Pulang Kampung, Kades Ambon Karo Keluarkan Kerirea dari Keterbelakangan

Ende, Ekorantt.com – Desa Kerirea, satu dari 28 desa di Kecamatan Nangapanda, Kabupaten Ende memiliki kondisi geografis yang cukup menantang.

Berbukit-bukit dan terjal. Penduduknya hidup di kampung-kampung yang berjauhan dengan pusat desa terletak di Arawea. Total penduduk Kerirea yakni 791 jiwa. Sebagian besarnya bermatapencaharian sebagai petani.

Kondisi geografisnya yang berada di ketinggian membuat Desa Kerirea cocok untuk budidaya kopi, kemiri, kakao.  Tanaman perdagangan ini menjadi komoditi unggulan petani untuk menyambung hidup.

Sejak dilantik 28 Feberuari 2014 jadi Kepala Desa Kerirea, Urbanus B. Karo langsung tancap gas dan mulai meramu potensi, baik sumber daya manusia maupun sumber daya alam yang ada di desa, agar keluar dari keterbelakangan.

Kala itu, Desa Kerirea masih terkendala dengan akses transportasi, listrik, telekomunikasi maupun pemberdayaan masyarakat.

iklan

Menjadi kepala desa, bagi Ambon Karo, merupakan letupan dari komitmennya untuk pulang dan bangun kampung. Walaupun menjadi kepala desa dalam usia yang masih muda, 24 tahun, Ambon yakin bahwa semangat pengabdian harus menjadi nomor satu.

“Saya pulang dan mengabdi di desa karena keterpanggilan dan ingin menjadikan kampung ini setara dengan desa-desa lain, baik infrastruktur maupun sumber daya manusianya,” ungkapnya.

Bagi Ambon, pemimpin di desa harus berinovasi dan pandai baca peluang. Tak lupa koordinasi dengan pemerintah di tingkat atas harus terjalin apik. Terbukti sejak dilantik 2014 silam, ia sangat gigih berjuang mengubah wajah desa Kerirea.

Tercatat tahun 2017, akses listrik masuk ke desa ini. Memang, program listrik masuk desa adalah program pemerintah pusat.

Tapi berkat tangan dinginnya, ia mampu mengajak warga calon pelanggan yang kesulitan secara ekonomi untuk berlangganan listrik.

Selain itu, Ia mendorong partisipasi warga lewat swadaya masyarakat untuk membangun jalan ke dusun-dusun. Saat ini pemerintah desa telah membangun akses jalan antara Kerirea dan Rarajembu di Desa Jemburea dengan intervensi dana desa.

Tahun 2018, setelah melalui proses lobi yang rumit, pihak desa berhasil mendapatkan bantuan internet desa dari Kemenkominfo untuk membuka akses informasi di desa.

Di bidang kesehatan, satu unit Poskesdes telah dibangun untuk melayani warganya.

Dalam bidang pemberdayaan masyarakat, Ambon mampu mendorong lahirnya Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Saat ini, Bumdes di Desa Kerirea mendapatkan perhatian serius dari pemerintah pusat melalui bantuan hibah satu unit kendaraan roda 4 untuk mendukung usaha Bumdes.

Kampung Arawea yang menjadi pusat Desa Kerirea

Yang menarik dari kepemimpinannya adalah Rapat Koordinasi (Rakor) tiga batu tungku.

Kades Ambon berpendapat, Rakor 3 bantu tungku di desa yang melibatkan pemerintah desa, mosalaki (tokoh adat) dan tokoh agama adalah upaya membangun soliditas dan semangat bersama membangun kampung, juga sebagai wadah penyelesaian berbagai masalah di desa.

Sejak bergulirnya Rakor tiga batu tungku di Desa Kerirea, telah lahir beberapa kesepakatan yang dinilai ampuh untuk menjaga eksistensi nilai dan kemandirian desa.

Misalnya konsolidasi warga suku agar tanah suku tidak boleh diperjualbelikan dan penyelesaian sengketa adat perkawinan (pela).

Hal ini menurutnya sangat membantu pemerintah desa dalam menyukseskan berbagai program pembangunan di desa.

Ambon yakin, perjuangan dan kerja kerasnya bersama stafnya tidak akan sia-sia untuk mengeluarkan Desa Kerirea dari keterbelakangan.

“Saat ikut Bimtek di Jakarta dan Bogor, saya terinspirasi dari berbagai testimoni desa-desa lain di Jawa. Saya ingin pengalaman baik mereka bisa dibuat di kampung saya,” tuturnya.

“Karena itu, saya dorong terus pemberdayaan masyarakat baik PKK maupun lembaga lain. Hasilnya, sekarang ibu-ibu PKK sudah mampu membuat stik ondo (ubi hutan yang diolah) dan telah masuk pasaran produk Bursa Inovasi Desa,” tambahnya dengan bangga.

Dengan berbagai terobosan, suami dari Yuliana Gerha ini berharap agar orang-orang muda untuk kembali ke kampung dan memberikan kontribusi positif untuk pembangunan di kampung.

“Kritik itu biasa sebagai upaya perbaikan diri. Saya dulu dilantik pada usia masih 24 Tahun. Ada banyak yang meragukan, tapi niat tulus dan kemauan untuk berubah itu yang buat saya kuat berdiri,” tutup Kades Ambon.  

TERKINI
BACA JUGA