Punya Usaha Sampingan Mebel Kayu, Guru di Ruteng ini Ajak Orang Muda Jangan Gengsi

Ruteng, Ekorantt.com – Anton Murtopin, seorang guru yang mengabdi di SMAK Setia Bakti Ruteng memilki usaha sampingan yakni usaha mebel. Pria asal Tulung-Ruteng, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai ini memanfaatkan waktu saat pulang sekolah untuk bekerja sebagai seorang tukang kayu.

Dalam perberbincangnya dengan Ekora NTT, Murto menututkan, dirinya memiliki hobi membuat mebel kayu. Dengan hobinya itu, ia perlahan-lahan melengkapi fasilitas yang ada di rumah dengan hasil dari kerajinan tangannya. Para tamu maupun keluarga yang berkunjung ke rumahnya juga terpikat.

“Kalau usaha dalam skala besar, tidak. Ini hanya kerajinan rumahan, dan masuk dalam usaha skala kecil,” katanya saat bertemu dengan Ekora NTT, pertengahan Februari 2021 lalu.

Kerajinan rumahan itu dimulai sejak tahun 2009. Ia menerima pesanan dari luar.

“Saya tidak pernah mengiklankan pekerjaan ini, karena saya takut orang tidak puas. Hasil kerja saya dilihat orang, kemudian pesan dan terjadi berantai-rantai informasinya,” ungkapnya.

iklan

Jenis pesanan yang ia terima seperti lemari, kursi, tempat tidur, peti mati, las terali, jendela rumah, pintu rumah, dan pesanan sofa. Dirinya memanfaatkan kayu yang menurut orang banyak tidak berguna. Contohnya dahan kayu yang sudah dipotong maupun akar kayunya.

“Semua yang tidak berguna itu saya coba untuk memanfaatkannya. Misalkan ada meja yang saya buat kakinya hanya satu terbuat dari dahan kayu maupun dari akar kayu itu,” terangnya.

Belajar dari Pendeta dan Saudara Sepupu

Saat dirinya mengenyam pendidikan di salah satu Sekolah Dasar (SD) di Lembor, Kabupaten Manggarai Barat, ia belajar dari seorang Pendeta Gereja Pentakosta di wilayah itu. Ia sangat termotivasi.

Menurutnya, selain karena memang punya hobi, faktor lingkungan juga yang membuat ia semangat dalam belajar jadi tukang kayu.

“Saya belajar dari Pendeta itu,” sebut Alumnus Universitas Widya Mandira Kupang ini.

Selain dari Pendeta, pada tahun 2008, ia juga mengaku belajar dari saudara sepupunya yang saat ini punya usaha mebel kayu di Ruteng. Awalnya, ia hanya membantu saudara sepupunya itu dengan sukarela alias tanpa dibayar. Namun, dari situ ia memperolah banyak ilmu untuk menjadi tukang kayu yang profesional.

Sang kakak sepupu hanya berbekal ijazah Sekolah Menengah Atas (SMA). Tapi punya keterampilan yang mumpuni dalam dunia mebel.

“Dia boleh dikatakan sudah mahir, karena dulu pernah dia belajar sampai di Makassar, Sulawesi Selatan,” jelasnya.

Pernah Jadi Kuli Bangunan

Setelah meraih sarjana di Universitas Widya Mandira Kupang, Murto sempat jadi pengangguran selama empat bulan. Saking tidak betahnya hidup sebagai penganggur, ia kemudian memutuskan untuk bekerja dengan orang Jawa di Labuan Bajo, Manggarai Barat untuk jadi kuli bangunan.

“Saya kerja waktu itu mulai dari ayak pasir, campur semen, pasang keramik, susun batu bata,” ceritanya.

Saat sudah betah bekerja sebagai kuli bangunan, Murto dipanggil untuk mengajar di SMAK Setia Bakti Ruteng. Tanpa berpikir panjang, ia meninggalkan pekerjaan sebagai kuli dan kembali ke Ruteng.

Ada kejadian unik saat Murto hendak pamit dengan pemilik rumah. Murto bilang bahwa dirinya akan mengajar di sekolah. Pemilik rumah itu kaget dan menanyakan prihal pendidikan Murto.

“Saya katakan bahwa saya seorang sarjana. Pemilik rumah itu pun sempat tak percaya. Kenapa sarjana jadi tukang? Saya jawab begini, apapun pekerjaan yang baik meskipun kotor dianggap rendah orang lain bagi saya tidak masalah,” kenang Murto.

Perjalanan hidupnya itu selalu dibagikan kepada siswa-siswinya di sekolah.

“Saya ceriterakan, tentang hidup selesai sarjana tidak semulus diimpikan banyak orang, bahwa selesai sarjana langsung kerja,” kata pria kelahiran 1984 itu.

Menurut Murto, Ijazah sarjana itu bukti formal seseorang telah menyelesaikan jenjang pengetahuan formal tertentu. Tidak ada alasan untuk seseorang menyombongkan diri. Itu hanya bukti bahwa seseorang menyelesaikan pendidikan, bukan bukti bahwa menyelesaikan hidup.

“Sehingga kalau ada orang muda yang membuat hidupnya tidak berharga, melakukan hal-hal yang tidak potensial bagi masa depannya saya pikir itu harus dihentikan,” terang Murto.

Ia berpesan agar orang muda tidak perlu gengsi dalam memulai pekerjaan yang sederhana.

“Jangan gengsi. Kita dilahirkan supaya talenta dikembangkan dan kita hidup supaya kita meninggalkan cerita tentang talenta itu bagi orang di sekitar kita,” tutupnya.

Adeputra Moses

TERKINI
BACA JUGA