ARTIKUJT E FUNDIT

Kasihanilah Abdul Somad!

0

Oleh Dominggus Koro*

Sungguh masyhur Abdul Somad. Ia kerap tampil di televisi dan diwartakan di berbagai media daring. Nama dan wajahnya akrab di ingatan orang ramai. Ia pesohor di panggung agama.

Ustadz Abdul Somad. Pas betul sarjana tamatan Al Azhar, Mesir, berada di panggung ini. Sebutan bahasa Arab di depan namanya menunjukan kapasitas keilmuan dia. Ia kompeten mengajar, fasih melisankan isi teks-teks agama. Pendeknya, ia piawai berdakwah, yakni mengajak orang kepada Islam.

Saya pernah menyaksikan dia pada acara dakwah di sebuah televisi nasional, juga dua tiga kali di Youtube.  Ia punya daya pikat dalam cara menyampaikan cerita, pesan, dan ide. Wajah dan mimiknya yang lucu menambah greget magentik bagi hadirin dan pemirsa. Ia, oleh karena ini, memiliki banyak follower di seantero Indonesia.

Itulah Somad, juruwarta agama yang sangat mumpuni. Ia orang yang asyik untuk didengar, menghibur, dan meneguhkan. Terlepas setuju atau tidak isi omongannya, videonya bagus untuk ditonton. Termasuk yang viral menjelang perayaan 17 Agustus 2019, di mana ia bicara tentang salib.

(Mungkin) ada seorang ibu bertanya dan ia menjawab, “Apa sebabnya ustad, kalau melihat salib, menggigil hati saya? Setan….” Tuan dan puan, saya mengutip video untuk bahasan di forum terbatas ini.

Sedikit kutipan lagi, “Apa sebabnya kata ibu itu, mirip macam gini. Saya terlalu terbayang salib, nampak salib. Jin kafir sedang masuk. Karena di salib itu ada jin kafir. Dari mana masuknya jin kafir? Karena ada patung. Kepalanya ke kiri apa ke kanan? Nah, ada yang ingat, kan? Nah, itu ada jin di dalamnya. Jin kafir. Di dalam patung itu ada jin kafir.”

Apakah Somad salah berkata demikian? Tidak. Tugas dia memang menghibur sekaligus meneguhkan hati para pendengarnya. Memastikan pemahaman dan praktik saudara-saudara kita Muslim selaras dengan Surat Ali Imran [3]:19), “Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.” Dan, [3]:85), “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidak akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi.”

Sebagai pesohor, ia memikul beban berat, bagaimana supaya pengikutnya tetap terhibur dan tidak berkurang jumlahnya—bertambah boleh. Diksi kafir, patung dan jin berfungsi sebagai sabu-sabu, agar terus tampil prima dan meyakinkan. Ini nasib orang beken; gemerlap dengan segenap simbol yang melekat di diri, tapi hampa jiwa. Ia akan terus begini seumur hayatnya, terlebih karena ada rujukan di teks agama.

Somad menderita. Ia lelah dan sakit. Jangan lagi bully dia. Jiwanya kerontang, tiada lembab kasih yang merangkul dan pengertian yang mengatasi perbedaan “kulit” agama. Punggungnya sarat tumpukan kitab suci, tapi tidak mensucikan dan melembutkan jiwanya. Ia hanya pemikul pustaka belaka. Sapa dia dengan bahasa cinta. Sadari, yang bikin dia bisa melakoni tugasnya adalah Hyang Maha Ada juga—kesadaran ini membersihkan batin dari kotoran benci, amarah, penghakiman dan klaim-klaim murahan.

Ah, tentang kafir dan patung, saya ingat kisah dalam hidup Swami Vivekananda. Spiritualis pengembara dan pejuang India panutan Bung Karno itu pernah menyadarkan seorang penguasa yang menghina cara dan sarana peribadatan Hindu.

Awal 1891, ia menemui Mangal Singh, penguasa Alwar (sekarang Rajasthan). Sang raja mencemoohnya, “Swamiji, saya dengar anda seorang terpelajar. Kenapa anda sia-siakan hidup dengan mengembara dan mengemis?”

“Maharaja, kenapa anda mengabiskan waktu untuk kesenangan berburu dan mengabaikan tugas-tugas sebagai pemimpin?”, jawab sang Swami—artinya ia yang telah menaklukan ego, melampaui pikiran, keinginan dan kesadaran rendah serta seluruh indra. Semua yang hadir di istana terkejut mendengar pertanyaan lugas ini. “Saya suka dan menikmatinya,” jawab Mangal dan, lanjutnya, “Bukankah kalian bermeditasi dan melakukan pemujaan dengan alasan yang sama?”

Dinding istana Alwar dipenuhi hiasan dari binatang buruan. Raja Mangal bangga dengan kemampuannya berburu. Vivekananda mengkritik dia, “Seekor hewan tak membunuh hewan lain bila tidak perlu, kenapa anda membunuh mereka demi kenikmatanmu? Tindakanmu tidak bermakna.”

“Kalian menyembah berhala. Saya tidak percaya pada berhala. Saya tidak menyembah pohon, tanah, batu, atau logam. Semuanya tidak berarti,” lagi raja itu mengolok Vivekananda.

Tersenyum dan tenang Vivekananda minta pelayan mengambil lukisan ayah Mangal yang dipajang di istana. Tanpa ragu ia meminta lukisan itu diludahi. Semua yang hadir diam, memandangi raja mereka dengan takut dan bingung.

Ia mengulangi perkataannya, “Ludahi lukisan ini! Siapa saja boleh.” Kali ini ada yang berteriak, “Apa yang Swami lakukan? Jangan, Swami. Ini lukisan raja kami. Kami tidak boleh melakukan penghinaan.”

Vivekananda menjelaskan, “Ini hanya selembar kertas, benda mati, tidak bernyawa. Tetapi kalian menolak untuk meludahinya. Kalian menghormatinya, seperti yang kalian lakukan terhadap raja, karena lukisan ini merupakan bayangan rajamu.”

