoseph Benyamin mengharapkan semakin banyak koperasi sektor riil.

Koperasi-koperasi, kata Yoseph, bisa mengembangkan sektor riil, salah satunya dengan memanfaatkan potensi yang ada di wilayah itu, serta mendanai usaha produktif masyarakat.

“Kita berharap dengan usaha cokelat, dia (Plea Puli) masih lebih masif karena ada beberapa koperasi di Kabupaten Sikka yang memiliki intens anggota lebih banyak mengurus cokelat, seperti Plea Puli, Sube Huter, dan Romeo,” terang Yoseph di ruang kerjanya pada Senin, 7 November 2022.

Hal ini berasalan mengingat koperasi di Kabupaten Sikka masih dikuasai oleh jenis koperasi simpan pinjam. Bila menengok data Dinas Perdagangan dan Koperasi UKM Kabupaten Sikka, dari 183 unit koperasi di Kabupaten Sikka, sekitar 80 persen bergerak pada usaha simpan pinjam.

Yoseph menyebutkan, anggota koperasi di Sikka mencapai 452.356 orang yang menyebar di 45 Koperasi Serba Usaha (KSU), 6 Koperasi Produsen, 5  Koperasi Jasa, 2 Koperasi Pemasaran, 3 Koperasi Konsumsi, 66 Koperasi Kredit, 6 Koperasi Karyawan, dan 15 Koperasi Pegawai Negeri.

“Kita mau bahwa koperasi-koperasi ini mengambil peran agar koperasi ini tidak sekadar menjual bahan mentah atau menjual cokelat kepada orang lain tetapi juga dapat mengolah cokelat tersebut menjadi barang jadi yang siap pakai,” tambahnya.

Diakui, KSU Plea Puli masih berusaha mencari jenama yang cocok untuk cokelat yang diproduksi dan membenahi rumah produksi  agar mendapat ijin dari BPOM.

“KSU akan bekerjasama dengan Dinas Perdagangan dan Koperasi UKM Kabupaten Sikka dan Provinsi NTT. BPOM akan menguji dari kadar minyak atau lemak cokelat yang dihasilkan dan mengenai rasa dari cokelat yang diproduksi,” kata Oscar.

Menurut Oskar, mereka masih mengalami kendala dalam sistem simpan pinjam, keterbatasan anggota, dan modal yang masih kurang. Tetapi KSU Plea Puli memiliki nilai kekeluargaan yang tinggi dengan tetap saling membantu antar-sesama anggota kelompok.

“Pemerintah dan masyarakat harus memberikan dukungan terhadap usaha ini agar usaha ini dapat maju dan berkembang,” pungkasnya.

Anggelina Fransiska Djinyeru

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA