Larantuka, Ekorantt.com – Janda itu menerawang langit-langit gubuk reyot miliknya. Pandangannya kosong. Dua bola matanya agak tenggelam ke dalam. Dan tulang pipinya terlihat menonjol dari balik wajahnya.
Romana Tupi Koten, begitulah nama lengkapnya. Ia tampak kurus.
Sudah tiga tahun mama Romana tinggal di gubuk yang beratap dan berdindingkan terpal kusam yang pada beberapa titik sudah mulai robek.
Saya bersama teman wartawan Floresku.com menjumpainya saat hendak meliput pariwisata di Riangpuho, Desa Waibao, Kecamatan Tanjung Bunga, Kabupaten Flores Timur, pada Sabtu, 28 Agustus 2021.
Setelah mendengar kisah mama Romana, kami pulang dan menulis kisah kegetiran hidup janda tiga anak itu. Kami memutuskan untuk batal liputan pariwisata.
Saya tidak menyangka, kisah mama Romana yang diterbitkan di media Ekora NTT dan Floresku.com mengundang kepedulian banyak pihak.
Pada Sabtu malam, saya dihubungi oleh beberapa yayasan dan beberapa orang yang ingin membantu mama Romana. Mereka menanyakan kondisi mama Romana dan anak-anaknya.
Keesokan paginya, kami kembali menuju Riangpuho bersama Yayasan Permata Bunda Berbelas Kasih, menghantar sembako dan peralatan dapur lainnya.
Selain yayasan itu, Komunitas Kanasta Sarotari membantu beberapa lembar seng. Dan bantuan lain juga datang dari beberapa individu, dan pihak Polres Flotim.
Lalu, saat ini, Komunitas Geser Flotim juga sedang menggalang donasi untuk mama Romana.
Selain itu, kabar baik yang kami baru dengar ialah bantuan material lokal seperti batu untuk fondasi rumah yang dikumpulkan oleh anak muda dari Komunitas Nusa Lebao Tanjung, yang diketuai Pak Hery Aran; dan Bapak Yohanes Ile Koten yang rela menghibahkan tanah berukuran 25×25 meter untuk pembangunan rumah layak huni untuk mama Romana.
Kisah mama Romana mengingatkan saya pada perkataan dan ajakan Yesus dalam Kitab Suci agama Katolik: “Ketika aku lapar kamu memberi aku makan, ketika aku haus kamu memberi aku minum, ketika aku seorang asing kamu memberi aku tumpangan, ketika aku dalam penjara kamu melawat aku (Matius 25:34-36).”
Yurgo Purab