Ia berpaling ke Mangal Singh, katanya, “Lihat, Maharaja, ini lukisan Baginda Raja, ayah anda. Lukisan ini simbol, mengingatkan dan membuat anda merasakan kehadirannya. Pun demikian puja yang dilakukan seorang Hindu dengan sarana pratima. Ini menyangkut anubhuti, rasa dan kesadaran akan kehadiran Hyang Suci dan Mulia.

Singkat cerita, Mangal Singh menyadari kesalahapahamannya atas makna pemujaan yang sebenarnya. Ia minta maaf atas penghinaan yang telah diperbuatnya kepada Vivekananda. Juga ia berterima kasih atas pelajaran spiritual yang diperolehnya. Sanyasi itu tinggal beberapa hari di Alwar atas permintaan sang raja.

Persis seperti penjelasan Vivekananda, salib, pratima Yesus dan Bunda Maria pun merupakan perwujudan simbol kesucian dan kemuliaan. Salib mengingatkan orang Kristen akan pengorbanan Yesus, memberi diri kepada sesama demi kasih. Kasih adalah keadaan batin yang nirmala, dan demi ini seorang Kristen mesti menggantung ego dan nafsu serta keinginan rendahan di salib`

Tentang devosi kepada Bunda Maria, saya kutip apresiasi Gandhi. Ia tulis dalam otobiografinya, “Orang akan berubah, bersikap penuh rasa hormat ketika melihat orang lain berlutut di depan pratima Sang Perawan. Rasa ini terpatri dalam diri saya, bahwa berlutut dan berdoa bukan penyembahan berhala. Para pemeluk teguh yang bersimpuh itu tidak sedang memuja marmer atau batu, tapi terbakar oleh semangat devosi kepada kesucian dan keilahian dalam rupa simbol. Saya bisa merasakan pemujaan ini tidak merendahkan, tapi memuliakan Tuhan.”

Ustadz Somad tetap berkukuh ini berhala? Baik, tapi apa salahnya bila cara dan sarana peribadatan begini bikin manusia sadar akan kemahahadiran Hyang Suci dan Lembut di mana-mana? Manusia berwelas asih, merawat kohesi sosial dan harmoni dalam kebhinekaan. Dengan kata lain, manusia jadi pancasilais. Tidak salah, bukan?

Devosi dengan sarana salib, pratima Bunda Maria dan Yesus melembabkan jiwa dengan kasih. Lalu, manusia bisa memberi dari kepunyaannya; yang punya kasih membagikan kasih, yang bergelimang benci menebarkan terik angkara dan penghinaan. Maka, kasihi dan kasihani Somad—penderita kekeringan jiwa.

Referensi:

  1. Swamivivekanandaquotesgarden.blogspot.com
  2. Gandhi, M.K; An Autobiography OR The Story of My Experiment With Truth (1927), hal 71.

*Warga Maumere, Flores

Keuskupan Larantuka Tuan Rumah Perpas Ke-XII, Fokus Bahas Isu Migrasi

0

Larantuka, Ekorantt.com – Keuskupan Larantuka ditunjuk sebagai tuan rumah Pertemuan Pastoral (Perpas) ke-XII Regio Gerejawi Nusa Tenggara (Nusra), yang akan berlangsung pada 1–5 Juli 2025. Kegiatan ini akan dipusatkan di wilayah pastoral Keuskupan Larantuka, mencakup Kabupaten Flores Timur dan Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT).

Ketua Panitia Perpas XII, RD Gabriel Unto da Silva, dalam konferensi pers di Istana Keuskupan Larantuka pada Selasa, 17 Juni 2025, menyampaikan bahwa kegiatan ini akan diikuti oleh perwakilan dari sembilan keuskupan se-Regio Nusra.

“Setiap keuskupan akan mengutus 10 orang, termasuk uskup, direktur pusat pastoral, sekretariat pastoral, serta komisi-komisi seperti KKP-PMP, Komisi Keluarga, PSE-Caritas, GPP, dan Kepemudaan,” jelas RD Gabriel.

Keuskupan yang ambil bagian antara lain: Keuskupan Agung Ende, Keuskupan Agung Kupang, Keuskupan Denpasar, Keuskupan Atambua, Keuskupan Weetebula, Keuskupan Ruteng, Keuskupan Maumere, Keuskupan Labuan Bajo, serta Keuskupan Larantuka selaku tuan rumah.

Selain utusan gerejawi, kegiatan ini juga akan dihadiri oleh perwakilan Komisi KKP-PMP KWI, Kementerian Pekerja Migran Indonesia, Mabes Polri atau Polda NTT, unsur pemerintah provinsi dan kabupaten, serta utusan dari kongregasi religius dan tiga dekenat Keuskupan Larantuka: Dekenat Larantuka, Adonara, dan Lembata.

Fokus pada Isu Migrasi

Perpas tahun ini mengangkat tema: “Gereja Berwajah Perantau Berziarah dalam Pengharapan: Mencari Solusi Praktis”, yang mencerminkan realitas migrasi masyarakat NTT.

Uskup Larantuka, Mgr. Fransiskus Kopong Kung, Pr, menegaskan bahwa isu perantauan menjadi tantangan serius yang perlu dibahas bersama.

“Migrasi memang memberi dampak positif bagi kesejahteraan, tetapi juga menghadirkan persoalan besar seperti perdagangan manusia, kekerasan, pelecehan, masalah kesehatan, pendidikan, dan problem pastoral,” terang Uskup Fransiskus.

Ia menekankan bahwa Gereja tidak bisa bekerja sendiri. Sinergi dengan pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya sangat diperlukan untuk melindungi para perantau.

“Dalam Perpas ini, kita hadirkan narasumber dari pemerintah dan pengamat untuk mencari solusi praktis demi kebaikan para perantau asal NTT,” ungkapnya.

Uskup Fransiskus berharap Perpas XII tidak sekadar menjadi ruang refleksi teologis, tetapi juga melahirkan langkah konkret dan strategis dalam menghadapi dinamika migrasi yang kian kompleks.

