Program Makan Bergizi Gratis Diluncurkan di Ende, Siswa: Kok Tak Ada Susu?

Maksimus Deki, penyedia makanan bergizi gratis menjelaskan, susu tidak termasuk dalam menu wajib dalam makan bergizi gratis.

Ende, Ekorantt.com – Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur, resmi meluncurkan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) di sejumlah sekolah pada Senin, 17 Januari 2025.

Sekolah-sekolah yang terlibat antara lain TK/Kober Nanganesa (37 siswa), SDI Lokoboko (59 siswa), SDI Otombaba (109 siswa), SDI Ndona (72 siswa), serta SMKN 1 Ende dengan jumlah siswa terbanyak, mencapai 2.288 siswa.

Namun, pelaksanaan program ini tidak tanpa masalah. Berdasarkan pantauan media, salah satu kekurangan yang ditemukan di SMKN 1 Ende adalah tidak ada susu dalam menu makan yang disajikan.

Meskipun demikian, para siswa tampak menikmati makanan yang tersedia. Beberapa siswa bahkan makan dengan tangan kosong, sementara yang lainnya menggunakan plastik sebagai pengganti sendok.

Fransiska Siregar, wali kelas XII SMKN 1 Ende mengaku, para siswa sempat bertanya mengenai tidak adanya susu dalam menu tersebut.

“Anak-anak tadi sempat tanya, Ibu, kok makan bergizi gratis ini kok tidak ada susu?” ujarnya.

Terkait dengan penggunaan tangan kosong, Fransiska menjelaskan bahwa hal tersebut menjadi tanggung jawab masing-masing siswa.

“Untuk air minum dan sendok, sesuai informasi, tidak disediakan oleh penyedia, jadi itu ditanggung sendiri oleh siswa. Kami sudah menyampaikan hal ini kepada para siswa,” tambahnya.

Sementara, Maksimus Deki, penyedia makanan bergizi gratis menjelaskan, susu tidak termasuk dalam menu wajib dalam makan bergizi gratis.

“Menu makan dengan harga Rp10.000 ini terdiri dari nasi, ayam, sayur, dan buah. Susu sebenarnya bisa ditambahkan, tapi itu tidak wajib karena harga menu yang sudah ditetapkan tidak mencakup susu,” jelasnya.

Maksimus juga mengonfirmasi bahwa air minum dan sendok tidak menjadi tanggung jawab penyedia, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Badan Gizi Nasional.

“Kami sudah sampaikan bahwa air minum dan sendok itu bukan tanggung jawab penyedia. Itu memang standar dari Badan Gizi Nasional,” terangnya.

Selain itu, ia mengungkapkan kendala utama yang dihadapi dalam pelaksanaan Program MBG adalah keterbatasan sumber daya manusia.

“Kami akui, pada hari pertama ini masih ada beberapa kendala, terutama dalam hal sumber daya manusia yang terbatas. Jadi, wajar jika masih banyak kekurangan,” tuturnya.

Meski demikian, Maksimus berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan memastikan gizi yang diberikan sesuai dengan standar yang berlaku.

“Ke depan, kami akan memastikan makanan yang diberikan sesuai dengan standar gizi yang dianjurkan oleh Badan Gizi Nasional,” tegasnya.

TERKINI
BACA JUGA