Borong, Ekorantt.com – “Gereng kaut benta le Morin ami hoo ge guru. Toe nganceng pande apa-apa kole ga. (Sekarang kami menanti ajal saja, pak. Kami tidak bisa buat apa-apa lagi),” kata Stanis Laut kepada Amandus Cahaya Tukeng, Rabu (10/2/2021) pagi.
Sejak 2016, Stanis, 58 tahun, mengalami lumpuh, tidak bisa berjalan. Ia hanya bisa duduk dan berbaring di rumahnya di Biting, Desa Ulu Wae, Kecamatan Poco Ranaka Timur, Kabupaten Manggarai Timur.
Stanis tinggal bersama istrinya Edita Lenem yang mengidap kanker kulit wajah. Edita, 60 tahun, mulai sakit enam tahun lebih awal dari suaminya itu. Kini kondisi Edita semakin memburuk. Bola mata kanannya sudah tenggelam akibat penyakit yang dideritanya itu.
Karena keterbatasan ekonomi, kini pasangan suami-istri itu hanya bisa berpasrah. Apalagi, mereka tidak mengantongi kartu BPJS, sehingga sulit menjangkau pelayanan kesehatan gratis.
“Sejak beberapa tahun lalu, Bapak Stanis dan istrinya dipelihara oleh menantunya. Sedangkan anak laki-laki sulung yang merupakan suami dari menantu yang jaga mereka,bekerja dan tinggal di tempat lain demi menafkahi mereka” tutur Amandus kepada Ekora NTT, Rabu sore.
Amandus bersama rekannya yang juga bekerja sebagai Pendamping Sosial PKH di Kecamatan Poco Ranaka Timur, mengunjungi keluarga Stanis, setelah mendapat informasi dari salah satu rekan mereka yang bertugas di desa tersebut.
“Kami berinisiatif datang untuk membantu,” ujarnya.
Menurut Amandus, saat ini Stanis merindukan kursi roda agar bisa keluar rumah dan berjemur di sinar matahari pagi. Sedangkan Edita membutuhkan penanganan khusus terkait sakit yang dideritanya.
Dihubungi terpisah, Wentianus Silo, putra sulung Stanis dan Edita, mengisahkan bahwa ayah dan ibunya itu mengalami sakit sejak ia merantau di luar Flores.
“Waktu itu, mereka bilang ke saya tidak parah dan baik-baik saja,” ceritanya saat dihubungi Ekora NTT via telepon selulernya, Rabu malam.
Namun, faktanya, kata Wentianus, saat ia kembali ke kampung, kedua orangtuanya itu dalam kondisi sakit parah.
Saat itu, lanjutnya, ayah dan ibunya tinggal berlima dengan dua saudari dan satu saudara bungsunya. Kini, kedua saudarinya itu sudah berkeluarga. Sedangkan saudara bungsunya merantau ke Bali.
“Kalau mama sakit awalnya itu muncul bintik-bintik di pipi kanan. Karena gatal, ia garuk. Akibat digaruk terus terjadilah luka dan infeksi, hingga saat ini bola mata kanannya tenggelam,” tuturnya.
“Sedangkan bapa itu lumpuh akibat terjatuh karena licin di kampung sini,” tambahnya.
Menurut Wentianus, sejak ayahnya sakit, ia yang menjadi tulang punggung keluarga.
Saat ini, ia bekerja menjadi pengemudi angkutan desa di Watu Nggong, sekitar belasan kilometer dari Ulu Wae. Sedangkan istrinya tinggal di Biting untuk mengurus kedua orangtuanya yang sakit itu.
“Saya juga kadang kerja tidak tenang karena pikir mereka yang sakit di belakang,” ungkapnya.
Wentianus menuturkan, selama ini, Edita pernah dibawa untuk periksa ke salah satu dokter. Dan dokter bilang, ibunya itu mengalami kanker kulit wajah.
“Mau urus BPJS agar bisa meringankan biaya perawatan, bapa dan mama ini belum punya KTP dan Kartu Keluarga. Memang pernah ada perekaman KTP di desa, tetapi mereka tidak ikut,” katanya.
Tanggapan Pemkab Matim
Ekora NTT telah menginformasikan kondisi keluarga Stanis ke Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur (Matim), melalui Sekretaris Daerah, Boni Hasudungan Siregar, dan Kepala Dinas (Kadis) Kependudukan dan Catatan Sipil (Dukcapil), Robert Bonafantura.
Kadis Robert berjanji, segera mengecek data kependudukan keluarga Stanis untuk kepentingan pembuatan Kartu Keluarga (KK) dan perekaman KTP Elektronik.
“Besok saya cek datanya,” kata kadis Robert, Rabu malam.
Sementara Sekda Boni mengaku akan berusaha untuk mendaftarkan Stanis dan Edita ke BPJS Kesehatan dari program Jamkesda.
“Jika KTP dan KK-nya sudah dibuat, supaya saya minta BPJS Kesehatan daftar dan dibayarkan oleh Pemda,” katanya.
Bagi Anda yang juga ingin membantu meringankan beban keluarga Stanis, bisa menghubungi anak kandungnya, Wentianus, di nomor 081238333502.
Rosis Adir