Satpol-PP dan Damkar Nagekeo Beri Edukasi Cegah Kebakaran di Musim Kemarau

0

Mbay, Ekorantt.com – Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol-PP) dan Pemadam Kebakaran Nagekeo, NTT, memberikan sosialisasi dan edukasi pencegahan kebakaran jelang musim kemarau di Desa Ulupulu 1, Kecamatan Nangaroro pada Selasa, 17 Juni 2025.

“Kami datang untuk mengajak masyarakat berpartisipasi mencegah kebakaran di musim kemarau,” ujar Kasat Pol PP Nagekeo, Muhayan Amir.

Ia mengatakan, edukasi pencegahan kebakaran tersebut sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan sumber daya masyarakat tentang bahaya kebakaran dan non kebakaran.

Masyarakat didorong untuk mengenal tentang kebakaran, jenis-jenis kebakaran, cara penyampaian informasi kebakaran hingga upaya gerakan bersama dalam pemadam kebakaran.

“Nah, ada SOP (Standar Operasional Prosedur) pemadam kebakaran terutama menyelamatkan nyawa manusia dan barang-barang berharga,” jelas Amir.

Ia menyebutkan setidaknya terdapat tiga macam kebakaran yang sering terjadi di Nagekeo yakni kebakaran hutan dan lahan, kebakaran akibat korsleting serta kebakaran rumah akibat kelalaian seperti dari lilin, lampu pelita atau dari dapur.

“Seperti kasus kebakaran seorang suster di Wolowae beberapa waktu lalu tidak bisa diselamatkan karena jarak tempuh jauh. Reaksi kebakaran dalam SOP paling kurang dalam waktu 15 menit. Selebihnya tidak bisa diselamatkan,” ucap Amir.

Dalam kegiatan itu, Satpol PP dan Damkar Nagekeo membentuk tim satuan relawan pemadaman kebakaran dan non kebakaran (Satlakar) untuk membantu pemerintah dalam tugas pemadam kebakaran.

Tim ini juga sebagai penggerak dan promotor untuk kerja-kerja kemanusiaan dari segi kebakaran, kata Amir.

Penjabat Kepala Desa Ulupulu 1, Hilarius Ceme, berharap tim relawan yang sudah dibentuk senantiasa siap bekerja tanpa batas waktu.

Hilarius tidak ingin kasus-kasus kebakaran yang terjadi sebelumnya di desa itu banyak masyarakat hanya datang menonton.

“Dari pengalaman itu, saya berharap relawan nanti bersigap,” ucap dia.

Dalam kesempatan itu, Hilarius meminta petunjuk teknis dari Satpol PP dan Damkar Nagekeo tentang tugas dan fungsi agar kerja-kerja relawan ini bisa terarah dan terukur. Apalagi saat ini memasuki musim kemarau dan akan terjadi upacara adat berburu di wilayah Ndora pada umumnya.

“Berkaitan dengan acara berburu, kita sama-sama memberi pencerahan kepada masyarakat. Bahwa nanti ada argumen berburu dengan identik dengan bakar hutan maka yang akan berproses adalah undang-undang. Pemerintah hanya menjalankan tugas,” kata Hilarius.

Acara sosialisasi tersebut dilanjutkan dengan simulasi penggunaan alat pemadam api ringan (Apar) dan kain basah oleh petugas Damkar terhadap relawan.

Dua Rumah Warga di Ngada Terancam Ambruk Akibat Proyek Preservasi Jalan

0

Bajawa, Ekorantt.com – Dua rumah warga di Desa Bodosare, Kecamatan Golewa, Kabupaten Ngada terancam ambruk akibat proyek preservasi jalan trans Flores ruas jalan Gako-Borong.

“Kita minta segera ditanggapi, kalau tidak bisa bahaya ini,” kata Sensilaus Su’u di kediamannya, Senin, 16 Juni 2025.

Rumah Sensilaus terletak di atas ketinggian lebih dari 10 meter. Sementara di bagian bawahnya dibangun tembok setinggi satu meter.

Begitupula rumah almarhum Arnoldus Meo, jarak antara pondasi dan tanah longsor tinggal satu meter. Jika dibiarkan rumah akan ambruk ke badan jalan negara.

Sensilaus mengatakan, proyek pembangunan tembok tersebut sangat mengancam kehidupan keluarganya di tengah cuaca ekstrim melanda wilayah itu.

Ia mengaku cemas dengan kondisi tersebut bila sewaktu-waktu bencana datang.

“Apalagi kalau hujan, kita tidur malam jadi takut, karena tanah bisa tiba-tiba longsor dan rumah ambruk,” ucap dia.

Ia berharap Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) NTT melalui Satuan Kerja (Satker) Wilayah III NTT segera mengatasi. 

Warga lain, Geradus Watu meragukan kualitas pekerjaan tembok penyokong yang belum tiga tahun tembok tersebut sudah runtuh.

“Kita lihat juga pekerjaan tembok ini, kami ragu dia punya kualitas,” kata dia.

Menurutnya, di wilayahnya yang terdapat penduduk, pihak Satker seharusnya membangun tembok penyokong dengan hitungan yang cermat, apalagi di atasnya ada pemukiman warga.

“Kita usulkan kalau bisa di tempat yang ada penduduk seperti ini harus tembok penuh sampai di atas. Jangan mau selamatkan jalan negara tapi abaikan pemukiman warga,” tutur Geradus dengan nada kesal.

Menanggapi hal itu, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) 3.4, Frengky Simamora berjanji akan turun ke lokasi melihat secara langsung kondisi lapangan.

“Nanti saya koordinasi dengan pihak ketiga untuk turun lihat secara langsung,” jelasnya.

Terkait usulan warga tembok seluruh, ia mengaku akan dihitung secara cermat. Meskipun demikian, Frengky mengimbau masyarakat untuk menjaga fasilitas yang sudah dibangun oleh pemerintah.

