Aroma Buku di “Kampung Buku Jogja” 2019

Yogyakarta, Ekorantt.com – Hardian sibuk lalu-lalang di antara hamparan buku di lantai Gedung Pusat Kebudayaan Koesnadi Hardjasoemantri (PKKH) Universitas Gadjah Mada, Jalan Pancasila, Bulaksumur, Yogyakarta. Mata dia tak pernah berhenti melototi literatur-literatur tersebut. Di antara senyuman para penjaga. Juga semangat memburu dari para penggemar buku lainnya.

Hari itu, Rabu (4/9/2019), dia bersama beberapa orang kawan kampusnya menyambangi kegiatan tahunan “Kampung Buku Jogja” 2019. Sebuah pameran buku yang secara khusus digawangi penerbit-penerbit alternatif di Kota Yogyakarta.

Meskipun itu bernama pameran, aktivitas ini sebetulnya lebih dikatakan sebagai perayaan terhadap buku itu sendiri. Sebab, kesannya santai dan semua orang yang datang turut bergembira dalam isian agenda kegiatan ditawarkan.

Ada diskusi, workshop penulisan, pembacaan puisi, live music, dan pementasan-pementasan kecil lainnya. Beberapa pengunjung bahkan diminta panitia untuk bebas merespons panggung kecil di pojok sebelah kanan.

Pada kesempatan itu, Hardian memboyong beberapa buku. Dia beli kumpulan cerpen Perempuan Pala karangan Azhari Ayub, Menuju Republik Indonesia Serikat-nya Y.B. Mangunwijaya dan buku puisi milik penyair NTT, Erich Langobelen, berjudul Sepasang Kita yang Mungkin Tak Ada.

Koleksi buku di “Kampung Buku Jogja” memang amatlah beragam. Mulai dari buku-buku kekinian, hingga karya-karya lawas. Ada pula beberapa buku tua yang ikut dilelang. Dan menariknya, kesempatan tersebut hanya terjadi setiap kali perhelatan pameran. Pada tahun 2019 ini, “Kampung Buku Jogja” memasuki penyelenggaraan kali kelima. Berlangsung dari tanggal 2 September hingga 5 September 2019.

Marwah peradaban buku fisik mungkin akan senantiasa mendapat pengaruh dari laju digital-modernitas. Tapi unsur-unsur yang mengitarinya sungguh jauh melampui modernitas itu sendiri. Aroma kertas, tinta cetak juga gagasan yang terkandung di dalamnya menjadi pertanda adanya intimitas relasi antara penulis dan pembaca.

“Kampung Buku Jogja” menjadi satu dari sekian bentuk respek terhadap buku. Sebagaimana ditulis dalam laman resminya, “Kegiatan ini bukan sekadar ajang menjual dan membeli buku lalu selesai begitu saja. Dalam kegiatan ini, para penyuka buku akan bertemu dengan teman-temannya yang sama-sama menyukai buku. Ini adalah ruang dan waktu bertemunya buku dan dirimu”.

Hari sudah menapak malam. Musisi Reda Gaudiamo bersiap menghibur segenap pengunjung di situ. Namun, Hardian harus kembali ke indekos tempat dia tinggal. Boleh jadi untuk berganti pakaian atau melahap habis isi buku-buku yang baru dibelinya itu.

spot_img
TERKINI
BACA JUGA