Maumere, Ekorantt.com – Bagi sebagian besar masyarakat Pulau Flores dan Timor, nama Nusa Tenggara Association (NTA) barangkali tidak asing lagi. Non Government Organization (NGO) yang dibentuk di Australia pada tahun 1992 ini telah berkarya di Nusa Tenggara Timur selama hampir 20 tahun.
NGO yang mengusung visi “Bersama masyarakat mampu memberantas kemiskinan dan kebodohan melalui pembangunan pertisipatis berkelanjutan” itu baru saja kelar menyelenggarakan Musyawarah Umum XIX di Maumere, Rabu (13/2/2020).
Musyawarah umum yang difasilitasi oleh Yayasan Pembangunan Masyarakat Flores (YPMF) tersebut bertujuan mengevaluasi capaian program kerja dan menyusun rencana kerja NTA Indonesia tahun 2020.
Turut hadir pada ajang musyawarah umum kali ini antara lain Presiden NTA Australia Dr. Colin Barlow, Ketua Program dan Anggota Komite NTA Australia Dr. Ria Gondowarsito, Direktur NTA Indonesia Don Boskco Meke, serta 180 perserta yang terdiri atas anggota kelompok pemanfaat baik kelompok tani maupun para guru yang mewakili sekolah dampingan NTA.
Adapun kegiatan-kegiatan riil NTA yang difasilitasi YPMFdi Kabupaten Sikka meliputi pembangunan bak PAH, MCK, kandang ternak, dan kebun tanaman sayur dan obat-obatan.
Di bidang pendidikan, NTA mengembangkan perpustakaan sekolah dengan cara menyediakan berbagai fasilitas yang dibutuhkan seperti buku, meja, kursi, dan gedung perpustakaan.
NTA juga memberikan pelatihan kepada kelompok tenun ikat terkait seni mewarnai dengan menggunakan pewarna lokal dan teknik memasarkan produk dengan menggunakan media sosial Instagram.
Dalam ruang musyawarah, setiap anggota mendapat kesempatan yang sama untuk mengutarakan kesan dan uneg-unegnya masing-masing.
Arkadius Bati, Kepala Sekolah Dasar Nangahale Doy, Desa Waebleler, Kecamatan Waegete, menyampikan terima kasih kasih kepada NTA dan YPMF yang telah memberikan banyak bantuan kepada sekolahnya. Keramik, plafon ruangan, meja, kursi, rak buku, dan buku teks ujian merupakan sederetan bantuan yang telah diterima sekolahnya dalam kurun waktu tiga tahun belakangan.
Lain Arkadius, lain lagi Yuventa.
Peserta dari Kelompok Bintang Kejora I Desa Kopong, Kecamatan Kewapante ini mengeluhkan pemindahan sepihak pemberian bak PAH kepada kelompok lain.
“Ataukah kelompoknya telah dikeluarkan dan anggota lain lagi yang menyoal tentang dana partisipasi (DPS)?” Rose Mistika, peserta dari kelompok Usaha Bersama II Desa Tana Duen, Kecamatan Kangae mengeluhkan hal yang sama.
Manjawab pertanyaan dan keluhan anggota, Direktur YPMF Servasius Bero menjelaskan bahwa ihwal pemindahan atau pengalihan penerima bantuan itu bukan karena unsur suka atau tidak suka, melainkan karena keterlibatan kelompok yang tidak maksimal. Kelompok sudah berjanji untuk bertemu dengan staf, tetapi kemudian tidak hadir.
“Staf saya sampai lima kali berusaha untuk bertemu, tetapi tidak bisa. Saya sendiri tiga kali berusaha untuk bertemu, juga tidak bisa,” kata Servas.
Servas menjelaskan, pemindahan bak PAH dilakukan demi keamanan program. Kelompok tidak dikeluarkan dari dampingan YPMF.
Tentang DPS, Servas mengatakan, agar program NTA dan YPMF berjalan aman dibutuhkan sejumlah dana.
Dana itu akan digunakan untuk pertama sewa kantor, kedua, minum dan makan apabila anggota bekonsultasi ke kantor, ketiga, membiayai kegiatan sekolah, keempat, memberikan sumbangan kepada keluarga anggota yang meninggal dunia, kelima, membiayai kegiatan festival yang mengalami defisit anggaran, keenam, membiayai akomodasi tamu dari Australia yang berkunjung ke kelompok dampingan, dan ketujuh, membiayai staf YPMF ketika turun melakukan penanganan konflik anggota pada kelompok dampingan.
Sementara itu, Presiden NTA Canbera Dr. Colin Barlow pada kesempatan terpisah mengatakan, tidak dibenarkan bila YPMF melakukan pungutan dari anggota penerima bantuan, selain swadaya yang telah ditentukan .
Colin menjelaskan, NTA memberikan bantuan Rp4 Juta kepada masing-masing anggota yang akan menerima bantuan bak PAH. Sementara itu, penerima bantuan menyediakan material lokal seperti batu, pasir, kerikil, tenaga, dan konsumsi secara swadaya.
“Kami harapkan dengan bantuan Rp4 Juta itu, bak PAH untuk kapasitas tampung 15.000 liter dapat dikerjakan,” tutur Colin.
Colin berharap, setelah bak PAH rampung dikerjakan, fokus pendampingan mulai diarahkan ke sektor pertanian. Sebab, menurutnya, sektor ini masih sangat menjanjikan karena dapat memberikan sumbangan ekonomi yang besar bagi keluarga petani.
Colin mengungkapkan, NTA Australia menyalurkan hampir Rp1,5 Miliar setiap tahun ke Provinsi Nusa Tenggara Timur. Oleh karena itu, dia berpesan agar YPMF bisa mendampingi anggota dengan baik dan bertanggungjawab. Penerima bantuan diimbau menjaga fasilitas yang telah berikan dan menggunakannya secara tepat sasar.
Menurut data yang dirilis oleh Direktur NTA Indonesia, terdapat 1.150 buah bak PAH dan 450 buah MCK telah rampung dikerjakan dan digunakan oleh anggota kelompok. Belum terhitung puluhan perpustakaan sekolah yang telah dibangun dan dilengkapi dengan fasilitas yang memadai.