“Kalau bisa, kalau saluran tersumbat bantu bersihkan,” tutupnya.

Bupati Sikka: ASN Harus Melayani dengan Hati, Bukan Sekadar Kompeten

0

Maumere, Ekorantt.com – Bupati Sikka, Juventus Prima Yoris Kago, menegaskan bahwa aparatur sipil negara (ASN) tidak cukup hanya mengandalkan kemampuan teknis.

Lebih dari itu, ASN dituntut menjadi pelayan publik yang bekerja dengan hati, menjunjung tinggi integritas, loyal terhadap konstitusi, dan mampu membangun kerja sama lintas sektor.

Penegasan tersebut disampaikan Bupati Juventus saat menjadi inspektur apel pembukaan orientasi bagi Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) di halaman Kantor Bupati Sikka, Senin pagi, 16 Juni 2025.

“Pemerintah membutuhkan ASN yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki semangat pelayanan, loyal kepada bangsa dan konstitusi, serta mampu bekerja secara kolaboratif,” ujar Juventus di hadapan 1.567 peserta orientasi.

Ia menekankan, masa orientasi bukan sekadar kegiatan seremonial, melainkan proses awal yang penting dalam membentuk karakter, komitmen, dan integritas para calon abdi negara.

“Di balik tugas ini ada amanah besar dari masyarakat. Jangan anggap enteng,” tegas Juventus.

Menurutnya, keberhasilan ASN tidak diukur dari banyaknya laporan kerja, melainkan dari seberapa besar dampak nyata pelayanan birokrasi terhadap kehidupan masyarakat.

Dalam kesempatan itu, ia juga mendorong seluruh peserta untuk menghayati dan mengamalkan nilai-nilai ASN BerAKHLAK, yaitu Berorientasi pelayanan, Akuntabel, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, dan Kolaboratif.

Juventus berharap nilai-nilai tersebut menjadi landasan dalam membangun lingkungan kerja yang sehat, produktif, disiplin, dan responsif.

Sementara itu, Kepala Badan Kepegawaian Daerah dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKD-PSDM) Kabupaten Sikka, Manyella Da Cunha, melaporkan bahwa total peserta orientasi berjumlah 1.567 orang.

Rinciannya terdiri atas 237 CP3K guru, 227 CP3K tenaga kesehatan, 730 CP3K tenaga teknis, 165 CPNS tenaga kesehatan, dan 208 CPNS tenaga teknis.

“Melalui orientasi ini, peserta dibina secara mental dan karakter agar menjadi ASN yang berlandaskan nilai BerAKHLAK,” tutur Manyella.

Umat Paroki Borong Tanam Anakan Bambu, Wujudkan Spiritualitas Ekologis

0

Borong, Ekorantt.com – Komunitas umat Katolik di Paroki Santu Gregorius Borong, Kabupaten Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), menggelar aksi penanaman bambu sebagai bentuk kepedulian terhadap krisis ekologis yang kian mengkhawatirkan.

Sebanyak 50 anakan bambu ditanam oleh umat Katolik dalam Komunitas Basis Gerejawi (KBG) Yohanes Pembaptis Bugis bersama Orang Muda Katolik (OMK), Yayasan Ayo Indonesia, dan Sie Pengembangan Sosial Ekonomi (PSE) Paroki Borong, pada Minggu, 15 Juni 2025.

Penanaman ini merupakan kelanjutan dari rangkaian kegiatan “OMK Peduli Lingkungan” yang sepekan sebelumnya telah mengedukasi kaum muda soal pangan lokal sorgum di Aula Paroki Borong.

Ketua OMK Paroki Borong, Pepeng Marto menyebut aksi ini sebagai bagian dari upaya membumikan spiritualitas ekologis di tengah krisis iklim global.

“Ini bukan sekadar aksi simbolik, tetapi wujud iman yang hidup, sebagaimana diajarkan dalam ensiklik Laudato Si’ dan katekese Tahun Ekaristi Transformatif Keuskupan Ruteng,” jelasnya.

Sebanyak 50 anakan yang ditanam hari itu merupakan bagian dari total 300 anakan bambu yang akan didistribusikan ke berbagai KBG di wilayah Paroki Borong.

Peserta juga dibekali pengetahuan tentang manfaat ekologis bambu, mulai dari pencegah erosi, penjaga cadangan air tanah, hingga penyedia habitat bagi keanekaragaman hayati.

“Ini adalah langkah kecil dalam upaya reforestasi dan penghijauan lingkungan sekitar gereja serta pemukiman umat,” tambah Pepeng.

Ia berharap kegiatan ini dapat menumbuhkan kesadaran lintas generasi akan pentingnya merawat alam sebagai bagian dari tanggung jawab iman.

Dukungan juga datang dari mitra pelaksana kegiatan. Fulgensius Santoso Genak, staf lapangan Yayasan Ayo Indonesia, menilai aksi ini sebagai kolaborasi inspiratif antara komunitas dan generasi muda dalam merawat bumi.

“Keterlibatan KBG dan OMK menjadi bukti bahwa semangat gotong royong dapat melahirkan gerakan ekologis berbasis iman,” ungkapnya.

Kegiatan ini terselenggara berkat kerja sama antara Yayasan Ayo Indonesia, Yayasan KEHATI, dan Komisi PSE Keuskupan Ruteng.

Kupang Montessori School Teguhkan Pendidikan Inklusif di NTT

Kupang, Ekorantt.com – Kupang Montessori School (KiMS) kembali menegaskan komitmennya terhadap pendidikan inklusif dan nirlaba melalui acara perpisahan jenjang Kelompok Bermain yang dikemas dalam bentuk drama musikal bertema musim.

Sebanyak 19 murid tampil dalam pertunjukan bertajuk Walk Along Through the Seasons, di Aula Hotel Aston Kupang, Sabtu, 14 Juni 2025. Tema ini menggambarkan perjalanan pembelajaran selama dua tahun terakhir.

