Sejumput Asa Mama-Mama Penganyam di Desa Suelain-Rote

Rote, Ekorantt.com – Charolina Tassy (55) tersenyum bangga. Ia seringkali tertawa bahagia saat mengikuti pelatihan menganyam di balai Desa Suelain, Kecamatan Lobalain, Kabupaten Rote Ndao, 14 Agustus 2019 lalu.

Pelatihan menganyam ini digagas dan diselenggarakan oleh mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata) STPM Santa Ursula Ende bersama PT. Karya Du’anyam. Ini adalah bagian dari gerakan pemberdayaan perempuan dan inovasi desa.

Mama Charolina, demikian ia disapa, adalah salah satu penganyam di Desa Suelain. Keterampilan menganyam tak ia dapatkan dari pendidikan formal.

Sebagaimana perempuan NTT pada umumnya, Mama Charolina sudah bisa menganyam sejak masih muda. Dipelajarinya dari orang tua dan lingkungan sekitar. Selebihnya belajar sendiri.

Menganyam memang menjadi salah satu warisan berharga dalam kebudayaan masyarakat NTT dan jari-jari wanita paruh baya ini mahir untuk menghasilkan produk-produk anyaman unik.

iklan

Namun aktivitas menganyam hanyalah kerja rumahan bagi Mama Charolina dan mama-mama yang lain di Pulau Rote. Produk yang dihasilkan hanya digunakan di rumah.

“Memang selama ini katong  hanya anyam untuk pakai di rumah saja,” tutur Mama Charolina.

Bahkan, beberapa waktu belakangan, Mama Charolina sudah tak bersemangat untuk menganyam lagi. Selain pesatnya kemajuan teknologi, produk anyaman selalu terkendala dengan masalah pasar.

“Selama ini katong sonde pernah jual anyaman. Nah kalau mau jual, mau jual di mana? Nah karena sonde ada yang mau beli, katong malas untuk anyam,” keluh Mama Charolina.

Semangatnya kembali bangkit dengan adanya pelatihan ini. Kendala pasar yang jadi persoalan klasik juga menemui titik terang. Du’anyam siap mewadahi pasar bagi produk-produk yang dihasilkan.

Lain halnya dengan Tarce Victoria Theodorus (23). Pemuda Suelain ini tak tahu bagaimana cara menganyam sebab ia tak pernah belajar.

“Terus terang, selama ini memang beta tidak pernah tahu, dan belum perna belajar. Beta berharap ke teman-teman lain, biar dong boleh ikut supaya ini budaya katong punya tidak hilang,” ujar Tarce.

Tarce tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. Ia baru sadar bahwa banyak potensi yang ada di desanya, termasuk warisan menganyam.

Dan tidak sulit untuk mendapatkan gurunya. Mama-mama di Desa punya segudang keterampilan yang bisa dibagikan kepada anak-anak muda.

“Semoga melalui kegiatan hari ini, pemerintah juga bisa kasih kesempatan ke katong untuk  latihan seperti ini. Apalagi yang latih ini bukan orang lain. Ini katong pu mama-mama sendiri. Pokoknya katong harus belajar,” pungkas Tarce.

Kerja Pemberdayaan

Bukan sekadar bagian dari kegiatan KKN, Koordinator KKN di Desa Suelain, Fidelis Dari menjelaskan, pelatihan menganyam merupakan pintu menuju gerakan pemberdayaan perempuan dan menjadi sarana literasi kebudayaan.

“Mengingat budaya menganyam di kalangan ibu-ibu di Nusa Tenggara Timur hampir sirna ditelan  kemajuan zaman,” kata Fidel.

Fidel berharap, kegiatan ini mampu memotivasi kaum muda dan pemerintahan desa untuk terus melestarikan budaya menganyam.

Diakuinya, menganyam bisa menjadi salah satu jalan keluar untuk menjawab persoalan yang dihadapi ibu-ibu, dan melalui kegiatan ini, “Kaum ibu semakin dekat dengan akses pasar karena pemberdayaan  perempuan  tanpa  akses  pasar  juga  bisa  menimbulkan  masalah baru”.

Fidel menuturkan, pelatihan menganyam berawal dari gagasan  PT. Karya Du’anyam  yang bekerja sama dengan STPM. Tujuannya, untuk mendorong gerakan pemberdayaan perempuan melalui kewirausahaan sosial.

“Ibarat jembatan, kami mendekatkan ibu-ibu dengan PT. Karya Du’anyam. Hasil produksi ini dan keberlanjutannya akan ditindaklanjuti PT. Karya Du’anyam,” kata Fidel.

Tugas mahasiswa KKN, lanjut Fidel, adalah mendorong partisipasi ibu-ibu penganyam untuk mengenal potensi dan memfasilitasi mereka untuk mengenal akses pasar.

“Kita akui banyak produksi anyaman yang dihasilkan belum diekspos.  Padahal produknya bernilai ekonomis yang sarat akan nilai historis,” tutur Fidel.

Pihak Desa Suelain menyambut positif  inisiatif PT Karya Du’anyam dan mahasiswa STPM Santa Ursula Ende dalam memberdayakan masyarakat pedesaan.

Kepala Desa Suelain, Jonathan Dillak sangat antusias dan mengajak semua pihak untuk bergotong royong mewujudkan kesejahteraan mama-mama penganyam di Desa Suelain.

“Tentunya sebagai pemerintah desa, kami menyambut baik gerakan menganyam. Hal ini merupakan salah satu terobosan inovasi desa. Luar biasa,” kata Kades Dillak.

“Saya berharap agar ibu-ibu yang hadir ini juga mampu mengajak ibu-ibu lain untuk sama-sama memulai, apalagi yang muda-muda,” tambahnya. 

Kades Dillak juga mengajak anak-anak muda untuk terlibat dalam kegiatan menganyam. Penting untuk meneruskan dan mewariskannya kepada generasi berikutnya.

Apalagi, ujar Kades Dillak, keterampilan menganyam memiliki efek ekonomis yang menjanjikan. Di samping nilai-nilai budaya yang luhur, ada juga rezeki yang bisa didapatkan.

“Saya berharap orang tua dong juga bisa mengarahkan anak anak mereka untuk belajar menganyam,” tutup Kades Dillak.

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
TERKINI
BACA JUGA