Maumere, Ekorantt.com – Dalam budaya ketimuran ada garis yang jelas dan tegas antara posisi laki-laki dan perempuan.
Laki-laki selalu menduduki jabatan ordinat atau yang utama sementara perempuan harus rela didudukan dalam posisi sub ordinat.
Dalam hal apapun, garis ini semacam komando yang wajib ditaati.
Garis ini membudaya hingga ke seluruh elemen kehidupan orang timur.
Garis ini juga nampak dalam Sepakbola.
Baik Sepak Bola maupun adik kandungnya, Futsal selalu identik dengan laki-laki.
Mulai dari lapangan hijau hingga para pengurusnya di luar lapangan dikitari kaum adam.
Memang olahraga ini terlihat sangat maskulin. Acap kali bahkan jarang kaum perempuan ikut nimbrung dalam olahraga ini.
Kalaupun turut ambil bagian, posisi mereka paling hanya sebatas simpatisan atau suporter.
Jelas garis tegas dan jelas tadi juga hidup dalam kultur sepakbola.
Lain halnya dengan pemikiran Margaretha M. Da Maga Bapa yang agak berbeda dengan masyarakat pada umumnya.
Sosok wanita tangguh kelahiran 6 Desember 1976 ini punya cara pandang tersendiri soal dunia Futsal.
Baginya Futsal tidak harus “dimiliki” kaum lelaki melainkan bisa menjadi milik siapa saja termasuk perempuan.
Perempuan bisa mengelaborasi banyak hal dalam dunia futsal termasuk menjadi garda terdepan dalam memajukan olahraga ini. Perempuan tidak boleh kalah.
Tak heran kalau sejak 21 Februari 2018, wanita yang sehari-hari disapa Femmy Bapa ini dipercaya memimpin Asosiasi Futsal Kabupaten (AFK) Sikka.
Hadirnya Femmy Bapa sebagai sosok perempuan dalam cabang olahraga “milik” kaum laki-laki ini melahirkan decak kagum dari Ketua Harian Asosiasi Futsal Propinsi (AFPROP) NTT, Jimmy Sianto.
Femmy Bapa merupakan satu-satunya perempuan di NTT yang menjadi ketua untuk cabang olahraga yang tengah digandrungi sebagian besar anak muda masa kini.
Usai dilantik di Hotel Permata Sari Maumere, tidak tanggung-tanggung Femmy Bapa langsung unjuk gigi.
Klub-klub futsal di Kabupaten Sikka mulai didata dan diberdayakan serta turnamen-turnamen mulai digelar.
Bahkan, para pelatih atau manager klub dan para wasit didorong untuk mengambil lisensi keprofesionalan.
“Memang belum pernah ada yang protes atau sampaikan ke saya, kenapa perempuan kok terjun ke dunia Futsal. Saya yakin pasti ada yang dalam hatinya tanya-tanya seperti itu. Tapi saya selalu percaya diri. Saya mau katakan kalau perempuan juga bisa,” imbuhnya.
Wanita yang sehari-hari berprofesi sebagai Aparatur Sipil Negara (ASN) dan dipercayakan sebagai Kepala Bagian Pembangunan Kabupaten Sikka ini mengaku, telah jatuh cinta dengan Futsal.
Kecintaannya ini tumbuh perlahan dimulai ketika dirinya dipercayakan oleh rekan-rekannya memimpin AFK Sikka.
Buktinya, di balik semua kesibukannya mengurus pembangunan di Kabupaten Sikka, Femmy Bapa selalu menyempatkan diri bergabung bersama rekan-rekannya demi memajukan futsal.
“Awalnya saya dipercayakan oleh beberapa teman pegiat olahraga futsal yang meminta saya untuk bisa pimpin organisasi ini.
Sekarang saya betul-betul jatuh cinta dengan organisasi dan olahraga ini,” seloroh Femmy dibungkus senyum manisnya.
Femmy Bapa rupanya bertangan dingin. Di bawah kepemimpinananya, Futsal di Kabupaten Sikka berkembang pesat.
Pekan Olahraga Provinsi (Porprov) tahun 2018 menjadi ajang pembuktian diri kalau perempuan mampu terjun ke dunianya laki-laki.
Tim Futsal Kabupaten Sikka kala itu sangat diperhitungkan lawan-lawannya. Di penghujung turnamen, tim Futsal Kabupaten Sikka harus puas dengan medali perak.
Namun, perolehan itu menjadi sejarah Futsal Kabupaten Sikka yang terbilang masih berumur jagung dan minim jam terbang.
Kembali ke Nian Tana Sikka, Femmy Bapa tidak sumringah. Pengalaman dan pengetahuan yang diperolehnya, diramu dan disajikan bagi pecinta Futsal terlebih generasi muda di Maumere.
Saat ini pemilik zodiak Sagitarius ini sedang sibuk mengadakan kegiatan “coaching clinic” bertemakan AFK Goes to School.
Femmy Bapa bersama timnya menyasar generasi muda pecinta Futsal di berbagai sekolah mulai tingkat SD hingga SMA guna melakukan pembinaan mulai dari teknik bermain, aturan pertandingan, hingga merambah pada manajemen klub Futsal.
Menurutnya, langkah yang ditempuhnya ini demi “membumikan” Futsal di Kabupaten Sikka.
Dengan kegiatan ini, Femmy Bapa berharap anak muda di Kabupaten Sikka bisa mengalihkan perhatian pada hal yang positif seperti olahraga sehingga bisa menekan angka kenakalan remaja.
“Perempuan tidak harus cantik saja tetapi harus anggun. Metamorfosis seorang perempuan masuk dalam maskulinitas laki-laki untuk mengurus bola juga sebuah keanggunan. Dengan bola, kita merayakan cinta sekaligus kemanusiaan,” tutup penyuka olahraga off road ini.