Pertunjukan ini bukan sekadar penanda akhir masa belajar, tetapi juga menjadi panggung perayaan keberagaman dan kolaborasi komunitas pendidikan yang berdiri di bawah naungan Yayasan Cahaya Anak Nusa (CAN).

“Tema ini kami pilih karena anak-anak belajar tentang musim-musim di dunia, sekaligus sebagai simbol harapan agar KB KiMS tetap hadir dan bertumbuh, apa pun musimnya,” ujar Paulina Dorothea Mi Pala, atau yang akrab disapa Teacher Alin, Kepala Sekolah KB KiMS.

Paulina adalah salah satu pendidik yang pernah menerima beasiswa pendidikan anak usia dini di Amerika Serikat.

Di bawah kepemimpinannya, pendekatan Montessori dikembangkan tidak hanya secara akademis, tetapi juga sensitif terhadap keberagaman karakter dan kebutuhan khusus anak.

Musim sebagai Metafora Pembelajaran

Pertunjukan dibagi dalam tiga babak yang mewakili musim-musim utama. Babak pertama menampilkan Flower Dance dan Bumble Bee Dance, menggambarkan semarak musim semi.

Babak kedua diisi Tarian Gendang dan Tarian Hawai, mewakili semangat musim panas. Babak terakhir bertajuk Better Safe Than Sorry, menceritakan persiapan hewan-hewan menjelang musim dingin.

“Musim panas itu penuh energi. Kami ingin menghadirkan semangat dan kegembiraannya di atas panggung,” ungkap Ina Marlina Mangi Uly, pengajar sekaligus sutradara pertunjukan.

Yang membuat pementasan ini istimewa adalah partisipasi anak-anak dengan berbagai latar belakang, termasuk mereka yang sebelumnya mengalami keterlambatan bicara atau kesulitan fokus.

Semua tampil percaya diri, menyampaikan narasi dalam bahasa Inggris dengan baik—sebuah pencapaian kolektif yang membanggakan.

“Ini bukan sekadar pertunjukan, tapi bukti nyata proses inklusi dan pendampingan yang sabar dan konsisten,” kata Teacher Alin.

Suasana haru terasa saat anak-anak, guru, dan orang tua menari bersama seusai pertunjukan.

Mario Amalo, orangtua murid sekaligus ketua panitia, menyampaikan rasa hormat kepada para guru.

“Guru-guru di sini luar biasa. Mereka melampaui relasi guru-murid yang biasa. Mereka memberi diri sepenuh hati,” ungkap Mario yang juga berprofesi sebagai pilot.

Sementara itu, Suryo, seorang fotografer dan pembuat film dokumenter asal Yogyakarta, mengaku memilih KiMS karena karakter para pendidik.

“Dari luar, bangunannya mungkin sederhana. Tapi isinya luar biasa. Mereka paham betul detail pendidikan,” ujarnya.

Ia juga mengapresiasi kebijakan sekolah yang tidak mengekspos anak di media sosial sebagai bentuk perlindungan dan kesadaran digital.

Tumbuhkan Sekolah Nirlaba

Kupang Montessori School merupakan bagian dari Yayasan CAN bersama SD dan SMP yang terus berkembang.

Sekolah ini lahir dari kebutuhan pribadi para pendirinya akan pendidikan alternatif di Kupang.

“Saat kembali ke Kupang, tidak ada alternatif pendidikan yang kami butuhkan untuk anak kami. Kami mulai dari sekolah rumahan,” tutur Dr. Ing. Jonatan Lassa, pendiri sekaligus pembina yayasan.

Kini, dengan gedung permanen di sekitar RS Mamami, KiMS beroperasi berdasarkan prinsip zero profit. Dana operasional digunakan kembali untuk fasilitas dan kesejahteraan komunitas belajar.

“Keuangan kami transparan untuk guru, orang tua, dan yayasan,” kata Dr. Elcid Li, Ketua Pengurus Yayasan CAN.

Maxi Julians Rihi Dara, Bendahara yayasan menambahkan, tata kelola dan efisiensi adalah kunci keberlanjutan.

“Tidak mudah, tapi bisa,” ujarnya.

Kupang Montessori School masih membuka pendaftaran untuk tahun ajaran 2025/2026 hingga 10 Juli 2025.

Jenjang yang tersedia meliputi Kelompok Bermain, SD, dan SMP. Bahasa pengantar yang digunakan adalah Bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris.

Informasi lebih lanjut dapat diperoleh melalui WhatsApp ke Rini di nomor 0823-3819-8515.

Jurnalis Warga: Elcid Li

Dari Mendengar ke Menindak: Oras Kula Babong Harus Punya Laporan Publik

Oleh: Rini Kartini

Oras Kula Babong, dalam bahasa lokal berarti saatnya diskusi atau omong-omong, adalah progam baru Pemerintah Kabupaten Sikka yang membuka ruang dialog langsung antara warga dengan Bupati dan Wakil Bupati.

Program yang rencananya akan digelar setiap Senin, Rabu, dan Jumat pukul 10.00-11.00 WITA ini  merupakan inisiatif yang patut diapresiasi.

Di tengah keraguan publik terhadap efektivitas kepemimpinan di Kabupaten Sikka – termasuk kurangnya sinergi antara bupati dan wakil bupati – program Oras Kula Babong bisa menjadi titik balik.

Jika dikelola dengan sungguh-sungguh dan akuntabel, ini bisa menjadi ruang pemulihan kepercayaan, bukan sekedar ritual dengar-pendapat.

Di tengah antusiasme menyambut pelaksanaan program ini, opini ini saya tulis sebagai kerangka awal bagi publik dan pemeritah untuk membaca ulang makna ruang dialog bernama Oras Kula Babong.

Ruang seperti ini sebaiknya tidak hanya menjadi panggung untuk “curhat”, melainkan menjadi mekanisme partisipasi kritis dan konstruktif yang memperkuat relasi antara warga dan negara.

Warga perlu memahami bahwa suaranya  penting, tapi pemerintah juga perlu menyadari bahwa mendengar saja tidak cukup.

Harus ada sistem untuk mencatat, menindaklanjuti dan melaporkan kembali.

Bukan Program Baru, Tapi Harus Lebih Bermakna

Program seperti ini bukanlah hal baru di Sikka. Penjabat Bupati sebelumnya, Adrianus Firminus Parera, pernah meluncurkan program serupa bernama Jam Masyarakat, yang dibuka setiap hari kerja.

Bupati Roby pun pernah mempunyai program Jam Mendengar dengan tujuan yang sama, mendengar “curhatan” warga.

Kini, Oras Kula Babong adalah peluang bagi pemerintah saat ini untuk memperkuat warisan itu – dan menjadikannya bukan hanya ruang dengar, tapi juga ruang kerja yang berkelanjutan dan terdokumentasi.

Secara nasional, program serupa dijalankan melalui “Lapor Mas Wapres”, ruang pengaduan digital yang diluncurkan oleh Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

Melalui platfrom ini, masyarakat dapat menyampaikan keluhan secara langsung ke pemerintah pusat dan mengikut proses tindak lanjutnya.

Di banyak daerah lain juga ada bentuk dialog seperti “Pojok Aduan Warga”. “Jumat Curhat”, atau “Ngobrol Barenag Wali Kota”.

Pojok Aduan Warga (PAW) di Kupang, resmi diluncurkan pada 11 Juni 2025 lalu oleh Wali Kota Christian Widodo, menjadi tempat warga untuk menyampaikan masalah jalan, ketersediaan lampu, hingga masalah puskesmas.

Tiap aspirasi yang masuk langsung dicatat dan diteruskan ke dinas terkait dalam rentang waktu yang  diumumkan.

Jumat Curhat adalah contoh lain dari kegiatan serupa yang dilaksanakan oleh kepolisian di berbagai daerah seperti Malang (Polres Malang) dan Riau (Polres Rupat) yang berhasil meningkatkan kepercayaan public terhadap dialog rutin dengan masyarakat.

Ngobrol Mbois Ilakes atau NGOMBE, merupakan salah satu gebrakan Pemerintah Kota Malang awal tahun 2024 lalu yang menempatkan masyarakat Kota Malang tak sekedar sebagai objek tetapi juga subjek pembangunan dan mendorong Pemkot Malang memiliki wadah sebagai ruang partisipasi dan diskusi bersama untuk kemajuan kota.

Masing-masing program di atas menunjukkan bahwa upaya membangun partisipasi warga dari akar rumput dapat dimulai melalui forum-forum sederhana, terbuka, dan bersahabat.

Semua itu menunjukkan satu hal penting: dialog hanya akan berdampak ketika suara warga  tidak berhenti di catatan, tetapi ditindaklanjuti secara nyata.

Maka dari itu penting untuk memastikan apakah sistem pelaporan dan tindak lanjut itu benar-benar tersedia dan dapat diakses oleh publik.

Ruang Partisipasi Tanpa Tindak Lanjut Akan Kehilangan Makna

Dalam teori komunikasi pembangunan, ruang partisipasi seperti ini mencerminkan komunikasi dua arah horizontal – dimana pemimpin tidak hanya menyampaikan informasi, tapi juga mendengar dan berdialog.

Gagasan ini sejalan dengan teori komunikasi partisipatif yang dikembangkan oleh Paulo Freire (1970), yang menekankan pentingnya dialog yang setara antara warga dan pemegang kekuasaan.

Jan Servaes (1999) juga menambahkan bahwa komunikasi pembangunan efektif jika berbasis dialogic dan disertai sistem umpan balik (feedback loop) yang memungkinkan warga berkontribusi sebagai subjek, bukan objek perubahan semata. Tanpa itu, ruang dialog akan berubah menjadi seremoni belaka.

Bayangkan jika ada seorang ibu rumah tangga yang datang menyampaikan keluhan soal harga pangan yang naik, atau seorang guru yang mengeluhkan kekurangan fasilitas sekolah di kampung.

Jika mereka sudah datang, bicara, bahkan berharap, lalu tidak ada tindak lanjut yang terlihat atau dilaporkan, kepercayaan mereka bisa runtuh. Dan itu jauh lebih sulit diperbaiki dibanding programnya.

Saatnya Oras Kula Babong Hadirkan Laporan Publik

Saya mengusulkan agar Pemerintah Kabupaten Sikka menyusun Laporan Publik Bulanan Oras Kula Babong, isinya mencakup rekap isu yang paling banyak disampaikan warga, data partisipan berdasarkan wilayah atau kategori sosial, aspirasi yang ditindaklanjuti dan status perkembangannya, kendala teknis yang ditemukan dalam pelaksanaan, rekomendasi atau perubahan kebijakan yang dirancang berbasis masukan warga.

Laporan semacam ini bisa disampaikan secara berkala melalui sosial media resmi pemkab, disiarkan lewat radio lokal (LPPL Suara Sikka), atau bahkan ditempel di papan pengumuman kecamatan dan desa.

Dengan demikain, warga dapat mengetahui bahwa suara mereka tidak menguap, tetapi didengar, dicatat, dan ditindaklanjuti.

Jangan Lupakan Dokumentasi Digital dan Arsip Terbuka

Sebagai pegiat literasi digital, saya melihat peluang menjadikan Oras Kula Babong sebagai bagian dari transformasi digital komunikasi publik lokal.

Dokumentasi berupa video, audio, dan transkrip dapat menjadi arsip sosial daerah, yang dapat ditinjau oleh warga dan digunakan dalam penyusunan kebijakan berikutnya.

Jika dibuat dalam format siaran langsung (live streaming), program ini tidak hanya menjadi forum lokal, tetapi juga bisa menjadi jembatan komunikasi digital antara pemerintah dan warga – termasuk  mereka yang ada di luar daerah.

Contohnya, saat pawai pembangunan dalam rangka memperingati HUT RI ke-79 di Kabupaten Belitung Timur, disiarkan langsung melalui saluran YouTube Diskominfo, sehingga masyarakat di luar pulau – bahkan di Amerika Serikat dan Belanda – ikutan menyaksikan dan merayakan secara virtual.

Pengalaman ini menunjukkan dua hal penting: pertama, warga diaspora Sikka memiliki hak untuk terlibat dalam dialog pembangunan kampunynya, dan kedua, live streaming memperkuat transparansi dan keterbukaan pemerintahan.

Dengan fitur komentar langsung atau chat, warga bisa mengirimkan pertanyaan, masukan, atau bahkan kritik yang real time, bukan hanya menyimak.

Ini sekaligus membangun arsip digital yang dapat dipatau, dianalisis, dan dijadikan bahan evaluasi oleh semua pihak, sehingga Oras Kula Babong benar-benar menjadi ruang publik digital yang berekam dan bermakna.

Dari Simbol ke Sistem

Oras Kula Babong adalah symbol kepemimpinan yang mau mendengar. Tapi simbol harus dilanjutkan dengan sistem – sistem pencatatan, sistem pelaporan, dan sistem tindak lanjut.

Hanya dengan itulah ruang dialog bisa menjadi bagian dari pemerintahan yang akuntabel dan partisipastif.

Kalau pemerintah Kabupaten Sikka serius membangun kepercayaan publik, maka dari mendengar, mereka harus mulai menindak. Dari bicara, mereka harus mulai bekerja bersama. ***

*Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Nusa Nipa dan Pegiat Literasi Digital

Berkat Gereja di Aimere, Uskup Budi Kleden Tekankan Pentingnya Pendidikan Anak

0

Bajawa, Ekorantt.com – Uskup Agung Ende, Mgr. Budi Kleden, memimpin pemberkatan Gereja Stasi St. Mikael Ngorakego, Desa Lekogoko, Kecamatan Aimere, Kabupaten Ngada, Nusa Tenggara Timur, pada Sabtu, 14 Juni 2025.

Kehadiran Uskup disambut hangat dengan upacara adat oleh umat setempat yang dipimpin Ketua Panitia Pemberkatan Gereja, Romilus Juji.

Dalam sambutannya, Uskup Budi mengapresiasi kekompakan dan semangat gotong royong umat dalam mewujudkan pembangunan gereja yang disebutnya berlangsung dengan cepat.

“Pembangunan gereja ini begitu cepat. Ini semua berkat kerja sama semua umat, sehingga saya mengharapkan kerjasama ini menjadi ciri khas komunitas di sini,” kata Uskup Budi di hadapan umat.

Kunjungan tersebut merupakan yang pertama kalinya bagi Uskup ke Stasi St. Mikael. Ia mengungkapkan kekagumannya atas keindahan alam wilayah Ngorakego meskipun medan jalan yang dilaluinya cukup menantang.

“Saya memang agak terganggu karena jalannya berkelok-kelok, tapi menyenangkan, alamnya luar biasa,” ujarnya.

Di hadapan umat, Uskup Budi juga menekankan pentingnya pendidikan anak-anak di wilayah itu.

Ia mengingatkan, meskipun umat telah berhasil membangun gereja yang megah dan hidup di atas tanah yang subur, pendidikan tetap menjadi kunci kemajuan masa depan.

“Meskipun kita punya gereja yang bagus, tanah yang subur, tapi pendidikan itu sangat penting. Sehingga kelak anak-anak kita bisa berguna bagi bangsa dan gereja,” ucapnya.

Sementara itu, Ketua Panitia Pembangunan Gereja St. Mikael, Romilus Juji mengatakan, pembangunan gereja tersebut merupakan hasil perjuangan panjang sejak tahun 2022 hingga 2025.

Selama hampir empat tahun, umat setempat bergotong-royong membangun rumah ibadah ini.

“Jika dihitung, hampir empat tahun umat di sini berjuang membangun kapela ini,” jelas Romilus.

Ia menyebut keterlibatan umat tidak hanya dalam bentuk materi, tetapi juga tenaga, pikiran, dan komitmen yang tulus.

Selain patungan dari warga, bantuan juga datang dari sejumlah donatur, termasuk dukungan pribadi dari mantan Bupati Ngada, Andreas Paru, serta bantuan pemerintah daerah saat dirinya masih menjabat.

Romilus berharap, gereja yang baru diresmikan itu bisa menjadi pusat pertumbuhan iman dan persaudaraan umat, serta melahirkan benih-benih panggilan hidup membiara dari generasi muda.

“Ini menunjukkan bahwa iman bukan saja kata namun tindakan nyata,” ujarnya.

Dalam rangkaian kegiatan pemberkatan, umat juga menggelar sejumlah acara budaya seperti penyembelihan kerbau sebagai wujud syukur kepada leluhur, penanaman pohon, serta pemberkatan gereja. Kegiatan ini berlangsung selama dua hari, sejak 14 hingga 15 Juni 2025.

Jalan Nangapanda-Maukaro Terputus, Warga Alihkan Rute Lewat Mbay Nagekeo

0

Ende, Ekorantt.com – Hujan dengan intensitas tinggi disertai angin kencang melanda wilayah Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende, Provinsi NTT dalam sepekan terakhir.

Cuaca ekstrem tersebut menyebabkan terjadinya banjir yang menggerus badan jalan di Aeteka pada ruas jalan Nangapanda-Oja-Maukaro.

Akibatnya, akses transportasi yang menghubungkan wilayah dua wilayah tersebut lumpuh total. Pengendara terpaksa putar balik melalui Mbay, Kabupaten Nagekeo.

“Kondisi jalan di Aeteka itu sudah hancur lagi. Badan jalan yang sisa itu sekitar 60 cm akibat banjir kemarin malam,” ungkap Kepala Desa Tendarea, Ambrosius Jago, kepada media ini pada Sabtu, 14 Juni 2025 malam.

Ia mengatakan, peristiwa tersebut terjadi pada Jumat, 13 Juni 2025 malam. Bencana yang terus menerus terjadi di kawasan itu sejak 2022 membuat infrastruktur jembatan ambruk.

