Sepi Pesanan, Pasutri Difabel di Maumere Jahit Masker untuk Bertahan Hidup

Maumere, Ekorantt.com – Pasutri difabel, Yosef Loku (48) dan Albina Abong Wadan (41) sangat merasakan dampak Covid-19. Pasalnya, usaha jasa jahit yang mereka tekuni macet karena ketiadaan pesanan.

Sebulan terakhir, tak satupun orang yang datang menjahitkan pakaian di los milik Yosef dan Albina yang terletak di lantai 2 Pasar Tingkat Maumere. Padahal, mereka biasa mendapatkan banyak pesanan jahitan pada bulan-bulan seperti sekarang.

Beruntung sekali, keduanya mendapatkan pesanan jahitan masker mulut dari Pusat Pastoral Keuskupan Maumere sebanyak 585 masker.

Tanpa pesanan masker tersebut, mereka tidak tahu harus berbuat apa lagi. Usaha mereka bahkan nyaris tersungkur di tengah pandemi. Kebutuhan hidup keduanya bersama enam orang anak harus terpenuhi. Ditambah lagi dengan biaya pendidikan anak.

“Puspas adalah malaikat penolong di tengah kesusahan yang melanda kami dan ini merupakan berkah,” ungkap Albina kepada Ekora NTT, akhir April 2020 lalu.

iklan

Albina bilang, pesanan masker dari Puspas Keuskupan Maumere memberi mereka semangat baru dalam berusaha.

“Tuhan itu maha kasih bagi kami difabel di mana sandaran hidup kami hanya keterampilan menjahit sehingga kami mendapat pesanan masker dari Puspas,” ujarnya.

Mereka menjahit sekitar 50 masker setiap hari. Kini, pesanan masker telah diselesaikan.

Albina melanjutkan bahwa selama 19 tahun bekerja sebagai penjahit di Pasar Tingkat Maumere, baik pemerintah maupun lembaga swasta tidak pernah memperhatikan mereka

“Lihat pun tidak apalagi bantuan,” katanya.

Dia juga mengungkapkan kekecewaan karena los mereka sempat digembok oleh petugas. Padahal saat itu suaminya tidak bisa beraktivitas karena mengalami sakit selama dua bulan.

“Ketika kami mau datang beraktivitas lagi ternyata los kami digembok oleh petugas. Inikah bukti perhatian pemerintah terhadap fakir miskin dan difabel? Kami tidak menuntut untuk bebas bayar los perbulan Rp150 ribu itu tetapi kondisi suami sakit apalagi kami ini difabel yang harus dipahami petugas,” ujarnya menjelaskan.

Senada dengan Albina, suaminya Yos mengatakan, selama bekerja sebagai penjahit, salah satu difabel yang mandiri adalah ia dan istrinya.

“Kami berdua tidak pernah dapat bantuan,” ungkap Yos.

Pria asal Talibura ini lebih lanjut mengatakan, mereka tidak menuntut dikasihani tetapi butuh perlakuan yang sama. Karena itu dirinya berharap pemerintah punya hati untuk kaum difabel secara menyeluruh dan jangan ada pilih kasih.

Yuven Fernandez

TERKINI
BACA JUGA