Kupang, Ekorantt.com – Inflasi Provinsi Nusa Tenggara Timur pada bulan Desember 2023 (YoY) adalah sebesar 2,42 persen. Persentase ini berada di bawah inflasi nasional yakni sebesar 2,61 persen, berada dalam target rentang sasaran 3±1 persen.
Penjabat Gubernur NTT Ayodhia G. L. Kalake kemudian mengungkapkan setidaknya ada lima komoditas utama yang memiliki andil inflasi di NTT tahun 2023.
Pertama, beras. Menurut Ayodhia, sebagian besar pasokan beras di Provinsi NTT masih harus didatangkan dari luar daerah seperti Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), dan Jawa Timur.
Akibatnya, kondisi harga sangat tergantung pada kondisi pasokan di daerah asal beras.
“Serta kondisi kemarau yang lebih panjang di tahun 2023 juga turut mempengaruhi produksi beras lokal maupun luar daerah,” jelas Ayodhia saat konferensi pers di Aula Kantor Diskominfo Provinsi NTT, Senin, 22 Januari 2024 siang.
Kedua, tarif angkutan udara. Ia menjelaskan, kondisi geografis NTT yang terdiri dari kepulauan membuat penerbangan menjadi moda transportasi utama intra-provinsi dan juga maskapai yang beroperasi masih terbatas dan cenderung didominasi oleh satu maskapai.
Terkait hal ini, kata Ayodhia, Pemprov NTT sedang menjajaki pembukaan beberapa jalur internasional yang diharapkan dapat menggerakkan perekonomian, khususnya di sektor pariwisata.
“Kami sudah berkoordinasi dengan Dubes Indonesia Canberra Australia dan Konsul RI di Darwin terkait rencana pembukaan penerbangan Kupang-Darwin, yang diharapkan dapat meningkatkan kunjungan wisatawan Australia ke NTT,” katanya.
Selain itu, pihak AirAsia sudah membuka penerbangan Denpasar-Kupang. Hal ini akan menambah konektivitas baik intra maupun antardaerah ke Provinsi NTT yang selama ini sudah dilayani oleh beberapa maskapai penerbangan.
Ketiga, daging dan telur ayam ras. Menurut Ayodhia, sebagian besar pasokan daging dan telur ayam ras di Provinsi NTT masih harus didatangkan dari luar daerah seperti Jawa Timur.
Akibatnya, kondisi harga sangat tergantung pada kondisi pasokan di daerah asal. Lalu, penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) juga menyebabkan kenaikan biaya logistik.
Keempat, ikan-ikanan. Dikatakan, komoditas ikan juga menjadi penyumbang inflasi akibat pasokan nelayan yang terbatas di tengah kondisi cuaca di laut yang tidak menentu.
“Konsumsi ikan di NTT cukup tinggi sehingga memberikan andil yang cukup besar terhadap inflasi secara keseluruhan,” jelas Ayodhia.
Kelima, hortikultura. Ia menjelaskan, inflasi komoditas hortikultura seperti bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit secara historis cenderung meningkat di akhir tahun seiring dengan masuknya musim hujan.
Sementara itu, komoditas hortikultura sayuran seperti kangkung, bayam, dan sawi sebagian besar diproduksi oleh petani lokal NTT.