Gubernur NTT Ambil Langkah Hentikan Proyek Geotermal, Warga Diaspora Apresiasi

Menurut Melki, proyek geotermal perlu dikaji ulang secara menyeluruh dan, jika diperlukan, dihentikan.

Jakarta, Ekorantt.com – Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT), Melkiades Laka Lena meninjau ulang dan menghentikan proyek tenaga listrik panas bumi (geotermal) yang sedang berlangsung di Flores.

Keputusan ini diambil setelah adanya penolakan dari otoritas gereja Katolik setempat, yang menyoroti dampak negatif geotermal.

Menurut Melki, proyek geotermal perlu dikaji ulang secara menyeluruh dan, jika diperlukan, dihentikan.

Pernyataan disampaikan pada Jumat, 4 April 2025, dalam kunjungannya ke Wisma Keuskupan Agung Ende di Ndona.

Kala itu, Melki berdiskusi dengan Uskup Agung Ende Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD, mengenai berbagai isu pembangunan di NTT, termasuk proyek geotermal.

Melki menegaskan, proyek geotermal yang ada saat ini memiliki banyak kekurangan, terutama karena desain yang kurang matang sejak awal.

Ia berkomitmen untuk memanggil pihak-pihak terkait dan meminta agar perbaikan dilakukan terhadap proyek geotermal yang sudah berjalan.

Sementara untuk proyek yang belum dilaksanakan, Melki mengusulkan agar ditunda.

“Kami menyadari banyak kekurangan karena sejak awal desainnya kurang baik,” tulis Melki dalam unggahan di akun Instagram pribadinya, @melkilakalena.official, pada 4 April 2025.

Keputusan Melki untuk meninjau ulang proyek geotermal didukung oleh warga diaspora yang tergabung dalam Forum Komunikasi dan Advokasi Komunitas Flobamora (FKKF) Jakarta.

Ketua Umum FKKF Jakarta, Marsellinus Ado Wawo (Foto: Dok. Pribadi/HO)

Ketua Umum FKKF Jakarta, Marsellinus Ado Wawo mengatakan, masyarakat dan Gereja menuntut agar proyek geotermal itu tidak dilanjutkan atau dihentikan karena selain meresahkan dan menimbulkan kegaduhan, juga proyek ini dinilai membawa dampak buruk bagi penduduk dan lingkungan di sekitar lokasi proyek.

Ia menghargai sikap Gubernur NTT yang mengoreksi proyek pembangunan geotermal di Flores, karena proyek tersebut telah mengakibatkan kerusakan lahan pertanian produktif, pencemaran lingkungan, termasuk sungai dan sumber air minum warga. Bahkan seng-seng rumah penduduk di sekitar lokasi proyek menjadi rusak akibat karat.

“Ada peristiwa, tanah di tengah kampung di wilayah selatan Ngada, terbelah. Patut diduga, kejadian ini erat kaitannya dengan eksplorasi di lokasi sumber panas bumi, yang berdekatan dengan kampung tersebut,” kata Marsel dalam keterangannya kepada media, Selasa, 8 April 2025.

Ia menilai, pemerintahan di berbagai tingkatan harus mendahulukan kebutuhan primer berupa pengembangan lahan pertanian produktif, di mana pangan merupakan sumber utama bagi kehidupan masyarakat.

Kebutuhan listrik bisa dicarikan jalan keluar lainnya, berupa pemanfaatan sinar matahari, angin, biomasa, dan sumber energi baru terbarukan lainnya.

Menurutnya, dalam tingkatan kebutuhan masyarakat, pangan merupakan kebutuhan pertama.

“Kita butuh nasi, ubi-ubian, kelapa, kopi, cengkeh dan produk pangan lainnya. Apabila ketiadaan sumber pangan, bagaimana masyarakat bisa membeli kebutuhan sekunder dan tersier lainnya,” katanya.

Marsel mengatakan, mengutip ayat Alkitab, Tuhan saja membutuhkan tanah ketika menciptakan manusia. 

“Bagaimana jadinya apabila masyarakat kehilangan tanahnya. Dengan sendirinya masyarakat akan kehilangan daya cipta untuk melanjutkan karya penciptaan Tuhan,” ujarnya.

FKKF Jakarta sangat mengapresiasi sikap Gubernur NTT yang memprioritaskan kepentingan masyarakat, mendengarkan asprirasi dan partisipasi masyarakat, menjaga kepentingan lingkungan hidup.

Semua pemangku kepentingan proyek geotermal, yang selama ini menimbulkan keresahan dan kerugian material di Flores, wajib hukumnya merehabilitasi kerugian masyarakat setempat.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA