Kupang, Ekorantt.com – Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Kota Kupang mengadakan forum business dan business matching di Hotel Harper Kupang, Selasa, 19 Maret 2024.
Acara ini dihadiri Penjabat Gubernur NTT, Ayodhia G.L Kalake dan Menteri Perdagangan dan Industri Timor Leste Filipus Nino Pereira.
Baik Provinsi NTT maupun negara Timor Leste sepakat untuk merajut kerja sama investasi.
Ketua BPC Hipmi Kota Kupang, Yusak Benu mengatakan, kesepakatan investasi dilakukan antara Timor Leste dengan Provinsi NTT terkait kontribusi dalam bidang bioenergi dan biodiesel, yang akan segera diimplementasikan di Timor Leste.
“Sudah ada kesepakatan NTT menyumbang bioenergi dan biodiesel. Ini juga atas dorongan Menteri Filipus, dan segera memulai investasi di sana,” ujar Yusak.
Sebagai bentuk komitmen, kata dia, Menteri Filipus hadir dalam forum ini beserta dengan tiga orang Dirjen Ekvaser dan lebih dari 20 pengusaha dari Timor Leste.
Kehadiran pejabat tinggi dari Timor Leste tentu memacu pemerintah dan Hipmi untuk menyukseskan kesepakatan investasi.
“Ini tentu hal baik yang diberikan, serta bentuk komitmen dari pejabat Timor Leste untuk hadir di sini. Sehingga kita juga tidak akan tinggal diam,” kata Yusak.
Yusak mengatakan, forum bisnis tidak sekadar ajang pertemuan biasa, tetapi juga merupakan wujud dari visi besar untuk memajukan perekonomian dan pariwisata kedua daerah.
“Jadi kita hadir di sini untuk kita konkretkan forum bisnis bukan sebagai wacana, tetapi langkah awal membuat sejarah dengan kerja sama yang baik,” jelasnya.
Yusak menyebut, selain berfokus pada aspek bisnis, Hipmi Kota Kupang sudah memberikan kontribusi sosial yang signifikan di Kota Kupang.
Kontribusi itu termasuk membangun taman yang rusak akibat bencana seroja, program beasiswa dan makan gratis untuk masyarakat kurang mampu.
“Jadi aksi atau kegiatan ini kami sudah lakukan berbulan bulan,” tandas Yusak.
Sentil Potensi Garam
Menteri Perdagangan dan Industri Timor Leste Filipus Nino Pereira mengapresiasi kerja sama yang telah terjalin ini.
Pemerintah Timor Leste, kata Pereira, juga menyentil potensi garam di Provinsi NTT. Pasalnya, garam sangat dibutuhkan untuk industri, baik di Provinsi NTT maupun di Timor Leste.
“Jadi hal-hal baik ini akan kita lihat, terlebih untuk tingkatkan potensi UMKM yang menjadi motor penggerak ekonomi masyarakat,” jelasnya.
Sehingga, kata dia, melalui forum bisnis yang digelar, ada kerja sama riil yang bisa dilakukan oleh sektor swasta di NTT dan Timor Leste. Sedangkan dari aspek sosial politik, Timor Leste memiliki hubungan yang sangat erat dengan NTT, baik dari sisi kekeluargaan dan kekerabatan.
“Jadi salah satu landasan untuk terus dipupuk dan dilestarikan agar bisa menjadi kekuatan ekonomi yang dapat memberikan dampak positif untuk masyarakat di kedua negara,” terangnya.
Ia menambahkan bahwa, forum bisnis direncanakan akan digelar kembali di Timor Leste beberapa bulan ke depan, dengan menghadirkan sejumlah tim dari NTT.
Tingkatkan Kemitraan
Terpisah, Penjabat Gubernur NTT, Ayodhia Kalake, mengapresiasi Hipmi Kota Kupang yang sudah menggelar kegiatan forum bisnis untuk meningkatkan hubungan kemitraan dagang NTT dan Timor Leste.
Menurutnya, ada empat butir kesepakatan saat pertemuan Presiden RI Joko Widodo dan Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao terkait peningkatan kerja sama ekonomi antara Indonesia dan Timor Leste.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk meningkatkan volume perdagangan antara kedua negara di antaranya membangun konektivitas darat dan laut dengan membuka rute Angkutan Lintas Batas Negara dengan rute Kupang-Dili dan Dili-Kupang juga kehadiran Terminal Barang Internasional di Motaain.
Meskipun dipisahkan batas administrasi pemerintahan dan kedaulatan sebagai sebuah negara, Provinsi NTT dan Timor Leste memiliki kedekatan yang sangat erat baik secara sosio-kultural maupun ekonomi.
“Banyak masyarakat Timor Leste yang masih memiliki hubungan kekerabatan dengan masyarakat NTT terutama yang tinggal di daerah Perbatasan,” jelasnya.
Selain itu, secara ekonomi, Provinsi NTT dan Timor Leste memiliki hubungan dagang yang saling menopang satu sama lain.
Berdasarkan data statistik tahun 2023, dari total nilai ekspor NTT yang didominasi sektor non migas sebesar 74,086 juta dolar, atau sekitar 77 persen diekspor ke Timor Leste.
“Total impor dari Timor Leste ke NTT sekitar 4,1 persen yang sebagian besar terdiri dari kopra dan kopi,” paparnya.
Untuk bulan Februari 2024, kegiatan ekspor-impor dan pelintasan orang melalui Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Motaain menghasilkan devisa sebesar Rp55,8 miliar lebih dan 18.859 pelintas.
“Aktivitas perdagangan dan pelintasan orang yang signifikan ini diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di kedua daerah,” terangnya.
Pemprov NTT, kata Ayodhia, menyambut positif forum business dan business matching yang mempertemukan kalangan pengusaha dari NTT dan Negara Timor Leste.
Ia berharap, para pengusaha dapat lebih mengenal potensi, keunggulan, dan peluang investasi yang dapat dikembangkan untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi baik di NTT maupun di Timor Leste.
“Forum ini merupakan langkah strategis untuk memperluas dan memperkuat kerja sama ekonomi di kawasan ini,” pungkas Ayodhia.