Pemerintah setempat berupaya melakukan penimbunan namun kembali hancur akibat tergerus banjir pekan ini.

Ambrosius menambahkan, akibat kondisi tersebut membuat wilayah pedalaman terisolir sebab kendaraan roda empat maupun roda dua sama sekali tidak bisa melalui.

Jalur paralel tersebut, lanjut dia, merupakan satu-satunya jalan utama yang digunakan masyarakat enam desa di wilayah Nangapanda. 

Adapun wilayah yang paling terdampak yakni Desa Tiwerea, Desa Tendarea, Desa Mbobhenga, Desa Tendambepa, dan Desa Malawaru.

Ia berharap, Pemerintah Kabupaten Ende secepatnya menangani persoalan tersebut. Bila tidak, maka masyarakat di pedalaman akan mengalami kesulitan seperti kenaikan harga sembako maupun kenaikan tarif transportasi.

“Kita minta pemerintah untuk segera bangun jembatan yang permanen. Kalau darurat nanti tidak bertahan lama,” ujar dia.

Anggota DPRD Dapil 2 Ende, Anselmus Kaise, telah berkoordinasi dengan Dinas PUPR untuk mengantisipasi permasalahan yang terjadi.

Hasil pertemuan itu, Dinas PUPR Ende berkomitmen akan membangun jembatan secara permanen di lokasi tersebut, kata Anselmus.

“Usai kejadian tersebut kemarin saya sudah koordinasi dengan dinas teknis. Tahun ini akan dibangun jembatan di Aeteka,” ungkap dia

Anselmus meminta pemerintah untuk secepatnya melakukan penanganan darurat supaya akses transportasi masyarakat bisa kembali normal.

Ia menegaskan sebagai wakil rakyat, dirinya akan terus melakukan pengawasan terhadap janji yang disampaikan pemerintah.

Kepala Dinas PUPR Ende, Mustaqim Mberu, mengatakan pemerintah akan segera mengerjakan jembatan di Aeteka.

“Itu perintah bupati. Kami tangani permanen untuk tahun ini. Jadi kami sedang persiapkan administrasi,” terangnya.

Untuk mengantisipasi kelancaran arus transportasi di daerah itu, pihak akan mengerjakan secara darurat.

“Sambil tunggu cuaca baik kita tangani daruratnya dulu sambil kita tunggu pekerjaan permanen,” tandasnya.

Dipo Nusantara Serahkan Santunan untuk Anak Yatim Piatu di Ende

0

Ende, Ekorantt.com – Anggota Fraksi PKB DPR RI, Dipo Nusantara, menyerahkan santunan kepada anak-anak yatim piatu yang tinggal di dua panti asuhan di Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur.

Bantuan tersebut diserahkan dalam rangka memperingati Hari Lahir Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) yang digelar oleh DPC PKB Kabupaten Ende pada Sabtu, 14 Juni 2025.

Santunan berupa uang tunai sebesar Rp15 juta diberikan secara simbolis kepada dua panti asuhan, yakni Panti Asuhan Naungan Kasih dan Panti Asuhan Walisanga Ende.

“Secara simbolis saya berikan santunan, meskipun tidak terlalu banyak, sekitar 15 juta rupiah,” ungkap Dipo dalam sambutannya.

Ia menjelaskan, bantuan ini merupakan bentuk kepedulian terhadap anak-anak yatim piatu, sekaligus wujud rasa empati terhadap kondisi mereka.

“Mudah-mudahan bantuan yang tidak seberapa ini bisa membawa berkah bagi anak-anak di panti asuhan,” tambahnya.

Dipo Nusantara juga mengungkapkan bahwa kunjungannya ke Ende, yang dikenal sebagai Kota Pancasila, tidak hanya untuk menghadiri acara partai, tetapi juga untuk menyapa langsung masyarakat dan konstituennya di wilayah Flores.

“Kita hadir langsung untuk melihat dari dekat suka dan duka yang dialami masyarakat. Ini bagian dari tugas kita sebagai wakil rakyat,” ujarnya.

Sementara itu, Ketua DPC PKB Kabupaten Ende, Kadir Musa Basa mengatakan, kegiatan tersebut merupakan bagian dari rangkaian menyambut Hari Lahir PKB ke-27 yang jatuh pada 23 Juli 2025. Program tersebut dikemas dalam kegiatan bertajuk PKB Peduli.

Menurut Kadir, PKB Peduli adalah wujud nyata komitmen partai untuk terus hadir dan berjuang bersama masyarakat, terutama mereka yang membutuhkan.

“Dalam konteks ini, PKB hadir dan berbagi kepada masyarakat yang lebih membutuhkan,” jelas Kadir.

Ia juga menegaskan, DPC PKB Ende siap mendukung penuh program-program pemerintah, baik di tingkat kabupaten maupun nasional.

Hal ini merupakan bagian dari instruksi DPP PKB kepada seluruh kader hingga tingkat cabang untuk mendukung program strategis nasional seperti hilirisasi industri dan program makan bergizi gratis yang dicanangkan oleh Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo-Gibran.

“Kami diminta untuk membackup program hilirisasi serta memantau pelaksanaan program makan bergizi gratis di wilayah Kabupaten Ende,” tuturnya.

Di tempat terpisah, Sr. Yohana Fransiska Ina, pembina Panti Asuhan Naungan Kasih, menyampaikan apresiasi dan terima kasih atas bantuan yang diberikan.

“Saya mewakili Panti Asuhan Naungan Kasih menyampaikan terima kasih banyak kepada Partai PKB dan Bapak Dipo Nusantara atas bantuan yang telah diberikan,” ucapnya.

Ia menyebutkan bahwa bantuan tersebut sangat berarti bagi anak-anak asuh mereka, terutama dalam memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan dan minuman.

“Saat ini kami menampung 30 anak yatim piatu, dan bantuan ini sangat membantu kehidupan sehari-hari mereka,” jelasnya.