SMAK Santa Maria Monte Carmelo Maumere: Mencetak Kader Katolik, Menjawab Kebutuhan Gereja

Maumere, Ekorantt.com – Sekolah Menengah Agama Katolik (SMAK) Santa Maria Monte Carmelo Maumere telah resmi dibuka di Kota Maumere pada tahun ajaran 2019/2020.

Sekolah besutan para biarawan Ordo Karmel ini dibuka untuk umum karena keprihatinan akan terbatasnya alokasi pelajaran Agama Katolik pada sekolah umum dewasa ini. Selama ini, alokasi waktu pelajaran Agama Katolik berkisar sekitar hanya 3 jam pelajaran.

Sementara itu, Gereja Katolik membutuhkan saluran formal untuk mewariskan tradisi serta ajaran iman dan moral Gereja Katolik kepada segenap umat.

Dalam SMAK, alokasi jam pelajaran Agama Katolik ditambah menjadi 10 jam pelajaran. Sementara itu, ada pun mata pelajaran khusus yang diajarkan antara lain adalah Kitab Suci, Doktrin Iman dan Moral Gereja Katolik, Sejarah Gereja, Liturgi, dan Katekese.

“Pendirian SMAK Santa Maria Monte Carmelo Maumere ini lahir dari keprihatinan akan terbatasnya alokasi pelajaran Agama Katolik. Selain itu, kegelisahan akan semakin besarnya gap atau jurang pengetahuan agama umat pada umumnya dengan hierarki Gereja Katolik. Yayasan Santa Maria Carmel Kabupaten Sikka merasa terpanggil untuk mendidik anak-anak berkarakter Katolik yang pada akhirnya out put dari lembaga ini melahirkan kader-kader Katolik yang  mampu menjawabi kebutuhan lingkungan dan stasi-stasi dan paroki di Keuskupan Maumere,” ungkap Kepala SMAK Santa Maria Monte Carmelo Maumere Romo Benediktus Bani, O. Carm kepada EKORA NTT pada hari pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang diikuti 45 peserta didik baru di Aula Karmel Rabu, 17 Juli 2019.

iklan

Mantan Kepala Sekolah SMPK Alfares Paga ini menjelaskan, angkatan pertama peserta didik dari sekolah di bawah asuhan para biarawan Karmel ini terdiri atas 45 peserta didik. Mereka berasal dari Sikka, Ende, Ngada, Lembata, dan Sumba Barat Daya.

Untuk sementara waktu, lanjut Romo Beni, proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dilaksanakan di Aula Biara Karmel. Aula tersebut disekat menjadi tiga ruang kelas. Sementara itu, panggung aula tersebut akan dimanfaatkan menjadi Kantor Sekretariat SMAK.

“Informasi yang kami peroleh, izin operasional dari sekolah ini sudah ditandatangani Dirjen Bimas Katolik Kemenag RI. Jika izin sudah kami peroleh, maka tahapan berikutnya menyiapkan grand design bangunan untuk ruangan kelas, administrasi, laboratorium, dan asrama. Untuk bangunan gedung SMAK, disiapkan lahan sekitar dua hektar di Wolonmaget, Kelurahan Wolomarang, Kecamatan Alok Barat,” jelas Romo Bene.

Mantan Guru SMAK St. Paulus Jember Jawa Timur ini mengatakan, daya tarik sekolah baru ini adalah kualitas para tenaga pendidik. Para pendidik rata-rata berkualifikasi pendidikan Strata 2 (S-2). Para pendidik terdiri atas tujuh (7) imam Carmel jebolan luar negeri dan STFK Ledalero serta sembilan (9) guru awam.

“Kita harapkan peserta didik yang mengenyam pendidikan di lembaga ini memiliki wawasan yang luas dan berkualitas karena dibimbing dan didampingi oleh pendidik yang berkualitas,” ujar Romo Bene.

Romo Beni juga mengatakan, sekolah akan memasukan Muatan Lokal (Mulok) Bahasa Latin ke dalam kurikulum pendidikan. Kurikulum itu sendiri akan dirancang sendiri oleh pihak sekolah. Tujuannya adalah agar memudahkan peserta didik memahami banyak istilah Latin dalam dokumen Gereja.

Menurut Biarawan Carmel asal Mataloko, Kabupaten Ngada ini, sekolah berkomitmen mencetak kader-kader Katolik yang berkarakter. Nilai-nilai kehidupan seperti gotong royong, humanis, solider, dan kepedulian ditanamkan di dalam diri peserta didik sejak dini. Pendidikan karakter itu akan dituangkan dalam buku kontak pendidikan.

“Kita harapkan out put dari lembaga ini dapat mencetak kader-kader yang memiliki pemahaman utuh tentang Agama Katolik dan ajarannya dan bisa berorganisasi dalam lingkup masyarakat secara luas,” kata Romo Beni.

Untuk diketahui, proses pendirian sekolah ini diawali dengan pertemuan antara Bidang Pendidikan Katolik Kanwil Kementrian Agama Provinsi NTT dan Pimpinan Biara Carmel Maumere di Biara Karmel Nita, Rabu 20 Maret 2019.

Pertemuan itu menghadirkan Komisariat Karmel Indonesia Timur Romo Stefanus Buyung, O.Carm, Ketua Yayasan Santa Maria Karmel Kabupaten Sikka Romo Karolus Sola, O.Carm, Vikjen Keuskupan Maumere Romo Teleforis Jenti, O.Carm, dan para pastor Karmel lainnya. Dari pihak pemerintah, hadir Pelaksana Tugas Kepala Bidang Pendidikan Katolik Kanwil Kemenag Provinsi NTT John Seja, S.Fil dan Kepala Seksi Pendidikan Agama Katolik Tingkat Menengah Dhoru Falentinus, S.E, dan Kepala Seksi Pendidikan Katolik Kantor Kementrian Agama Kabupaten Sikka Kresensia Reo, S.Sos.

Proposal pendirian SMAK Santa Maria Monte Carmelo sudah diajukan kepada Ditjen Bimas Katolik. Pendirian sekolah ini berdasarkan Peraturan Menteri Agama (PMA) Nomor 54 Tahun 2014 tentang Perubahan atas PMA Nomor 1 Tahun 2013 tentang Sekolah Menengah Agama Katolik dan Keputusan Dirjen Bimas Katolik Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pedoman Penyelenggaran Pendidikan Sekolah Menengah Agama Katolik.

Pendirian Sekolah Menengah Agama Katolik, yakni Satuan Pendidikan Formal Setara Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mengintegrasikan mata pelajaran Pendidikan Keagamaan Katolik dan mata pelajaran umum dilakukan oleh masyarakat dengan mengantongi izin operasional dari Ditjen Bimbingan Masyarakat Katolik Kementerian Agama RI.

Berdasarkan catatan EKORA NTT, jumlah Sekolah Agama Katolik (SMAK) di Kabupaten Sikka kini menjadi tiga buah yakni, SMAK St. Petrus Kewapante, SMAK St. Benediktus Palue, dan SMAK Santa Maria Monte Carmelo Maumere.

Yuven Fernandez

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA