Kupang, Ekorantt.com – Guru Besar Universitas Nusa Cendana (Undana) Prof. Dr. Drs. Frans Bustan, M.Lib mengajak KSP Kopdit Pintu Air berkolaborasi dalam Konferensi Internasional Himpunan Sarjana-Kesusastraan Indonesia (HISKI) ke-31 di Undana, Kupang, Nusa Tenggara Timur pada bulan Oktober mendatang.
Profesor Frans Bustan menyampaikan permintaannya ketika berdiskusi dengan Pengurus Komite dan Manajemen KSP Kopdit Pintu Air Cabang Kupang di ruang kerjanya, kampus Undana, Kamis (28/7/2022).
Ia bilang, kehadiran Kopdit Pintu Air dalam hajatan ini, sangat strategis dalam konteks bahasa yang menjadi alat komunikasi usaha dan kemanfaatannya untuk lembaga pendidikan Universitas Nusa Cendana (Undana).
Sebagai guru besar Undana dalam bidang Language and Culture, ia menginginkan bentuk kemitraan permanen dengan KSP Kopdit Pintu Air yang merupakan stakeholders penting dan linear dalam konteks penerapan Kurikulum Merdeka Belajar dan Kampus Merdeka.
Kurikulum itu, kata Frans, memberi ruang cukup dan wajib kepada perguruan tinggi untuk memperkuat kerja sama, kolaborasi, dan sinergi produktif dengan multipihak.
HIKSI sebagai Forum Akademik Akbar
Adapun Konferensi Internasional HIKSI adalah sebuah forum akademik akbar yang mempertemukan ratusan sastrawan, para cendikiawan serta pakar linguistik dunia dan Indonesia untuk membahas sejumlah isu internasional dan nasional terkait linguisitk dalam konteks yang lebih global dan produktif.
Profesor Frans menjelaskan, ada sejumlah peserta dari beberapa negara sahabat dan domestik akan hadir dalam forum ilmiah ini dan akan dipadukan dengan Expo UMKM dan Industry Kerajinan Indonesia.
“Ada temu bahasa dan budaya juga sejumlah agenda besar terkait urusan bahasa dan manfaatnya tidak saja untuk kajian ilmiah edukatif tapi juga kontribusinya bagi kehidupan sosial ekonomi rakyat,” katanya.
Mengapa Pintu Air Terlibat?
Terkait mengapa Kopdit Pintu Air harus hadir dan terlibat dalam event internasional ini, Frans menjelaskan, pertama, Pintu Air adalah koperasi peringkat satu nasional yang tentu tidak saja memiliki banyak produk dan layanan unggul tapi juga memiliki strategi marketing (berbahasa) yang super sehingga lembaga ini kian dicintai masyarakat.
Hal ini terbukti dengan biar kantor pusatnya berada di kampung, tapi mampu merajut kebersamaan dan melayani anggotanya di 52 kantor cabang di 20 provinsi di Indonesia.
“Kita ingin berkolaborasi dengan Kopdit Pintu Air, kita minta mereka membagi pengalaman soal strategi menggunakan media “bahasa” dalam konteks pemasaran dan tentunya belajar merajut kebersamaan sehingga nadi kehidupan tetap berjalan dalam kebersamaan sebagai jiwa dari setiap insan koperasi,” kata dosen FKIP Undana ini.
Ia menjelaskan lagi soal pentingnya sebuah nama dalam konteks sastra dan bisnis. Nama baginya adalah tanda. Pintu Air adalah sebuah nama yang sudah terlampau lama dan ia sudah bergabung menjadi anggota pun menikmati layanan super dari Kopdit Pintu Air.
Tidak hanya itu, kata Frans, ia selalu mengikuti rekam jejak dan sepak terjang koperasi ini mulai dari awal pergerakannya hanya sebagai sebuah kelompok arisan di kampung Rotat, Nita, Maumere Flores hingga saat ini menjadi koperasinya seluruh masyarakat Nusantara.
“Saya juga sudah lama menjadi bagian dari Pintu Air, merasakan manfaatnya serta mengikuti sepak terjangnya. Sebagai anggota, secara moral saya juga ingin melibatkan Pintu Air dalam kegiatan atau event internasional ini, mereka bisa share pengalaman dalam mengelola lembaga ini tentu juga masih kaitannya dengan urusan bahasa, yang jadi ujung tombak marketing,” ujarnya.
Alasan kedua, menurut Profesor Frans, dengan menghadirkan Kopdit Pintu Air sebagai mitra dalam kegiatan Konferensi Internasional ini karena hasil pengamatan dan wawancara sejumlah pihak bahwa Pintu Air memang tidak ke mana-mana secara fisik tapi hadir di mana- mana.
Pelebaran sayap usaha dan pelayanan ini menunjukkan bahwa koperasi ini sudah menjadi sentra untuk melayani masyarakat.
Sementara itu, sastra menurut Profesor Frans, dalam kaitan kearifan lokal juga akan memberi kontribusi tentang kearifan lokal yang berkaitan dengan koperasi.
“Melalui sastra atau produk-produk bahasa berdefinisi sastra juga bertujuan mengangkat keraifan lokal dengan muatan berkenaan dengan koperasi,” katanya.
“Oleh karena kami selaku penyelanggara memilih KSP Kopdit Pintu Air sebagai mitra untuk ambil bagian dalam Konferensi Internasional ini,” tandasnya.
Undana Wajib Bermitra
Dalam kapasitas dan representasi sebagai dosen dan guru besar, kata Frans, Undana memang diwajibkan untuk membangun kemitraan dengan bebagai pihak.
Untuk itulah ke depan, pihaknya akan menghadirkan Pimpinan Kopdit Pintu Air untuk bertemu dengan Rektor Undana di gedung Rektorat Undana dalam membangun sebuah Memorandum of Understanding (MoU) dan Memorandum of Agreement (Kesepakatan Kerja Sama).
Bisa juga ditindaklanjuti dengan kerja nyata bersama Lembaga Penelitian dan Pengembangan (LP2M) Undana untuk kemitraan jangka panjang yang saling menguntungkan, tidak saja dalam konteks ekonomi tapi juga pengembangan SDM.
Dengan hubungan kemitraan itu, maka Pintu Air selaku yang punya wadah dapat juga menjadi lokus praktek/magang industry maupun menerima lulusan Undana bisa berkarya di sana.
Lebih jauh, Ketua Humas Kantor Pusat Kopdit Pintu Air, Vinsensius Deo, mengatakan Pintu Air siap bekerja sama dengan Undana dalam konteks pelayanan, pemberdayaan ekonomi, magang industi dan apapun yang selaras dan saling menguntungkan.
“Ini ide baik dari Bapak Professor dan kita siap diskusikan dengan Ketua Pengurus Pusat dan Manajemen Kantor Pusat untuk tentukan langkah teknis, tentu setelah kita rapatkan bersama terkait ajakan produktif ini,” ujar Vinsen Deo.
Bersama jajaran pengurus dan manajemen cabang Kupang, Vinsen mengaku ajakan Guru Besar Undana itu adalah sebuah kehormatan dan terobosan cerdas yang mesti ditangkap lembaga untuk melayani lebih sungguh dan tentu juga memperluas jejaring kerja sama dan kemitraaan bersama perguruan tinggi yang memang sangat dibutuhkan saat ini.
Hadir saat itu Kepala Humas Kantor Pusat KSP Kopdit Pintu Air Vinsensius Deo, Wakil Ketua Komite Aloysius Kamil, Manajer Area Timor Bagian Barat Margaretha Dua Mite, dan Staf Supervisor Kupang Haplin.