Bajawa, Ekorantt.com – Di tengah keramaian pasar Bajawa, Agata Sare, 46 tahun, pedagang asal Kampung Bokua, Kabupaten Ngada, tampak penuh semangat melayani pembeli saat ditemui Ekora NTT pada Rabu, 5 Februari 2025.
Tanpa lapak, ia hanya mengandalkan sak semen bekas dan sepotong tripleks sebagai alas untuk menata barang dagangan, seperti tomat, bawang merah, bawang putih, dan sayur.
Agata mengaku mulai berjualan sejak pukul 08.00 pagi hingga jam 17.00 Wita. Ia tetap berjualan di lorong Pasar Bajawa, meskipun sudah dilarang berulang kali oleh petugas.
“Kami mau bagaimana pak, ini demi biaya anak sekolah dan cicilan koperasi, apalagi kami ambil koperasi harian, mingguan hingga bulanan,” katanya.
Ibu lima anak ini mengaku, akibat berjualan di lorong pasar, ia sering mendapat teguran bahkan diminta buat pernyataan di Kantor Satuan Polisi Pamong Praja (Sat Pol PP) Kabupaten Ngada.
Meskipun begitu, Agata mengaku tidak pernah mendapatkan kekerasan dari petugas saat melakukan penertiban di wilayah pasar.
Ia memilih berjualan di lorong pasar, karena Pasar Bobou yang ditempatkan pemerintah selalu sepi pembeli.
“Kalau di sini selama sehari kami bisa dapat Rp500 ribu lebih, kalau di bawah (Pasar Bobou) tidak laku sama sekali,” ujarnya.
Hal senada disampaikan pedagang lain Theresia Zimun, 41 tahun, asal Kelurahan Susu, Kecamatan Bajawa, Kabupaten Ngada. Theresia memilih berjualan di lorong pasar.
“Mau bagaimana pak, kalau di Pasar Bobou sehari kadang tidak ada pembeli,” katanya.
Sementara di Pasar Bajawa dalam sehari ia bisa meraup keuntungan sampai Rp400 ribu lebih.
Theresia mengatakan uang dari hasil jualan ia gunakan untuk kebutuhan sehari-hari, biaya pendidikan anak, hingga cicilan koperasi.
“Saya berharap bupati dan wakil bupati terpilih bisa ada kebijakan bantu kami pedagang, sehingga kami tidak di kejar-kejar petugas lagi,” harapnya.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Ngada, Johanes Rodja menjelaskan, secara aturan, berjualan di lorong pasar dilarang.
Oleh karena itu, ia berharap para pedagang dapat kembali menggunakan Pasar Bobou yang telah disiapkan pemerintah.
Namun, Johanes mengakui beberapa pedagang memilih kembali berjualan di Pasar Bajawa karena sepinya pembeli di Pasar Bobou.
Menurut dia, masukan dari pedagang akan didiskusikan bersama dinas terkait, seperti Sat Pol PP dan Dinas Perhubungan.
Salah satu solusi yang dipertimbangkan adalah menyediakan pasar tengah yang tidak mengganggu pedagang lainnya.
Johanes menekankan, pasar antara ini perlu dirancang dengan cermat agar tidak menimbulkan masalah baru, seperti membuat pedagang yang sudah berjualan di Pasar Bobou kembali beralih ke Pasar Bajawa.
Ia berharap solusi yang ditemukan dapat menguntungkan semua pihak, mengingat para pedagang juga mencari nafkah untuk keluarga mereka.