Ruteng, Ekorantt.com – Masa pensiun identik dengan masa istirahat. Setelah sekian lama bergelut dengan rutinitas di kantor, masa pensiun menjamin setiap orang untuk lebih banyak beristirahat.
Aktivitas semakin berkurang. Bahkan, kegiatan lebih banyak di rumah. Aktivitas seperti menonton televisi, baca koran dan aktivitas ringan lainnya jadi pilihan yang tepat. Itulah yang umum terjadi.
Tapi bagi sebagian orang, masa pensiun bukan waktunya untuk beristirahat. Sebaliknya, masa pensiun menjadi masa untuk meluapkan kreativitas yang tidak sempat disalurkan semasa kerja dulu.
Mereka memanfaatkan masa pensiun untuk kreativitas seperti berpolitik praktis, berbisnis, dan ada juga yang bertani. Misalnya Junedi Jarut, pensiunan PNS di Manggarai memanfaatkan masa pensiunnya untuk bertani hortikultura.
Bagi dia, bercocok tanam adalah pilihan yang tepat menikmati masa tua.
Pensiunan asal Golo Bilas, Kelurahan Wali, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai ini memiliki kreativitas yang tinggi dalam menanam sayur-sayuran.
Junedi mengaku telah jatuh cinta dengan kebun dan sayur-sayuran sejak dirinya belum menerima SK pensiunan pada tahun 2018.
Ia memanfaatkan sebagian petak sawah miliknya untuk menanamkan tanaman hortikultura, seperti; buncis, brokoli, cabai, dan sawi.
Awal tahun 2018, bermodalkan uang sebesar sembilan juta rupiah, ia menanam tomat.
“Waktu itu saya tanam tomat selama tiga bulan saja, dan saya dapat uang Rp10 juta. Setahun sayur tanam tiga kali. Modal saya yang Rp9 juta sudah kembali,” ceritanya kepada Ekora NTT saat ditemui di pondok miliknya pekan lalu.
Untuk pupuk, ia tidak menggunakan pupuk kimia dari toko. Kotoran sapi dan babi dikumpulkannya, kemudian diolah menjadi pupuk organik.
Junedi dibantu oleh dua tenaga harian. Dua tenaga tersebut mendapatkan upah sebesar 65 ribu rupiah per hari. Dari sisi pekerja, budidaya sayur lebih menguntungkan daripada menanam padi.
“Saya dibantu dua tenaga harian. Saya bayar satu hari Rp 65 ribu. Kalau tanam padi tenaga kerja 20 orang. Jadi, memang lebih untung tanam sayur karena hasilnya jelas. Apalagi sekarang pasarannya jelas ke Labuan Bajo, Manggarai Barat,” tutur Junedi.
Junedi menambahkan, dari sisi masa produksi menanam tanaman hortikultura jauh lebih cepat dibandingkan dengan padi.
“Kalau saya bandingkan, lebih menguntungkan hortikultura ketimbang saya menanam padi,” kata mantan Kabag Humas Pemkab Kabupaten Manggarai ini.
Saat ini pula, pria kelahiran 1961 itu merintis kelompok tani di Golo Bilas dengan nama Wejang Wera yang beranggotan 27 orang. Melalui wadah ini, ia mangajak petani lainnya berorganisasi demi pertukaran pengetahuan tentang dunia pertanian yang sama-sama mereka geluti.
Adeputra Moses